Problem no Answer

4 0 0
                                    

"Bi, I'm so sorry for everything. You should to know. If I indeed miss u now. " Suara parau yang terasa tak asing, menyeringai di daun telingaku

Aku berusaha mengerjapkan mata, menimbang-nimbang asal suara yang tiba-tiba muncul.
"Zain... " Pikirku dalam hati,
Yah suara yang meski terdengar parau tapi tetap dengan nada bariton khas lelaki itu adalah suara pria algoritma ku.

Cepat-cepat aku membalikkan tubuh yang semula kuhadapkan ke tembok,

"Zain,.. Hey, what are u doing? "
Aku terperanjat kaget, setengah terbangun dengan posisi siku menahan tubuhku. "Ke...kenapa,  kamu bisa disini? "Masih setengah sadar aku mengusap kasar wajahku dan mengambil posisi duduk sempurna diatas tempat tidur.

Lagi, aku kembali tersentak saat tanganya tiba-tiba menggiring tanganku untuk mendekat. Sebenarnya aku ingin sekali memaki laki-laki bodoh dihadapanku ini, ingin ku daratkan tamparan lima jari lalu memukuli tubuhnya hingga remuk. Tapi lidahku keburu keluh, hatiku merasa luluh saat mata sebening kaca dengan pantulan retina light brown itu mendarat tepat di kedua pupil mataku.

Menatapku dengan penuh rasa bersalah, belaian tangannya tak pernah berubah saat menyentuhku
Dengan kedua ibu jarinya. Zain selalu mampu mematahkan kemarahan dari hatiku,

"Aku kangen bi, " Suaranya semakin melemah, lalu kurasakan aroma black opium yang tiba-tiba menyeruak begitu dekat dari hidungku. Zain mendekapku begitu erat, menjatuhkan kepalanya tepat di tengkuk leherku.

Selama 1 menit aku terpaku,
Membiarkan nya memelukku seperti balita, sampai kemudian tersadar dan mendorong tubuhnya untuk menjauh  dan melepaskan pelukannya.

"Kamu bisa jelasin ini maksudnya, apa? Kamu yang kemarin meremuk-remuk perasaanku, and now suddenly you come to me?behave like this,,Are u insane? " Aku berteriak dengan suara setengah tertahan agar tak membuat kegaduhan ditengah malam dan membangunkan semua mahkluk di dalam rumah ini.

"Yahh... I'm insane, aku gila, bi. i'm Upnormal if Without u, " Zain memimpin tanganku untuk mendekap wajahnya, tapi ku sanggah dengan kasar lalu bangkit dari pinggiran tempat tidurku.

"Kalo kamu gila, tanpa aku. Harusnya kamu nggak ngelakuin hal bodoh yang ngancurin hubungan kita. Zain, alfaqih!!"
Aku berdiri menatang dihadapan zain, sementara Ia tetap duduk merunduk"harusnya kamu nggak ngilang berhari-hari, kamu ngomng secara gentle kita ada masalah apa dan selsain. Bukan lari seperti pengecut!! "Kata-kata terakhir kuucapkan tepat ditelinga pria pecundang dihadapanku ini.

Zain tetap merunduk menatapi lantai vinil kamarku. Hampir  selama 5 menit aku dan pria berhodie hitam dengan rambut mengikal lembab ini saling membungkam kata. Dingin yang menyeruak dan hening yang berubah menjadi beku.

Sampai akhirnya...
" Ada sesuatu, yang belum bisa sepenuhnya aku ceritain, bi.!! But trust me, I never want u to leave me. I can't,...please!!"
Zain menyeruakan permohonan padaku, menarikku kembali mendekat pada posisi duduknya dan merangkul pinggang ramping ku.
"Please... Trust me!! " Lirihnya sekali lagi.

Kali ini tubuhku seperti ikut ambigu. Antara ingin memeluknya iba , atau justru kembali dengan rasa penasaranku bersikap angkuh dan memperdebatkan masalah yang sebenarnya terjadi diantara kami, hingga kudapati jawaban pasti.

"Iya, kamu bisa cerita, Zain!! I always standby beside u? Tapi apa? " Tanyaku frustasi.
Tapi pria algoritmaku ini tetap diam, ia hanya melepaskan pelukanny di pinggang ku lalu kembali menatapi lantai vinil abu-abu kamarku.

Kali ini jedah diam diantara kami, semakin lama. Tapi aku masih berusaha membujuknya, kembali menjatuhkan tubuhku untuk duduk di tepi ranjang tempat tidur dan bersebelahan dengan pria yang  sudah membuatku gila dengan cintanya ini.

"So, what do you want now?!! "
Kata-kata ini seperti last options yang ku lontarkan untuk mendapatkan jawaban, meskipun pada akhirnya tetap tak ada jawaban yang ku dengar dari bibir angka 3 nya hingga beberapa menit kedepan. Selain suara alarm sholat malamku yang tiba-tiba berdering nyaring dan mengejutkan kami.

Zain kemudian mengarahkan tubuhnya untuk menghadapku secara utuh, senyumnya menyimpul tipis ketika mendengar suara alarmku yang terus berdering tanpa berniat ku matikan.

"Kita bicarakan nanti ya, bi!! I think u need to sleep. " Zain tiba-tiba mendaratkan kecupan hangat di pipiku.

"Ta..tapi Zain!" Ku coba menahan tanganya agar Zain tetap tinggal tapi, usahaku nihil Zain menghilang, tanpa menghiraukanku yang tetap meneriaki namanya "Zain......!! "Suaraku tiba-tiba tercekat. Mataku membesar, pelan-pelan ku perhatikan langit-langit kamar yang tampak redup
Ku paling kan wajahku ke sisi kiri dan meraih ponsel yang terus berdering sejak tadi.

" Ya Rabb... Its just my dream!! Dasar bodoh!! "
Aku menggerutuki diri masih dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna dan bersama sisa-sisa mimpiku baru saja.

Lalu ku lirik jam ponselku , simbol angka didalamnya menunjukkan angka 03.15. Aku menghela nafas berat, lalu menarik selimut ku dan bangkit.

Yah.. Aku berusaha mengikuti saran mama tadi untuk meminta petunjuk dari Rabb ku yang sejati,
Akan kupastikan Zain merasakan hukuman perasaan seperti yang kurasakan saat ini.

Saat separuh kehidupanku harus rela dibawa dia yang tak punya hati.

***


Married With Me (Catch love you in Istanbul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang