⋇⋆✦⋆⋇
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
Aku masih berdiri di dalam bus. Langit yang tadinya sebiru dasar kolam renang, tiba-tiba berubah wujud. Rasanya seperti memasuki dimensi lain, perlahan tapi pasti awan gelap datang menghampiri.Rintik hujan pun turun. Begitu deras, sampai-sampai sang supir kesulitan melihat jalan. Aku menyesal mengenakan pakaian kurang bahan. Cuaca serta suhu AC disini sepertinya sudah sama dengan suhu di Antartika, dinginnya menusuk sampai ke tulang.
Di pemberhentian bus selanjutnya, bus berhenti. Tak lagi sanggup melakukan perjalanan, karena ruas arteri di depan terendam air. Mau tidak mau, semua penumpang diturunkan, termasuk diriku.
Mengabari partner kencanku menjadi hal pertama yang terlintas dalam benak. Ini fenomena alam, dia pasti memakluminya. Usai menulis beberapa paragraf alasan dan kalimat maaf, aku mulai menikmati pemandangan di hadapanku.
Entah sudah berapa lama sejak hujan lebat terakhir turun. Di satu sisi aku menikmatinya, tapi di sisi lain saat ini harusnya saat yang tepat untuk semangkuk mie kuah pedas.
Aku menghela nafas, berusaha meredam nafsu laparku yang mulai mengambil alih. Semakin lama, tempat ini semakin padat. Semua bus yang lewat, menurunkan penumpangnya di halte ini. Keluar dari sini adalah pilihan yang tepat.
Sebelum melangkah keluar aku membuka maps terlebih dahulu, barangkali ada tempat layak untuk berteduh.
Bingo. Ada sebuah minimarket berjarak kurang dari satu kilometer. Kuraih payung kecil dari dalam tas, dan mulai berjalan menembus deras hujan. Semoga payungnya tidak terbang, harapku.
Belum ada setengah jalan, aku menyesali keputusan ini. Alasannya, karena jalan yang ku lalui sedikit tergenang, akibatnya air mulai merembes ke dalam sepatuku. Tapi, harusnya ini lebih baik dari pada tertumpuk bersama di halte yang sekecil itu.
Walau samar, aku bisa melihat papan nama minimarket di depan. Mestinya dalam beberapa langkah lagi, aku sudah aman.
Payung ku letakkan di tempat khusus. Pintu otomatis terbuka, mengenali kehadiranku yang hendak memasuki tempat ini.
Item pertama yang kucari adalah sandal jepit. Aku benar-benar tidak tahan dengan sensasi kaki basah dan terendam dalam sepatu. Belum lagi, jejak-jejak kotor yang kutinggalkan membekas di atas lantai.
Item kedua, tentu saja, semangkuk mie kuah pedas hangat. Aku mengambil sosis, keju, dan telur. Kemudian memasukkan semua bahan, serta mie instan ke dalam alat memasak. Senyum bangga terpatri jelas di wajahku, akhirnya perang kelaparan ini bisa dimenangkan.
Beruntungnya, minimarket ini juga punya tempat makan dalam ruangan yang menghadap jendela besar. Tempat yang sempurna untuk menghangatkan diri, sementara badai berlalu lalang diluar.
Aku menyesap kuah hangat ke dalam mulutku. Benar, ini adalah hal paling tepat untuk dilakukan ketika hujan deras turun.
Seorang pria duduk tak jauh dari tempatku. Awalnya tidak ada yang aneh. Tapi bila melihat dari sudut mataku, sepertinya ia mengamatiku untuk waktu yang cukup lama.
Aku memberanikan diri untuk mengamatinya balik. Dan benar saja, aku sungguh menyesal memutuskan untuk berteduh disini. Seharusnya aku ada di halte saja, dan menunggu bersama dengan penumpang yang lain.
"Hai, " ucapku masih dengan ekspresi terkejut. Aku sendiri keheranan, kenapa kata itu yang lolos dari bibirku.
Suara denting microwave memecah keheningan di antara kami. Dengan linglung ia bangkit dari duduknya dan mengambil makanan miliknya. Gelagatnya tidak jauh berbeda denganku, kelihatannya ia sedikit terkejut dengan keberadaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date With XH (Completed)
Fanfic️️ ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Kencan Buta, atau yang gampangnya disebut sebagai Blind Date. Pertemuan pertama yang dipenuhi dengan rasa tak karuan. Pertemuan pertama yang mustahil terlupakan. Pertemuan pertama, yang menjadi awal kisah kasmaran. Atau, Pertemua...