Bab 6. Kehebohan

26 7 0
                                    


"Gaes! Gaes! ada hot news!" Seru Widuri.

Widuri yang habis berlari, menyebabkan nafasnya tersengal. Apa lagi dengan tubuh yang terlebih lemak itu, makin membuatnya susah untuk sekedar berlari ringan.

"Tarik nafas dulu, Wid. Tarikk, tahan, tahan, tahan__"

"Ah, kurang asem, metong dong aku nanti!" Widuri memotong omongan Wawan.

Suka sekali memang Wawan menjahili Widuri, eits, bukan karena suka. Tapi memang Widuri ini gampang sekali di kibuli oleh teman sekelasnya tersebut.

"Hahaha, habis panik gitu. Udah kayak bapak-bapak yang kebakaran jenggot, tau gak sih. Emang ada apaan, sampai segitunya kamu lari sampai sini?" tanya Wawan, mulai penasaran dengan gosip yang dibawa oleh Widuri.

Berhubung Widuri adalah salah satu informan dari seluruh SMA Nusantara, tidak ada gosip yang beredar di sekolah tersebut yang terlewatkan oleh Widuri. Sehingga ketika ada gosip hangat, maka radar informan Widuri langsung aktif seketika. Seperti hari ini, dengan semangatnya Widuri langsung melesat tatkala dia mendengar ada kasus yang terjadi.

"Sebenarnya kamu itu kenapa sih, Wid. Kok yo gopoh banget. Apa nggak bisa kamu jalan santai gitu," tegur Yudha.

"Memangnya kenapa kalau aku gopoh? Masalah gitu buat kamu?"

"Bukan masalah buat Yudha, maksud Yudha itu, kalah kamu gopoh dan jatuh terguling. Siapa orang yang mau nolongin kamu?" tanya Wawan menengahi Yudha yang berhati lemah ketika menghadapi badak bercula satu itu.

"Emang kenapa denganku? Kalau aku jatuh ya tentu saja ada yang bakalan nolong, dong. Kamu lupa ya kalau aku ini primadona sekolah, sudah pasti akan ada banyak orang yang dengan senang hati mengulurkan tangannya untuk membantuku, masa gitu aja kamu nggak tau sih?" cibir Widuri dengan sangat percaya diri.

"Ya ampun! Wid oh Wid! Mbok yo kalau ngehalu tuh jangan ketinggian, kasian kalau sampai kamu jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Primadona sekolah kamu bilang? Siapa pulak yang nobatkan kamu yang mirip badak bercula satu ini sebagai primadonanya? Yakin deh tuh orang matanya rabun," ujar Wawan sambil berdecak, melihat Widuri dari atas sampai bawah. Benar-benar tidak ada yang bisa membuat bangga jika berjalan berdua dengannya.

"Sudahlah, Wan. Jangan kamu perpanjang lagi, kamu ini senang sekali sih mengganggu Widuri."

"Iya, biarpun dia begitu setidaknya dia selalu berguna untuk menjadi tameng saat kita dalam masalah."

"Hahaha, sialan! Kamu jauh lebih parah dari Wawan!"

Widuri yang sempat tersentuh ketika teman-temannya membela dirinya, kini muka gadis itu kembali di tekuk berkali-kali. Rupanya niat mereka buka membelanya melainkan meneruskan aksi Wawan yang menghinanya.

"Sialan kalian ini! Awas aja nanti kalau aku bisa ngalahin kalian," ucap Widuri sembari menggeretakan giginya. Hatinya sakit, saat terus menerus menjadi objek hinaan teman sekelasnya.

Namun, bukan Widuri namanya kalau dia lemah dan akhirnya menyerah, Widuri itu malah akan menjadi besar kepala jika dia jadi bahan pembicaraan orang lain.

"Sudah deh, sekarang kita dengarkan berita apa yang dibawa oleh Widuri." Yudha yang jengah mendengar omong kosong teman-temannya, menyudahi perang mulut tersebut.

"Nice, Yudha! Gini loh, gaes, si Risa itu loh, cewek kecentilan yang selalu nempel Ayang aku. Kalian juga pasti kenal dia," ujar Widuri.

"Risa kelas sebelah?" tanya Yudha 

"Iya, Risa yang itu. Cewek yang juga selalu sama Nia itu loh, ada hal buruk yang menimpanya,q" jawab Widuri.

"Dia kenapa?" Wawan mulai tak sabar dengan berita hangat apa dari kelas sebelah.

"Risa hilang! kemarin sepulang sekolah, dia tidak pulang sampe malam. Itu ortunya habis telpon wali kelas Risa," tutur Widuri.

"What! Bunga saja belum ketemu, ini malah nambah lagi yang hilang."

"Kamu jangan bohong deh, Wid. Jangan suka menebar berita yang tidak pasti, nanti semuanya makin tambah runyam."

"Tau nih, kamu itu kadang suka melebih-lebihkan cerita yang kamu katakan. Kami sulit mau percaya dengan omongan kamu."

"Benar, bukan sekali dua kali sih dia begitu. Mending kita jangan percaya dulu dengan apa yang Widuri sampaikan, bisa saja berita itu salah atau masih belum benar."

"Ye! Dikasih tahu malah nyolot begitu, ya terserah kalian sih. Mau percaya ya silahkan, nggak juga aku sih nggak perduli. Toh bukan urusanku juga," sewot Widuri.

"Eh, tapi bisa jadi loh apa yang Widuri katakan tadi itu benar. Waktu aku ke ruang guru tadi pagi juga emang  kondisinya sedang rame sih, cuman aku nggak nyari tau lebih dalam apa yang sedang para guru bincangkan," ucap Resti.

"Kamu yakin, Res?" tanya Wawan.

Resti mengangguk, sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Wawan.

"Maka dari itu, Wan. Itu kelas sebelah lagi rame," imbuh Widuri.

Widuri menoleh kearah Bagus yang tengah tertidur, kebiasaan buruk Bagus saat tidak ada Guru.

"Kenapa, Wid?" tanya Bagas.

"Ayang darimana?" bukannya menjawab pertanyaan Bagas, gadis gemoy itu malah balik bertanya.

"Dari ruang Guru, kamu tadi kenapa?"

"Itu loh, Yang. Si Risa yang deket-deketin kamu hilang," ucap Widuri.

Gadis itu lalu menempel kepada Bagas.

"Hilang? Kok bisa?"

"Ya mana ku tahu, Ayang. Emang aku cenayang," kata Widuri bernada manja dalam kalimat yang dia ucapkan.

"Eh, tapi, coba deh tanyain si Hulk. Kemarin kan mereka cekcok," imbuh Widuri, sambil melirik kearah Bagus lagi.

"Apa hubungannya hilangnya Risa dengan Bagus?" tanya Bagas.

"Habis, Bunga dan Risa hilang itu setelah ada masalah dengan Bagus, nggak sih?"

"Tapi, Wid. Kan, Bunga nggak bermasalah dengan Bagus. Malah mereka makin dekat, kok," Wawan menyanggah pernyataan Widuri.

"Iya, tapi kan bisa saja Hulk itu risih karena diikutin terus sama Bunga," sahut Widuri.

Bagus yang sedari tadi tidur, terusik oleh suara cempreng Widuri.

"Eh, mumpung udah bangun. Hulk, eh, maksudku Bagus. Kamu tahukan dimana Risa berada?" cerca Widuri tanpa tadang aling-aling.

"Maksudmu apa?" Bagus yang tidak paham dengan pertanyaan Widuri tentu saja bingung.

"Nggak usah sok pura-pura gak tahu deh, kamu kan pasti yang ngumpetin Risa dan Bunga."

Sekarang barulah Bagus mengerti apa yang terjadi, seluruh murid kelas XI IPS 1 memusatkan pandangan mereka pada Bagus.

"Kebanyakan dari mereka menaruh curiga pada Bagus, setelah apa yang dikatakan oleh Widuri.

"Kenapa nggak tanya sama idolamu?" Bagus bertanya balik, dan berlalu meninggalkan kelas yang sekarang mulai riyuh.

"Heh, mau kemana!" seru Widuri, ketika Bagus melangkah keluar dari kelas.

"Sumpah ya, aku yakin semuanya itu ulah si Hulk itu!"

Widuri jengkel karena dengan tingkah Bagus yang malah melimpahkan kesalahan kepada kekasihnya.

"Dasar preman!"

Widuri terus mengumpat Bagus, tekanan emosinya naik drastis jadinya.

The Twins Secret (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang