O7. lagi dan lagi dan lagi

114 15 7
                                    

Coba tebak apa yang terjadi selanjutnya?

Lari.

Hanya satu kata itu yang terbesit dikepala Winona adalah lari. Tapi entah kenapa jatungnya serasa mencelos dan lututnya sudah terlanjur lemas untuk menghindar saat Julian lagi-lagi memanggil namanya dengan suara riang gembira.

"Ona sini Na!"

Mampus.

Julian melambaikan-lambaikan tangannya dengan senyuman yang amat sumringah ke arah Winona. Sementara wajah Winona sudah pucat pasi ditempat.

Angkasa yang berdiri di sebelah Julian ikut menoleh. Satu dua detik kemudian mata mereka bertemu. Buru-buru Winona memalingkan matanya ke arah lain. Saat dirinya berusaha untuk menampakan kaki untuk pergi dari situ tiba-tiba lengan Amanda menyambar lengan miliknya cepat dan menariknya dengan kuat kearah Julian dan Angkasa yang berada tepat di depan pintu masuk kelas.

Demi Tuhan jantung Winona semakin tidak karuan.

"Astagfirullah ini kenapa begini yaAllah tolongin Ona." batinnya penuh harap.

"Na lu taukan acara Festival musik yang waktu itu gue ceritain, nah jadi ini temen gue Na, namanya Angkasa.....

Suara Julian samar-samar menghilang  ditelinga Winona karena suara detak jantungnya yang menggebu begitu cepat lebih berisik daripada semua bising yang ada disekitarnya.

Demi Tuhan lagi, rasanya Winona mau kabur dari sini. Sekarang juga Ia mau masuk ke kelas, ke toilet, ke perpus atau kemanapun asal tidak di depan manusia bernama Angkasa Abimana.

Winona hanya sesekali menoleh ke arah Julian yang masih mengoceh ini dan itu dan dari ekor matanya Winona bisa melihat Angkasa yang hanya berdiri diam disamping Julian. Merasa bersyukur sedikit karena lelaki itu tidak memberikan atensi lebih kepada Winona. Karena jujur, malu banget rasanyaaaAAAAAA.

"Nah jadi gimana lu mau beli apa engga Na?" tanya Julian mengakhiri ocehannya—yang sama sekali tidak Winona dengar—

"Yakali Ona nggak nonton Ardhito, beli lah Na 7 buat temen-temen lu, Ijul sama gue sekalian." celetuk Bagas asal sambil terkekeh pelan.

"Yeee mupeng lu." sinis Manda ke Bagas.

"Na? Gimana mumpung masih presale dan temen gue panitianya nih, sekalian bantuin dia jualan juga." tanya Julian lagi.

"Hmm... Yaa nanti gue pikir-pikir dulu ya, ummm.. soalnya.. apasih itu gue, eee bulan ini tuh lagi banyak pengeluaran. Apa itu, berapa tadi kata lu tiketnya?"

"100, presale." jawab Angkasa.

"Oh okey, umm... misal nanti jadi, gue kabarin ke Julian ya." ucap Winona sambil masih berusaha menghidar kontak mata dengan Angkasa.

"Lah nggak usah ke gue, langsung aja ke Angkasa."

Mampus.

"Mampus. Mampus. Mampus. Ijul goblok banget bisa sekali aja diem nggak sih mulut lu itu!"

"Lu save aja nomor Asa, Na."

"ANJING! BRENGSEK!"

"Atau gue aja yang save nomor lu?"

"HAH?"

Deru detak jantung Winona makin berpacu cepat. Tangannya serasa dingin dan kebas sementara tenggorokannya sulit menelan salivanya sendiri. Perutnya serasa digelitik. Perasaan aneh ini membuat Winona tidak nyaman sama sekali.

"Na, nomor lu itu ditanyain." senggol Manda melihat Winona yang diam tidak bergeming.

"Hah??"

"Nomor telfon lu Ona, ditanya Angkasa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Euphoria | Winter Kim x Hamada AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang