"mereka bukan hantu, kok." Sanggah Sunghoon setelah mendengar cerita Sunoo mengenai kejadian tadi siang.
"Terus apaan, dong?" Tanya Sunoo yang sedang sibuk merapikan lemari pakaian sang suami.
Sunoo berhenti mengerjakan pekerjaannya, ia menghadap kearah sang suami yang sedang kesulitan membuka dasi.
"Kalau dipikir-pikir, kakek dan nenek buyutmu itu ....." Sunoo tampak berpikir, namun tangannya masih sibuk menyelesaikan simpul dasi sang suami. Sunghoon hanya menikmati wajah cantik Sunoo dari dekat, sambil memeluk pinggangnya.
"Pasti yang kamu sangka hantu itu adalah nenek canggahku. Dengan kata lain, ibunya kakek buyutku."
"Nenek canggah!? Beliau masih hidup?!" Sunoo melepaskan pelukan Sunghoon matanya melotot tak percaya.
Sunghoon sedikit merenggut. Tak terima pelukannya dilepas, namun sepertinya Sunoo tidak menyadarinya.
"Berapa usia beliau?" Tambah Sunoo lagi.
"125 tahun." Sunghoon menjawabnya dengan ketus, ia masih sebal akan hal tadi.
"Apa? 125 tahun? Apa mungkin hidup selama itu?" Sunoo memanyunkan bibirnya, dan menatap langit-langit seolah olah menerka-nerka apakah itu akan mungkin terjadi. Kebiasaannya ketika berpikir keras sejak kecil.
Sunghoon terkekeh pelan melihat suami manisnya. Sambil membuka kancing kemejanya, Sunghoon menjelaskan.
"Kurasa kamu belum bertemu mereka, tapi bibi dan paman buyutku juga tinggal di sini. Mereka sudah lemah dan hampir menghilang. Tapi, kalau dicari pasti ketemu kok."
"Hampir menghilang? Jelaskan dengan baik Sunghoon." Sunoo menunjukkan ekspresi kesal.
"Sabar, dengarkan dengan baik, aku belum selesai bercerita." Sunghoon memberikan cengiran khasnya.
"Kakek-nenek canggahku dan ibunya juga dulu masih ada. Karena mereka hanya bayangan." Sunghoon merubah ekspresi jenakanya ke ekspresi yang sulit Sunoo terjemahkan maksudnya.
Tak terasa Sunoo sudah setahun menjadi menantu dari keluarga Park.
Semua orang dihadapannya menggunakan baju hitam tanda berkabung. Kakek mertua Sunoo meninggal dunia.
Prosesi telah berjalan dengan lancar menggunakan tradisi serta adat ala keluarga Park.
Disaat senggang, dibagian taman belakang rumah keluarga Park, Sunoo menemui ayahnya.
"Lama tak berjumpa nak." Sapa sang ayah.
"Iya ayah, terima kasih sudah datang hari ini." Sunoo tersenyum, ia sungguh rindu dengan sosok sang ayah.
"Sunoo, keluarga ini memperlakukanmu dengan baik?" Sang ayah memberikan pertanyaannya yang membuat ekspresi Sunoo perlahan berubah.
"Yaa..... Mereka baik." Sunoo menjawab dengan ragu.
Acara sudah selesai, Sunghoon dan Sunoo satu persatu menyalami kerabat yang akan pulang.
"Terima kasih sudah jauh-jauh datang ayah mertua." Sunghoon membungkukkan badannya kehadapan ayah Sunoo.
"Tidak kok. Kalau begitu Sunghoon, tolong jaga Sunoo dengan baik." Ayah Sunoo membalas dengan membungkukkan badan kembali.
"Serahkan saja padaku, ayah." Sunghoon berucap.
Mereka berdua masih berdiam melihat ayah Sunoo sebagai tamu terakhir beranjak pergi.
"Ayo Sunoo" kalimat Sunghoon mengejutkan Sunoo.
"Seluruh keluarga Park sedang berkumpul di ruang keluarga, mari kita kesana." Sunghoon menggenggam tangan dan membawanya keruang keluarga Park.
Di dalam sana, masih terlihat beberapa anggota yang berdiri. Sunghoon mengajak Sunoo ketempat yang telah disiapkan untuk mereka berdua.
"Kurasa ini pertama kalinya untukmu. Apapun yang dikatakan ayah, ikuti saja." Sunghoon melepaskan genggaman tangannya dan tersenyum.
Pandangan keduanya teralihkan saat mendengar suara ayah Sunghoon.
"Pemakaman ayahku, Park Baekgu berlangsung dengan khidmat. Kurasa saat ini waktunya kita mulai. Semuanya! Ingatlah tentang beliau bersama-sama, lalu bayangkan beliau sekuat tenaga. Beliau memang sudah dikremasi, tapi dengan kekuatan tekad keluarganya, beliau akan muncul dihadapan kita seolah beliau hidup!"
Sunoo ikut mencakupkan tangannya, dan berusaha memikirkan mengenai mendiang. Meskipun ia bingung, ia akan menuruti kalimat sang suami.
"Ayo, semuanya, berpikir! Pikirkan dengan kuat!" Keadaan terlihat makin menegang.
Sunoo memandang tak percaya ketika melihat seklebat cahaya putih, yang makin lama makin terang diikuti dengan seruan ayah Sunghoon.
"Ayah! Hiduplah lagi...... Ayah, ayah, ayah!" Teriakan ayah Sunghoon menggelegar menambahkan suasana tegang.
Seluruh anggota keluarga terlihat berjuang keras memikirkan mending.
Cahaya terang tersebut perlahan namun pasti membentuk menyerupai badan sang kakek.
Sunoo semakin dibuat terkejut saat cahaya tersebut berhasil menyerupai, bahkan sudah berbentuk seperti sang kakek. Suasana disana semakin riuh, Sunoo sayup-sayup mendengar ayah Sunghoon berulang kali mengatakan ayah, ayah dan ayah.
Seluruh anggota keluarga mulai mendekati bayangan-ah tidak, maksudnya adalah sosok kakek yang telah dipanggil kembali. Mereka seolah tersenyum senang dan bahagia.
Sunoo masih kesulitan mencerna kejadian tadi, ia sungguh takjub kumpulan manusia dapat menentang kehendak tuhan. Menghidupkan sosok yang sudah seharusnya pergi menurut torehan takdir.
.
.
.To be Continued
[260623]
.
.
.Milky's side note:
Keluarga Sunghoon kaya pengikut sekte sesat ya? Wkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Love(lies)
Fanfiction[sungsun] [short story] Benua seolah mempermainkan takdir hidupku, membiarkan aku hidup dalam ketidaktahuan berkepanjangan, membiarkan aku hidup dalam kisah fiksi belaka, membiarkan aku hanyut dalam kisah yang sang penciptanya sendiri mengakhirinya...