Bab 14. Rapat Orang Tua Murid

22 7 2
                                    

  Bu Ani telah membicarakan masalah kasus hilangnya beberapa siswi, dengan Pak Anwar, kepala sekolah SMA Nusantara. Sehingga Pak Anwar meminta kepada seluruh guru, untuk hadir di rapat darurat pada jam istirahat kedua. Karena di khawatirkan akan memakan waktu yang lama, maka dua mata pelajaran terakhir akan di isi dengan tugas mandiri oleh guru yang seharusnya mengajar di mata pelajaran tersebut.

  Hal yang dibahas adalah tentang surat yang di terima oleh Lulu dan Widuri, Bu Ani sebelumya sudah meminta kepada Lulu untuk menyimpan surat yang di anggap sebagai surat cinta, oleh Lulu.

   "Pak Anwar, kita harus mengambil tindakan secepat mungkin. Jika tidak, para orang tua murid akan mengadakan aksi demontrasi di sekolah kita," ucap Bu Rini.

  "Benar, desas desus rencana para orang tua murid ini juga sudah menyebar di grup wa mereka. Jadi akan lebih sulit meng-handle mereka kalau kita terlambat mengambil keputusan," sahut Pak Budi.

   "Saya juga setuju, Pak Anwar. Kita tidak boleh berdiam diri, nama sekolah kita di pertaruhkan dalam hal ini. Masa anda mau membuang reputasi sekolah, hanya  demi melindungi satu murid. Ah, bukan murid lagi, melainkan pelaku tindak kriminal," cibir Bu Rini.

  Bu Ani diam, dia tidak ingin memperkeruh keadaan. Bu Ani sangat yakin, kalau Pak Anwar punya rencana tersendiri untuk menangani permasalahan yang menimpa mereka.

   “Jadi hasil akhirnya bagaimana, Pak Anwar?” tanya Bu Ela.

   “Besok kita akan mengadakan rapat orang tua murid, situasi semakin tidak terkendali. Wali murid akan melakukan aksi demo jika kita tidak mengambil langkah,” tutur Pak Anwar Pranowo, Kepala Sekolah SMA Nusantara.

   “Tapi, Pak. Kita masih belum ada bukti, kita bahkan belum menyerahkan surat itu pada pihak kepolisian. Jadi polisi pun masih belum menyatakan bahwa surat tersebut diketik oleh anak didik saya, Bagus,” sanggah Bu Ani.

   Biar bagaimanapun, Bu Ani tidak mau langsung menetapkan Bagus sebagai pelaku dari hilangnya ketiga siswi tersebut. Bukan hanya Bagus, Bu Ani tidak ingin anak didiknya menjadi tersangka dari kasus penculikan ketiga siswi di sekolah mereka.

   “Saya tahu, maksud Ibu Ani. Tapi masalahnya kita juga tidak bisa mendiamkan masalah ini berlarut-larut seperti ini saja, amarah wali murid semakin membuncah. Maka dari itu, salah satu cara untuk meredakan emosi para orang tua murid adalah dengan kita adakan rapat antar guru dan wali murid, supaya tidak ada salah paham dan berat sebelah,” ujar Pak Anwar.

   "Bu Ani, anda itu jangan egois dong jadi orang. Kalau benar Bagus itu pelakunya, anda mau tanggung jawab? Perlu berapa banyak murid lagi yang ingin dia ambil? Lalu apa yang akan anda lakukan jika kasus ini bukan hanya sekedar keisengan semata, melainkan juga mengagendakan rencana yang jauh lebih jahat lagi," tutur Bu Rini. 

   “Tetap saja tidak adil, kenapa Bagus yang jadi sasaran?” Bu Ani masih pada pendapatnya, yang beranggapan bahwa anak-anak didiknya tidak bersalah.

  “Duh, Bu Ani. Kami itu tidak menuduh anak didik di kelas Anda, yang kami tekankan itu bagaimana caranya meredakan amarah wali murid,” ucap Bu Ela.

  “Benar itu, kalau kita tidak ambil tindakan sekarang, mereka akan mendemo kita. Urusannya bakalan makin runyam nanti,” sahut Pak Andi.

  "Kalau demikian, kenapa Bu Rini langsung mengatakan kalau Bagus lah pelakunya? Memangnya kenapa? Apa ada bukti kalau dia itu adalah pelakunya? Bu Rini jangan seenaknya saja menuduh anak didik saya," tegur  Ani.

   "Bu Ani ini, sensitif sekali ya. Orang aku itu cuman mengumpamakan saja, bukan benar-benar menuduh Bagus sebagai pelakunya," kilah Bu Rini.

  "Tau nih,Bu Ani nggak bisa di ajak bercanda. Padahal juga entah benar atau tidak, yang jelas kita hanya butuh kepastian apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi kemarahan para orang tua murid," sambung Pak Budi.

  Bu Ani tidak lagi mengajukan protes, sudah sangat jelas Bagus yang akan menjadi kambing hitam atas kejadian yang terjadi. Padahal belum terbukti benar atau tidaknya kecurigaan mereka, tapi dia bisa apa jika wali murid dan keputusan diambil secara sepihak.

   “Baiklah, sudah ditetapkan, bahwa besok kita akan mengadakan rapat Guru dan wali murid. Besok sekolah akan diliburkan. Bu Rina tolong buat surat resminya setelah ini, dan kita bagikan ke setiap murid,” titah Pak Anwar.

   “Baik, Pak Anwar.”

  Segera setelah rapat dibubarkan, Bu Rina langsung menjalankan tugas yang baru saja dia terima. Hati guru berbadan gempal itu, menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Bu Ani hanya memperhatikan saja, tingkah Bu Rini.

   Setelah surat pemberitahuan rapat tersebut sudah jadi, Bu Rini menyerahkannya kepada Wali Kelas, yang mana akan diteruskan untuk dibagikan kepada masing-masing siswa.

   “Masalah ini makin serius saja ya, sumpah sih baru kali ini ada kejadian seperti ini,” ujar Wawan.

   “Benar, alasannya apa ya sampe tega nyulik orang. Apa karena sakit hati, hingga dendam?” tanya Kevin, teman sebangku Wawan.

   “Mana aku tahu penyebabnya apa, tanyakan saja langsung sama orangnya,” sahut Laras, gadis itu bahkan menatap sinis kearah Bagus.

   Kebencian Laras dengan Agus, sudah mendarah daging. Walau Widuri itu tingkahnya seenaknya saja, tapi Widuri tidak punya teman lain selain dirinya. Sudah sangat jelas tidak akan ada yang membela ketidakadilan terhadap Widuri.

   Laras sangat yakin Bagus adalah pelakunya, jika pun tidak, bisa saja Bagus itu kaki tangan dari si penculik. Orang seperti Bagus kan rata-rata yang masuk berita, kasus tindak kriminal. Jadi sudah sangat jelas siapa pelaku penculikan teman-temannya, Laras tidak ikhlas jika Bagus tidak mendapat hukuman yang setimpal.

  “Aduh, Ras. Kamu ini jangan begitu, kenapa menatap Bagus seperti itu. Emangnya kamu yakin abang aku yang nyulik teman-teman kita?” tanya Bagas. Ketika Bagas menyadari arah pandangan Laras yang di selimuti kebencian dan kemarahan yang mendalam terhadap Bagus. Bagas mengalihkan pandangannya ke arah Bagus yang juga tengah  menatap tajam padanya.

  “Aku yakin sih, siapa lagi kalau bukan dia. Kasihan banget ya, Gas. Kamu akan kena getahnya juga akibat perbuatan saudara kamu itu,” cibir Laras. Semakin dia melihat wajah Bagus, semakin muak Laras dengan teman barunya itu.

  "Aku kesal setengah mati dengan Bagus," gumam Laras.

   Ketegangan di kelas XI IPS 1, berakhir tatkala bel tanda pulang sekolah berbunyi.

  “Sudah, sudah, ayo kita pulang. Mumpung besok libur, kita bisa tidur sampe siang. Hahaha...” Wawan berusaha mencairkan suasana, yang ternyata tidak ada pengaruhnya sama sekali.

  Satu persatu murid di kelas tersebut pulang, tinggal menyisakan si kembar saja di dalam kelas tersebut.

The Twins Secret (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang