Sick

556 57 6
                                    

Rin diperintahkan kakaknya untuk membangun kan omega yang menjadi suaminya ini. Mereka harusnya sekamar, tetapi ditengah malam, rin pindah menuju kamar lain.

"Isagi"

"Isagi Yoichi"

Rin dengan ragu menyentuh lengan milik Isagi. Raut rin terkejut. Suhu badan isagi melonjak tinggi.

Dia demam. Sepanas ini????

Isagi melenguh dan mengulet.

Rin seketika salah fokus dengan airmata isagi yang mengalir.

Menangis dalam tidur??..

__

Ketika di cek dokter pun isagi tidak menunjukkan tanda tanda untuk bangun dari tidurnya.

"Dok gapapa dia tidur dari tadi? " Sae.

"Gapapa, makan dan minum obat setelah bangun saja ya"

Sae mengangguk dan mempersilahkan sang dokter untuk keluar, sembari mengantarnya.

Entah apa yang terjadi di dalam mimpinya, tiba tiba isagi terbangun dan langsung terduduk dikasurnya.

Kepalanya berkunang kunang. Pusing sekali.

Tangannya memegangi kepala. Airmatanya kembali menetes, isagi menangis, sampai terisak dibuatnya.

"Yoichi... Syukur lah" Isagi menatap Sae, dengan airmata yang mengalir. Spontan dia mengusap airmatanya.

"Maafin aku kak baru sehari disini udah nyusahin kakak. Rin juga. Maaf banget" Bibirnya bergetar. Entahlah, setelah melihat Sae dia jadi ingin menangis keras.

"Nyusahin gimana??.. Kamu cuma sakit. Gak usah mikir aneh aneh" Sae dengan telaten mengusap airmata isagi yang membasahi muka.

Tapi yang ada tangis isagi semakin kencang. "Udah udah. Kalo nangis mulu malah tambah pusing" surai legam isagi diusap dan dibawa isagi kedekapan sae.

Isagi mengangguk.

Rin memasuki kamar setelah sae memutuskan untuk pergi ke dapur. Beberes katanya.

"Maaf udah nyusahin..." Isagi mencicit.

Rin menghela nafas, "repotin gue aja, jangan bang sae"

Kepala isagi semakin menunduk. "Jangan ngomong gitu...gue semakin berpikiran kalo gue beban"

Rin lagi lagi menghela nafas, "lo emang beban gue, jadi jangan jadi beban bang sae" Isagi mengangguk. Tapi bibir dia bergetar.

"Ngomong nya jangan keras keras. Maaf gue cengeng"  Isakan isagi terdengar di pendengaran Rin yang membuat nya mengusap muka.

Duh??? Kenapa gue se moody ini. Kebiasaan banget.

Rin mendecak sambil mendekati kasur yang di duduki isagi. "Mama lo ngidam apa sih anaknya nangis mulu kerjaan nya" Tetapi tangannya bergerak mengusap airmata isagi.

Yang ada malah airmata isagi mengalir terus dibuatnya, "lo gak pernah di giniin apa gimana" Isagi menggeleng setelah airmatanya mereda sedikit.

"Lo tidur lagi aja" Isagi terdiam. Bahkan tidak mengubah posisi nya.

Rin beranjak, tetapi lengan isagi menahan nya. "Apa? "

"Stay, don't leave me like last night" Rin mengerjapkan matanya.

Oh. Dia tau?

Rin menghela nafas, "emang lo siapa ngatur ngatur gue isagi? " Rin menarik lengannya dari genggaman isagi.

"Yoichi..." Isagi mencicit.

Rin mendecih. "Lo banyak mau sialan"

"Maaf. Ini terakhir. Setelah gue sembuh gue bakal pergi dari rumah ini. Nyatanya emang bener gue bakal selamanya jadi beban. Jadi maaf udah bikin lo terlibat diperjodohan ga masuk akal ini"

"Banyak omong. Lo udah jadi beban gue karena perjodohan itu dan lo seenaknya kabur? Mana bisa anjing? Yang ada lo nambah beban gue karena harus nyari lo yang kabur" Isagi tersentak karena ucapan kasar Rin.

"Mending lo tidur gue gak mau dengerin lo ngucap omong kosong" Lagi lagi matanya berkaca kaca.

Dia memang cengeng dan dia tidak menyangkal itu. Saat bersama chigiri hari lalu hanya pengalihan semata. Aslinya takut banget.

__

hello guys. sorry for the long upload.

Arranged Marriage | RinsagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang