Sri Ratna Wedari. Sudah seminggu ini ia bekerja di istana Nyai Galuh rasanya dirinya malah semakin heran akan kepintaran dan kecerdasan majikannya. Memangnya, apa yang tuannya beri hingga Nyai Galuh dapat berkembang sebegini hebatnya? Dirinya saja yang usianya masih muda begini sudah kewalahan mengurus semuanya, yang ada dalam dirinya sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan Nyai Galuh.
Seminggu terakhir ini, Ratna masih sibuk sekali belajar untuk membaca huruf-huruf alfabet. 26 huruf alfabet begitu sulit untuk dia hapalkan, bentuknya serta tulisannya. Ratna bahkan sering terbalik jika disuruh menulis b dengan d kecil. W dengan M karena Ratna pikir itu sama-sama berbentuk zig-zag akan tetapi kenapa harus dibalik-balik, merepotkan sekali. Ratna tahu bahwa itu adalah huruf W dan M, dia dapat mengucapkannya dengan lancar tapi kenapa saat menulisnya begitu sulit.
"Kowe iki nek goblok ojo mbok pelihara to, Na!| Kamu ini kalau bodoh jangan dipelihara, Na!" akhirnya kata-kata emas Darmini keluar dari mulutnya. Tak sadar, Nyai Galuh ternyata memperhatikan mereka berdua, namun Darmini segera sadar dan menengok Nyai Galuh karena ia takut Nyai akan marah.
Nyai Galuh pun pergi meninggalkan mereka berdua tanpa ekspresi apapun.
"Aku ndak ikut-ikutan loh, Mbak Dar" kata Ratna setelah melihat Nyai Galuh.
"Mbak Dar - Mbak Dar. Panggil aku Mbak Darmini! Kita baru kenal kemarin" kata Darmini memprotes Ratna.
"Halaaah, Mbak Dar iki. Ndak ada to orang-orang disini yang manggil njenengan Mbak Dar? Itu panggilan khusus untuk Mbak Dar dariku, biar aku belajarnya tidak bosan. Karena bisa menganggap kalau kita ini sudah dekat sebelumnya. Ngunu lho, Mbak Dar" jelas Ratna.
Darmini memutar bola matanya mendengarkan alasan anak bau kencur di depannya itu, "wes sak karepmu! Yang penting kamu harus belajar sampai bisa. Jangan terlalu beranggapan kita uwes sedekat iku yo!" jawab Darmini.
Ratna menghela nafas berat, "inggih ndoro" katanya.
°°°°
Ratna rasanya ingin menyerah mempelajari semua huruf-huruf itu. Darmini bahkan hampir angkat tangan mengajarinya. Tapi apa boleh buat, dia tidak mungkin meminta Nyai Galuh untuk menyewa seorang guru untuk Ratna.
Tapi dengan mengajar Ratna, pekerjaannya jadi bertambah. Ya memang, dengan melakukan hal itu bayaran Darmini jadi bertambah. Keluarganya justru lebih sering dikirimi beras, sayur, dan sebagainya oleh Nyai Galuh. Ratna benar-benar anak yang bodoh dan sulit menangkap pelajaran. Padahal pelajaran ini hanyalah mengenal huruf dan menghafalnya. Dibandingkan dengan Darmini, meskipun ia lebih telat belajar baca tulis ia tidak sebodoh Ratna.
Kini Ratna dan Darmini sedang berada di pawon (dapur) membuat teh hangat untuk disajikan pada tamu yang datang berkunjung ke istana Nyai Galuh.
Saat Ratna mengaduk gula dalam gelas yang berisi teh hangat, dia berceletuk, "Opo aku minta ke Nyai Galuh supaya aku jadi tukang rewang saja ya, Mbak Dar?" ucap Ratna penuh putus asa.
Darmini hanya menghela nafasnya. Dia pun bingung ingin menggunakan metode apalagi untuk mengajari Ratna. Semua metode yang Nyai Galuh pakai untuk mengajari anak-anak dan perempuan baca dan tulis sudah ia lakukan. Namun, nihil.
"Aku sudah tidak tertarik mendapatkan gaji yang besar, Mbak Dar. Yang penting aku dapat uang dan bisa membayar hutang untuk mengembalikan ibuk" ucap Ratna.
Darmini tertegun, batinnya merasa iba. Darmini justru merasa bersalah sudah terlalu keras mengajar Ratna. Kekesalannya melupakan alasan mengapa Ratna rela bersusah payah belajar membaca dan menulis.
"Nduk, opo wae yang Nyai suruh iku pasti punya tujuan yang bagus buat awakmu. Nyai mungkin tidak saja memikirkan gaji yang besar untukmu, tapi Nyai memiliki tujuan lain untukmu sehingga kamu harus bersusah payah seperti ini" kata Darmini lembut. Tidak seperti biasanya. Dan tentu saja hal ini membuat Ratna heran sampai ia mengalihkan pandangannya dari teh di tangannya pada wajah Darmini.
"Ono opo? Enek yang salah dari wajahku?" tanya Darmini.
Ratna dengan wajah melongo hanya menggelengkan kepalanya.
"Sudah, antarkan ini ke depan. Nanti aku susul ke depan bawa cemilan" kata Darmini memecah suasana.
— Ratna ke depan membawa teh hangatnya, di hadapan Nyai Galuh sudah ada dua orang laki-laki Belanda yang tampan dan gagah. 'Memang mereka tampan, tapi mereka semua yang menyebabkan aku sengsara!', batin Ratna.
"Nduk, cemilannya mana?" tanya Nyai Galuh.
Dengan kepala yang tertunduk, dan nampan besi untuk membawa teh yang ia pegang di depan lututnya, Ratna menjawab, "Mbak Darmini yang akan mengantarkan nya, Nyai. Sebentar lagi datang" ucap Ratna.
Ratna pun jalan mundur menuju dapur. Namun saat melewati samping sofa, Nyai Galuh menahan lengannya untuk berhenti mundur.
"Nj-njih Nyai, apa ada yang kurang?" tanya Ratna gugup.
"Wes, kene, lungguh di sebelahku" kata Nyai Galuh membuat Ratna terkejut. Ratna memilih untuk duduk di lantai sebelah kursi Nyai Galuh.
Dan tidak lama Darmini datang membawa pelbagai camilan. "Darmini, tolong bawakan sekalian nampan yang di bawa Ratna, njih" ucap Nyai Galuh.
Darmini sedikit terkejut, "njih Nyai" jawab Darmini dan langsung merebut namban besi yang berada di pangkuan Ratna.
Ratna menatap Darmini, seolah-olah mengartikan, "tolong bawa aku Mbak Dar"
Meskipun Darmini sadar akan tatapan Ratna, Darmini segera mangkir darisana.
"Pangapunten, Nyai. Ada apa Nyai menahan saya disini, njih?" tanya Ratna pada Nyai Galuh.
"Berdirilah, duduk di sebelahku. Aku hanya ingin mengenalkanmu pada tuan-tuan Belanda ini" jawab Nyai Galuh.
Ratna sontak terbelalak, 'apakah ini saat ku untuk ditukarkan? Tapi bukankah Nyai Galuh berjanji bahwa aku akan bekerja di rumahnya ini? Lalu mereka berdua disini untuk apa? Apakah permintaanku untuk bekerja dengan gaji yang besar terlalu berat untuk Nyai? Tapikan, sebenarnya aku pun tidak memikirkan gajiku besar atau kecil. Tolong jangan jual aku, Nyai'
Nyai Galuh tersenyum kemudian menaruh tangannya di atas paha Ratna, "nduk, mulai saiki Tuan Meijer yang akan mengajarimu belajar" ucap Nyai Galuh.
Penuh dengan terkejut, Ratna sontak menatap Nyai Galuh, "B-belajar Nyai? Aaah, biar aku diajar Mbak Dar saja Nyai. Lagipula, saya tidak ada uang untuk membayar mereka berdua Nyai" ucap Ratna.
Nyai Galuh menepuk paha Ratna, "wes, iku jadi urusanku. Urusanmu cuma belajar" jawab Nyai Galuh.
"T-tapi Nyai, kulo belum bisa membaca bahasa ibu Pertiwi sendiri. Bagaimana saya harus belajar jika menggunakan bahasa Londo" sanggah Ratna berusaha untuk tidak diajar oleh Londo putih itu.
Namun, dengan mengejutkan tuan Meijer tersebut ikut berbicara, "saya bisa menggunakan bahasa ibu Pertiwi-mu. Jangan khawatir, Ratna" katanya membuat Ratna tidak memiliki harapan lain, selain bertekad untuk belajar membaca.
Nyai Galuh tersenyum ramah meyakinkan Ratna, "sudah, kamu pikir dulu tidak apa-apa. Tapi besok kamu harus punya jawabannya, nggih nduk?""Tuan Meijer, Tuan Bosscha. Silahkan dicoba teh dan cemilannya" ucap Nyai Galuh pada dua orang Londo itu.
***
“
Bantu support ya teman-teman, bintang dan follownya bermanfaat banget buat aku dan akun ini 🤩
”Senin, 15 February 2024
Tertanda_berrybee
With love

KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku NYAI
Narrativa StoricaMasyarakat sudah begitu resah dengan keberadaan si Nyai. Karena Nyai hanyalah seorang perempuan yang tidak layak disebut sebagai perempuan, seorang perempuan pengkhianat, penjilat demi uang, dan perempuan yang menjual dirinya demi hidup yang layak...