Sport

2 0 0
                                    


Angan-angan Ellen untuk menikmati angin pantai terpaksa gagal karna Caca malah bersikeras memaksanya melihat pertandingan Polo. Pertandingan yang mempertemukan antara Jehan Pradipta dan Arya Romi Nevada. Keduanya memang cukup terkenal saat ini. Arya sudah terkenal sejak ia menjadi maba. Sementara Jehan baru saja naik daun melalui platform sosial media.

Ellen terdampar di tribun penonton bersama puluhan atau bahkan ratusan pendukung masing-masing team. Ia memang menyukai Jehan. Tapi jika disuruh berteriak di cuaca panas dan seramai ini ia akan berpikir dua kali. Lagipula Ellen memang selemah itu jika dihadapkan dengan matahari.

"Serame ini karna yang main pentolan semua, Ell. Noh ada Jehan, sama cowo yang bikin lo kesel kemaren tuh."

Ellen menghela napas. "Lagian kenapa kita harus nonton sih, Ca? Harusnya kan kita ada di pantai sekarang." sungutnya sebal.

"Lo ngga mau dukung Jehan emangnya?" heran Caca.

"Ada banyak cara buat dukung kak Jehan. Tapi cara yang ini gue gamau ikutan ah. Ngga sanggup gue." Ellen memilih duduk karna memang sudah lelah dengan susana yang tidak kondusif. Penyebabnya adalah para pemain yang sudah berkumpul di lapangan dengan kudanya masing-masing. Apa tidak semakin ribut gadis-gadis pemuja Jehan dan Arya. Lagian Ellen sungguh bingung. Kenapa masih ada orang yang mendukung Arya padahal sudah jelas ia pelaku pelecehan dan tidak beretika. "Bener-bener sakit yang dukung tuh cowok."

Caca memukul pelan tangan Ellen. "Lo mau dihajar sama pendukungnya?"

"Gatau, ah. Badmood."

Ellen dan Caca duduk dengan tenang menyaksikan pertandingan. Syukur saja mereka berada di barisan paling depan. Jadi tidak perlu repot berdiri untuk menyaksikan pertandingan.

Semakin dilihat, pertandingan semakin menarik. Ini bukan pertandingan yang berat sebelah. Pertandingan berimbang di tambah melihat Jehan dan cowo tampan yang lain berkuda memang begitu menarik perhatian. Perlu dicatat bahwa Ellen juga manusia yang berjenis kelamin perempuan. Bisa dipastikan ia juga menikmati suguhan menawan dari olahraga ini.

Caca tersenyum miring. Temannya ini memang harus dipaksa agar bisa lebih menerima dunia luar. "Tadi katanya ada yang badmood, sekarang malah senyum sendiri kaya orang stress." lantas Ellen menghadap Caca dan hanya menyengir kuda saja.

Pertandingan dimenangkan oleh team Jehan meski hanya selisih 1 skor. Fansnya hampir baku hantam padahal Jehan dan Arya hanya menikmati permainan. Tidak ada permusuhan diantara keduanya.

"Gila juga comeback lo, Han. Sekalinya main bisa ngalahin team gue yang udah 3 kali berturut-turut menang." ujar Arya.

"Gue emang ga berniat kalah dari lo, Ar." ujarnya sedikit tengil.

"Anjing! Sombong bener baru menang sekali juga lo." ujar Arya heboh yang disusul tawa dari keduanya.

Mata Jehan teralihkan pada Ellen yang masih setia duduk di tribun depan. Ia malas mengantri untuk turun dari tribun jadi ia menunggu sambil duduk. Arya yang menyadari arah pandang Jehan pun terkaget melihat gadis yang kemarin mengatai dirinya najis. "Wow! Jangan bilang dia gebetan lo, Han." heboh Arya.

"Jauh-jauh dari yang ini, Ar. Bukan wilayah lo."

Arya tertawa sumbang. "Sayangnya emang pengen gue mainin sih. Dan gue juga ga peduli sama wilayah yang lo maksud."

Meski tidak bermusuhan, Jehan juga bukan orang yang dekat dengan Arya. Dia tau arya problematik dan tentunya Jehan tidak ingin ikut campur selama tidak mengusik dirinya. "Lawan lo gue."

CARNATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang