Dikamar yang luas dengan dihiasi chat dinding bernuansa pink cerah, tertangkap gadis cantik yang sedang duduk dikasur queen sizenya. Menatap kosong tembok kamar dengan pipi yang lembab karena air mata!. Bolehkah dirinya berteriak kencang untuk saat ini? dan bolehkah dirinya egois untuk meminta sesuatu? Tapi apakah itu bisa?. Isakan tangis terdengar diruangan kamar yang sepi hanya dirinya dan benda-benda kamar yang mendengar suara tangis nya.
"Hikss...bun-bunda Hikss...yara kangen bund" Lirihnya disertai air mata yang deras siap untuk mengguyur pipi cantiknya. Ingin kembali kemasa lalu tapi takut kejadian naas datang kembali!. "an-andai bunda gak lepas tangan yara Hikss...bunda pasti gak akan pergi" Tangisnya semakin pecah kala mengingat masalalu. "kenapa tuhan gak adil? yara salah apa? terus bunda juga salah apa HA? aku sakit hati Hikss... aku kan sayang sama bunda! Apa tuhan gak sayang yara? Hiksss... Hiksss..." Siapapun yang mendengar suara tangis yara pasti bakalan sama-sama merasakan sakit yang yara pendam saat ini.
Karena capek menangis yara memilih untuk berwudhu, dengan berjalan gontay yara menuju kamar mandi, dengan sekuat tenaga yara memutar kran air, rasanya seperti sedang berada didalam air, buram-buram serta pandangan bergelombang.
Yara menggelengkan kepalanya kuat agar tidak terlalu pusing. "aku harus kuat gak boleh lemah! Cukup hati aku aja yang lemah tapi jangan fisik aku ikutan lemah juga!". akhirnya wudhu pun selesai dengan segera yara keluar dari kamar mandi.
Hufftt...
'maafin aku ya allah' Yara mengusap air matanya. Begitulah manusia tidak pernah luput dari dosa. Terkadang berbuat dosa dan terkadang bertaubat! Sesungguhnya allah maha pengampun seluruh dosa hambanya! dan menerima taubat hambanya untuk kembali lagi dijalannya yang lurus.
"shhh...auh...kepala aku pusing banget, emph...papah yara butuh papa-"
Brukk...
kriett..."non, ayo ma-" Seketika mata bi irah membulat lebar karena melihat yara tersungkur kebawah. Muka pucat, mata yang tertutup beserta percikan air dibaju dan tubuh pertanda dirinya habis mengambil air wudhu. Air mata bi irah pun mengalir perlahan membasahi pipi mulus nya, dirinya bingung harus berbuat apa.
Dirumah sebesar ini hanya dihuni oleh mereka berdua saja. Papah yara masih bekerja diluar kota, kan tidak mungkin jika menelepon ale untuk pulang kerumah agar membantunya membawa yara kerumah sakit. Badan yara semakin panas hal itu tentu saja membuat bi irah semakin panik.
Drttt...
Drttt...suara handphone yara berbunyi dari atas nakas, bi irah menaruh kepala yara dilantai dengan lembut, Tanpa babibu bi irah langsung menggeser ikon hijau keatas, Ketika mendengar suara dari seberang sana akhirnya bi irah bisa bernafas lega dan bisa meminta bantuan.
hallo ra
iya halloLoh? bi irah?
Yara nya mana bi?Bi irah menjeda obrolannya sebentar untuk melihat nama kontak yang sedang berpanggilan suara dengan nya.
Bi irah? yaranya mana?
non ratu to-tolongin
non yara Hikss...Loh? emang nya yara
kenaoa bi?non yara pingsan, bada
badan nya panas banget.
Bibi takut non yara kenapa
-kenapa
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRA BASCARA WILANTARA
Teen FictionMencintai gadis mungil yang masih menduduki kelas 6 SD memanglah hal yang tidak mudah, harus memiliki tingkat kesabaran dan harus menuruti apapun yang dirinya mau. sedangkan agra sendiri sudah menduduki kelas 2 SMA, apakah cinta mereka akan abadi? a...