Desas-desus (sasus) yang merebak di masyarakat adalah orang-orang Belanda khususnya tuan-tuan Belanda yang tidak segan-segan untuk mendapatkan anak-anak gadis desa dengan cara membeli mereka dengan janji manis uang, jabatan untuk orang tua gadis-gadis itu, atau bahkan sebagai bayaran atas hutang-hutang mereka pada pemerintah Belanda.
Apakah ini ada dalam sejarah? Belum tau pasti, tapi yang pasti para Nyai-Nyai itu adalah salah satu bukti nyata para tuan-tuan Belanda memiliki gadis-gadis pribumi sebagai "gundik", diluar alasan mengapa mereka menjadi gundik.
Meskipun tubuh, tenaga, dan pikiran masyarakat pada saat itu tertuang penuh pada sistem kolonial, beberapa dari mereka tetap memiliki pandangan kalau "menjual" anak perempuan mereka demi jabatan dan uang adalah hal keji dan buruk. Jika ada salah satu diantara mereka yang tiba-tiba menjadi mandor kebun, tiba-tiba memiliki uang banyak untuk membeli ternak atau sawah, sementara anak perempuan mereka tidak lagi terlihat sudah dipastikan orang itu menjual anak perempuan mereka pada tuan Belanda.
Hal lainnya adalah, jika salah satu diantara mereka tiba-tiba menghilang dan beralasan pulang kampung, hal kemungkinan yang terjadi adalah hutang mereka sudah selesai dan memilih untuk meninggalkan rumah itu dan anak perempuan mereka sudah hilang terlebih dahulu dengan alasan sudah dikirim lebih dulu ke kampung.
Hal-hal seperti inilah melatarbelakangi adanya pergundikan di Hindia Belanda. Belum lagi, wanita-wanita Netherland yang datang ke Hindia Belanda tidak banyak. Mungkin saja mereka ditugaskan ke Hindia Belanda sebagai perawat, guru, ataupun terpaksa ikut orang tua mereka karena pindah ke Hindia Belanda untuk merubah nasib mereka ketika nanti kembali ke Netherland. Atau sebagian dari perawat dan guru itu mengikuti langkah suaminya yang hijrah ke Hindia Belanda.
Para lelaki Belanda baik dari tentara, pedagang, atau yang memilih beradu nasib di Hindia Belanda jarang yang membawa serta istri-istri mereka ke Hindia Belanda. Mungkin beberapa dari mereka ada yang single atau belum menikah. Sehingga bagaimanapun normalnya seorang laki-laki, mereka butuh perempuan untuk meluapkan hasrat mereka. Salah satu caranya adalah dengan memiliki gundik. Ada yang hanya memiliki satu gundik, ada yang lebih.
Lalu bagaimana dengan alasan Galuh Nirmala yang menjadi seorang Nyai? Hidup tercela di rumah mewah tuannya. Hidup terhina dengan balutan gaun sutra. Hidup tanpa kehormatan dalam lingkaran kalung permata asli dari Inggris. Hidup bersama cemoohan dengan lapisan lantai dari Dinasti Qing. Setidaknya, inilah yang dikatakan oleh banyak orang.
Hidup tenang di dunia, tidak dengan akhirat.
***
Ayoo, bintang dan follownya bermanfaat banget buat aku dan akun ini 🤩
Jumat, 23 Juni 2023
Tertanda_berrybee
With love
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku NYAI
Historical FictionMasyarakat sudah begitu resah dengan keberadaan si Nyai. Karena Nyai hanyalah seorang perempuan yang tidak layak disebut sebagai perempuan, seorang perempuan pengkhianat, penjilat demi uang, dan perempuan yang menjual dirinya demi hidup yang layak...