Happy Reading~
🪐🪐🪐
" Saya kerja siang malam untuk menyekolahkan kamu tapi apa hasilnya?! Kenapa nilai kamu merah semua! Hah? "
Seorang wanita paruh baya terlihat sangat marah, ia melempar kertas kertas di tangan nya hingga berserakan.
" uang saya hanya terbuang percuma untuk membayar SPP dan kebutuhan sekolah kamu kalau hasilnya hanya seperti ini!! "
"-Lebih baik kamu kerja! bisa dapat uang! Jangan cuma bisa menghabiskan uang saya saja " wanita paruh baya itu berteriak di depan wajah seorang gadis yang hanya menunduk di depan nya.
" Maya! Berhenti bicara kasar sama anakmu sendiri. Ingat, Niskala anak kandung kamu " seorang wanita Dengan tubuh renta menyela ucapan wanita bernama Maya yang tak lain anaknya sendiri.
" Ibu tidak usah ikut campur! Anak ini perlu di didik! Dia tidak tahu bagaimana susahnya mencari uang sehingga membuang buang uang dengan cara lalai dalam belajar! "
" Dia fikir siapa yang membiayai sekolahnya kalau bukan saya? Ayahnya? Cuih. Pria sialan itu hanya tau berjudi dan mabuk! " wanita itu terlihat sangat emosi bahkan sampai menunjuk nunjuk Gadis di depan nya yang tak lain putri kandung nya.
" Berhenti sekolah dan ikut saya bekerja, Sekolah juga tidak menjamin kamu mendapat uang dan menjadi orang kaya. lebih baik bekerja mencari uang jangan menjadi beban keluarga."
Gadis di depan Maya hanya menunduk menatap ubin dengan tatapan kosong, ia sudah biasa mendengar semua kata kata menyakitkan seperti saat ini, ia sudah terlalu malas berdebat, ia memilih diam dan tak menanggapi.
" Kalau tidak mau terserah. Saya lepas tangan untuk urus anak tidak berguna seperti kamu, kalau ibu ingin mengurusnya silahkan. saya tidak mau tahu apapun soal dia lagi "
Maya mengambil tas nya lalu berjalan keluar dari rumah.
Dewi adalah nama nenek dari gadis itu, wanita renta yang sudah sakit sakitan, dari dulu ia mengurus cucunya sendirian saat anak dan menantunya sibuk dengan dunia masing masing.
Nek dewi menghela nafas, ia merasa gagal menjadi orang tua melihat sifat Maya, anaknya.
" Kamu gapapa nak? " Tanya dewi mengelus tangan cucunya
" Gapapa nek, udah biasa " jawab gadis bernama Niskala.
Nek Dewi menatap cucunya iba, cucunya itu harus bisa bersikap dewasa dan harus selalu mengerti keadaan keluarganya yang kacau sejak ia masih kecil.
" Kala ke kamar dulu nek "
Nenek tersenyum tipis.
" Iya kamu istirahat ya.. jangan capek capek.. habis itu makan baru belajar lagi, jangan terlalu di paksain "
" Iya.. "
🪐🪐🪐
Niskala, gadis itu berbaring di tempat tidur dan menatap keluar jendela di sebelahnya, ia menatap air air hujan yang berlomba lomba jatuh membasahi tanah.
Pengalihan terbaik gadis itu adalah menatap langit, ia mendapat ketenangan sendiri ketika menatap langit, ia merasa sedikit beban di hatinya terangkat. Setiap hari bahkan tiap saat ia selalu menatap langit, ia merasa langitlah ciptaan tuhan terindah dan terbaik di dunia ini, tak ada yang bisa menggapai langit tapi semua orang bisa memandangnya dan dengan ajaib langit bisa menenangkan siapapun yang menatapnya.
Helaan nafas terdengar dari mulut Niskala, ia bangkit lalu berganti baju ke jeans dan kemeja putih, lalu ia mengambil tas kecilnya.
Kala berjalan keluar, ia mendapat shift sore di restoran tempat ia bekerja paruh waktu jadi ia harus berangkat bersiap.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALADEN
Ficção AdolescenteMenceritakan kehidupan seorang gadis bernama Niskala Archiella, gadis yang dipaksa hidup di lingkungan yang keras. Sejak kecil ia sudah mendapat kekerasan dari ayahnya dan didikan yang keras dari ibunya. Ayahnya seorang pengangguran yang sering be...