Chapter 2-Dia disini

39 2 0
                                    

Pagi hari disertai rintikan air hujan membasahi kawasan pondok pesantren Al latif tampak seorang santriwati yang sedang mondar mandir didepan kamar nya.

Dia adalah Hafsah,lebih tepatnya adik dari Hibban Athiyyah.Hafsah sedang menunggu kedatangan Hibban karena Hibban bilang akan datang hari ini.

"Duh,abang kemana kok belum datang," ujar Hafsah masih dengan kegiatan mondar mandir nya.

"Apa,dia ga jadi datang."

"Masa sih,kan kemarin abang bilang bakal kepondok sekarang."

"Hmm,apa aku coba ikut telpon ke ustadzah ya."

Tak lama setelah itu hafsah bergegas pergi ke kamar ustadzah untuk menelepon abang nya tersebut.

Tok..tok..tok... Suara ketukan pintu.

"Assalamu'alaikum ustadzah," salam Hafsah.

"Wa'alaikumsalam,iya sebentar," jawab seseorang dari dalam kamar asrama kemudian membuka pintu.

"Eh hafsah,iya ada apa?" tanya seseorang tersebut yang tak lain adalah ustadzah raisa.

"Ustadzah,saya mau ikut nelpon abang boleh?"

"Ustadz Hibban?" tanya Ustadzah Raisa.

Hafsah mengangguk. "iya Ustadzah"

"Boleh,tapi didalam ya,ga enak kalau diliat santriwati yang lain."

Hafsah hanya mengangguk kemudian masuk kedalam.

"Nih," Ustadzah Raisa menyodorkan handphone nya.

"Terima kasih ustadzah," diangguki oleh ustadzah Raisa.

Hafsah pun segera menghubungi abang nya itu,namun tidak diangkat tapi ia tak menyerah begitu saja,ia pun terus menghubungi sampai ke 3 kalinya dan masih belum terhubungi.

"Ih si abang gimana sih,aktif tapi kok ga diangkat," gumam Hafsah.

"Coba sekali lagi."

Dan akhirnya telpon hafsah diangkat oleh Hibban.

"Assalamu'alaikum ustadzah,ada apa?" salam Hibban dari seberang sana.

"Wa'alaikumsalam,abang ini hafsah."

"Ooh,kenapa de?"

"Abang kapan kesini,kenapa lama katanya sekarang kesini," rengek hafsah.

"Ini bentar lagi sampai,hujan nya tadi besar jadi abang menepi sebentar."

"Abang kesini sama abi umi kan?"

"Abi sama umi ga ikut."

"Kenapa?"

"Nanti abang jelaskan,kalau udah sampai."

"Iya."

"ehh abang bentar,titipan hafsah jangan lupa terutama masakan umi."

"Iya,kalau gitu abang tutup telpon nya lagi nyetir."

"iya abang,jangan ngebut."

"Iya,Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam,makasii abang."

Tak lama setelah itu hafsah kembali kekamarnya untuk menunggu kedatangan abi,umi dan abangnya.

"Ustadzah terima kasih,hafsah izin kembali kekamar."

"Iya sama sama,hati hati diluar lantainya licin."

"Iya ustadzah,Assalamu'alaikum" hafsah meninggalkan kamar ustadzah.

"Wa'alaikumsalam..."

Saat dalam perjalanan menuju kamarnya nasib tak berpihak pada adik Hibban itu,ia pun terpeleset karena lantai becek bekas cipratan air hujan.

HibbanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang