hidup tapi tak hidup

136 13 0
                                    




     "jadi gini bu, jeno.. sudah terlalu hancur. dan dari masalah yang bu riana ceritakan ke saya, itu sangat amat berdampak pada kesehatan mental jeno, tak hanya fisik bu, mental jeno sudah benar-benar rapuh. mungkin sudah 2 tahun berlalu, tapi saya yakin, jeno masih terjebak oleh bayang-bayang masa lalu. sekarang mungkin puncak pelepasan jeno, dan ini sangat berbahaya karna sudah ditahap ingin mengakhiri hidupnya sendiri. bu, saya sarankan jeno melanjutkan perawatan untuk kesehatan mentalnya, saya turut khawatir bagaimana kedepannya jika hanya dibiarkan." kelas psikiter kepada riana.

riana berkaca-kaca, sudah sehancur itu kah anaknya?

"iya, saya akan usahakan apapun untuk kebebasan jeno. sudah cukup, sudah cukup saya menjadi ibu yang gagal untuk jeno. dok, terimakasih ya, saya pamit." riana pun keluar pergi dari ruangan tersebut. di luar, ia menangis. 2 tahun ia membiarkan jeno dalam kesakitannya. riana pikir bahwa semuanya telah baik-baik saja, jenonya sudah baik-baik saja setelah kematian suaminya.

tapi ternyata salah, luka putra bungsunya ini masih belum kering. riana, anakmu masih membutuhkanmu sampai saat ini.

"ahh bodoh, bodoh sekali kamu riana." bisiknya pelan sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.

ia memasuki kamar sang anak, mendapati jayden tengah menyuapi jeno.

"dek, aaaa gitu, ini kakak tangannya pegel banget kamu ga nyangap-nyangap." bujuk jayden kepada jeno.

"gamau kak, jeno mual." tolaknya.

"adek kok gitu? adek gamau kakak suapin ya? yaudah, kakak minta maaf deh. nanti sama bunda aja ya? adek harus mau makan." jayden hendak menaruh mangkuk berisi bubur itu, namun tindakannya di hentikan oleh jeno.

"ngga, adek berubah pikiran, adek sekarang mau makan disuapin kakak." mendengar hal itu pun jayden tersenyum, ia mulai menyuapi jeno dengan hati hati.

"ekhem, tumben akur nih anak-anak bunda." ucap riana menghentikan pergerakan keduanya.

"loh bunda? sejak kapan ada disini?" tanya jay.

"dari tadi, masa kalian ga ngeh?" riana menaruh tasnya di atas meja, lalu mendekatkan diri kehadapan kedua putranya.

"adek, nak.. gimana? udah mendingan?" tanya riana yang hanya dibalas anggukan oleh jeno.

riana dan jay sebenarnya sangat sedih, ia baru menyadari bahwa jeno menjadi lebih pendiam, jeno juga sering melamun, kadang, jeno menangis tanpa sebab.

"adek, ini aaa, jangan ngelamun terus." tegur jay lembut.

riana menghela nafas, jeno terlihat sangat menyedihkan sekarang.

"bunda.. adek mau sekolah, ayo pulang, adek gasuka disini." jeno menoleh pelan kearah riana sambil berucap lirih.

"ayo! ayo pulang, tapi tunggu kamu sembuh dulu ya sayang. kalau udah sembuh, baru kita pulang." riana mengusap surai jeno pelan, mendapati sekitar 7 helai rambut yang rontok.

pikiranmu pasti berisik sekali ya nak? sampai rambutmu saja berjatuhan meninggalkan kepala berisikmu.

———

setelah sekitar seminggu jeno dirawat sekaligus rehabilitasi di rumah sakit, akhirnya jeno pun dipulangkan.

"bunda, jeno gamau ke rumah sakit lagi! jelek, ga nyaman, jeno gasuka." omelnya dimobil.

"loh, harus kesana lagi dong, nanti yang lepas jahitan kamu siapa? tuh liat tangan kanannya, belum di kepas itu jahitannya." mendengar itu jeno merengut.

"bunda emang gabisa lepasin? kenapa harus sama dokternya?" tanya jeno polos.

"ya ngga bisa sayang.."

"luka jahit itu.. sama seperti yang disini ya bunda?" jeno menunjuk kepala kirinya yang menunjukan bekas luka jahit panjang. melihat itu riana tersenyum pilu, sedih ketika mengingat hal apa yang membuat luka itu terbentuk.

riana mengangguk, "adek, adek mau makan apa?" tanya riana mengalihkan topik pembicaraan.

"gamau, jeno udah kenyang." kenyang dari mana? sudah 7 jam terakhir ia tak makan apapun.

"tapi bunda laper, bunda mau makan kalau sama adek, adek temenin bunda makan ya?"

"yaudah, jeno mau makan sama bunda." riana pun tersenyum lalu merapihkan poni jeno yang menitupi keningnya.

"kak, ke McD ya."

———

"adek mau pesen apa?" tanya jay.

"terserah kakak aja."

"loh, kamu yang makan, masa kakak yang milih?"

"y-yaudah, cheeseburger nya satu kak." setelahnya, jeno dan riana meninggalkan jay yang sedang memesan makanan.

setelah beberapa menit berlalu, jay datang sembari membawa beberapa makanan.

jeno melihat cheeseburger itu, lalu setelahnya bayangan masa lalu kembali menghantuinya.

"ANAK SIALAN!! KAMU YANG MAKAN BURGER DI DAPUR, KAN??" bentak raja sambil menarik kerah jeno.

"p-pak.. maaf, jeno lapar, jeno minta maaf.." segala permohonan maaf dan juga ampun sudah jeno keluarkan, namun itu tak membuat kemurkaan raja berhenti.

"anak kurang ajar! kan sudah saya bilang kalau hukuman kamu 3 hari lalu tidak boleh makan sampai saya izinkan. ngeyel ya kamu?! dasar anak haram, tolol!" pukulan kembali menghujani tubuh mungil jeno.

jeno menganggap kali ini ia pantas mendapatkannya.

maaf ayah.. jeno lapar, burgernya enak sekali, terimakasih ayah..

"dek? makanannya kenapa diliatin mulu?" tanya riana.

"o-oh, gapapa bun." jeno mulai memakan burger itu secara perlahan.

udah dong, jangan ingetin aku sama yang dulu lagi. aku udah capek, kepalaku jangan terlalu berisik, tolong.

bersambung..

———

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
semua dirayakan bundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang