Sadness

3 1 0
                                    

Ku lihat rintik air hujan masih menggantung di ujung-ujung daun bungur yang pohonnya tepat berada disamping jendela kamarku,
Pantulan bening dari air yg menggembung di ujung daun itu seperti cermin yang membuat ku ingin melihat kembali masa lalu bersama zain.

Yahh..
Aku akui benteng pertahanan yang ingin kubangun untuk menutup semua akses tentang pria masa laluku itu terkadang masih  harus lebur oleh rasa rindu.

"Coba sini, kakinya!!" Tangan jenjang milik pria berkaos hitam yang sejak tadi duduk disebelahku tiba-tiba sigap melepaskan flat shoes cream yang ku pakai , lalu menjulurkan kedua kakiku diatas pangkuannya.

"Maaf ya, bi!! Hari ini ,aku terpaksa ninggalin kamu sendirian ngurusin project prewedding klien kita!!"ujar Pria algoritma, begitulah aku menjuluki Pria dengan tatapan sendu dibalik alis tegasnya dan mata cekung yang indah seperti lembah itu ."Pasti Capek banget ya cantik? " Sambungnya lagi. Tapi kali ini Sambil terus memijat kaki panjang ku.

Aku tersenyum tipis menatapnya, menatap perlakuan lembut yang penuh kasih sayang dari Pria tegap di hadapan ku itu membuat setiap aliran darah di tubuhku seperti desiran pasir halus yang tertiup angin, lalu menyebar.

Kemudian masih kutatap, ku telusuri lagi setiap garis wajahnya yang halus, hidung yang proposional, bibir merah mudah yang berbentuk angka 3 yang menjadi favoritku itu. Pria yang saat ini begitu telaten memanjakan ku , selalu berhasil membawa tenang dari semua lelahku.

"Don't worry babe, project hari ini seru kok!! Kliennya bisa diajak kerjasama dengan baik " Sahutku, kemudian bergerak mengubah posisi, kakiku kutarik dari pangkuannya dan kutekuk. Lalu tubuhku kurapatkan ke bahu bidangnya dan membiarkan tangannya melingkari punggungku
"Kamu tahu nggak, calon suaminya itu ternyata orang polandia. Love story nya keren loh, sayang!! "

"Really? "
Kudengar Ada rasa antusias yang dalam, saat kuceritakan hal seperti itu padanya. "Terus, first meet nya dimana? Lagi liburan apa gimana? "

"Nggak, jadi mereka ketemu pas ada seminar internasional di Singapore gitu dari kampus masing-masing. Si mbaknya ini kebetulan jadi pembicara. Ehh.. Emang dasaran jodoh sih, Mas bulenya kayak first love gitu loh, beb.!! Ngeliat si mbknya yang keliatan smart, udah gitu orangnya sederhana, pokoknya dari situ mas bulenya ini penasaran kan, siapa sih tuh cewek. "
Aku lanjut menjelaskan panjang lebar kisah percintaan klien yang aku temui hari ini. "Tapi emang, sih mbk,  inner beauty nya itu appear banget!!mas bulenya beruntung, walaupun  yah...sebenarnya dua-duanya  beruntung. "

"Dan aku nggak kalah beruntung, dari mas  bulenya. "Pria algoritma ku  tiba-tiba menyela dari pembicaraan,

"Kenapa?! " Tanyaku polos sambil Menengadahkan wajah ke arahnya.

"Karena pria manapun akan terlalu beruntung, mendapatkan perempuan seperti kamu, bi!! " Jawabnya diringi dengan sentilan pelan yang mendarat di hidungku.

Rasa sentilan yang tiba-tiba terasa nyata dari syaraf-syaraf motorik ku, dan membuatku sedikit tersentak.

"Mama, " Teriakku terkejut, ketika tiba-tiba sentilan jari mendarat ditelingaku dengan keras dan nyata. "Mama dari kapan disini. "Tanyaku Kebingungan.

"Dari lamunanmu tentang zain, bergelantungan sejak 10 menit lalu. "
Jawaban mama terlalu puitis bagiku, walaupun memang itu yang sebenarnya terjadi.
Gelombang otakku, mungkin masih belum berhenti menyalurkan siaran masa lalu bersama zain jika mama tidak tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan menyentil telingaku.

"Mau sampai kapan, bayang-bayang zain kamu lepaskan dalam hidupmu. Bi!! "
Mama menggeser kakiku yang semula memalang di daun jendela, lalu bersandar disana.
"Harusnya, kamu sandarkan hatimu pada pemilik sesungguhnya. Karena Tidak ada tempat paling nyaman kecuali bersujud diatas sajadah,lalu ceritakan luka batinmu pada Allah sebanyak yang kamu mau." Mama membelai rambutku pelan, lalu melanjutkan nasehatnya. "Jika zain, memang Allah takdirkan untukmu, Ia akan kembali. Dengan cara-Nya. Karena apapun yang memang menjadi milik kita di dunia ini, akan kembali pada pemiliknya. "

Nasehat mama membawa getaran berbeda dalam hatiku, getaran yang tiba-tiba menjalar ke mata dan membentuk butiran hangat yang siap melembah.

Lagi..
Tangisku pecah, seperti ada sebongkah gumpalan yang menyumbat tenggorokanku hingga tercekak, dan sekarang aku seperti bayi yang meringkuk rapuh menangis sejadi-sejadinya di pelukan mama.

"Dia anak yang baik, kamu juga anak yang baik. Jika memang diantara kalian, ada yang membuat kesalahan. Maka mintalah petunjuk dari dzat yang memiliki takdir. "
Mama terus mengusap bahuku, menenangkanku dengan kalimat-kalimat bijaknya.

Sementara lidahku terlalu keluh, untuk berucap. Aku hanya terus terisak, membenarkan bahwa ternyata di dalam hati kecilku masih banyak ruang tentang zain dan harapan-harapan bersamanya yang masih belum ku ikhlaskan untuk usai.

Mama...
Terima kasih...engkaulah rumah hangat yang selalu memelukku dalam keringkihan
Tak ada aku yang mendewasa, karena nyatanya aku tetaplah putri kecilmu yang masih perlu kau tuntun dengan nasihat-nasihatmu.

Kata-kata ini memang tak mampu keluar di bibirku, tapi aku yakin mama merasakan apa yang aku rasakan.



Married With Me (Catch love you in Istanbul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang