Wanita muda tersebut tampak terkejut saat mengetahui kalau tuan rumah yang menyambutnya bukanlah mama Aya, panggilan kesayangannya pada Giana, melainkan seorang pria yang tidak dikenalnya.
"Maaf...sepertinya ibu salah alamat. Disini rumahnya Giana." Ucap Gama yang mengira kalau wanita itu salah alamat.
"Oohh iyaa mas, maksud saya Giana. Maaf, kami disini memang terbiasa memanggil Giana dengan panggilan mama Aya, sesuai nama anaknya." ucap wanita itu menjelaskan. "Perkenalkan nama saya Wina, saya tinggal dirumah sebelah."
Dengan wajah bingung Gama kemudian menyambut uluran tangan wanita tersebut dengan sopan. "Saya Gama." Ucapnya ikut memperkenalkan diri.
"Mas Gama ini pasti papahnya Ayana, kan? Soalnya wajahnya mirip banget." Tanya Wina yang berhasil membuat Gama tidak hanya bingung, tetapi juga terkejut.
Ayana?
"Ahhh..iya..iya." Jawab Gama yang entah kenapa malah mengiyakan pertanyaan itu. Namun yang pasti, hatinya kini mulai dipenuhi pertanyaan tentang siapa sosok Ayana.
Sebelum wanita itu melanjutkan ucapannya, dengan cepat Giana lebih dulu memotong pembicaraan mereka. "Mam Adrian.. ada apa nih, tumben ada dirumah jam segini. Biasanya kan pulang malam?" Tanya Giana mencoba bersikap tenang, padahal kenyataannya, dirinya merasa takut kalau Wina akan bicara lebih banyak lagi tentang Ayana.
"Saya sengaja ambil cuti, mam. Kebetulan Adrian hari ini ulang tahun." Ucap Wina sambil menyerahkan sebuah bingkisan nasi kuning beserta lauk pauknya pada Giana.
"Wah..selamat ulang tahun yaa buat kakak Adrian. Semoga sehat terus dan panjang umur. Terima kasih juga untuk bingkisannya." Ucap Giana, kemudian menerima bingkisan tersebut.
"Kalau gitu saya pamit ya, mam. Nanti deh kita ngobrol-ngobrol lagi." Ucap Wina sambil berpamitan juga pada Gama.
Setelah wanita itu pergi, Giana langsung memasuki rumahnya dengan perasaan was-was, mengekori Gama yang sudah berjalan lebih dulu.
"Jadi selama ini kamu dipanggil mama Aya?" Tanya Gama yang langsung dijawab Giana dengan sebuah anggukan.
"Lalu siapa Ayana dan kenapa kamu menggunakan nama itu juga di perhiasan yang kamu pakai?" Tunjuk Gama pada kalung yang dipakai Giana.
Sudah Giana duga bahwa Gama pasti akan kembali membahasnya. Apalagi pria itu melihat dengan mata dan kepalanya sendiri kalau dirinya mengenakan kalung bertuliskan nama Ayana.
Giana mulai terlihat bingung dan gelisah, memikirkan bagaimana menjawab pertanyaan Gama. Sebetulnya dia ingin dan pasti akan menjelaskannya disaat yang tepat. Tapi tidak sekarang. Dia masih belum siap untuk membagi ceritanya tentang Ayana pada laki-laki yang merupakan ayah biologis putrinya itu.
Kebisuan Giana membuat Gama semakin curiga. Pasalnya wanita itu terlihat sangat gugup. Sebetulnya sudah cukup jelas baginya saat Wina, tetangga sebelahnya, memanggil Giana dengan panggilan mama Aya. Itu artinya Aya adalah anak dari Giana.
Tapi yang jadi pertanyaan, jika Giana memang sudah memiliki seorang anak, itu artinya dia sudah menikah. Sementara kenyataannya, setelah mereka resmi bercerai, Giana tidak pernah menikah lagi.
Lalu ingatannya kembali pada ucapan Wina yang mengira kalau dirinya adalah ayah kandung Ayana, hanya karena wajah mereka sangat mirip.
Ayah?
Jantung Gama tiba-tiba berdetak kencang saat dirinya menyadari sesuatu. Dan wajah Giana yang memucat karena gugup semakin menambah keyakinan atas praduganya.
Kedua netra Gama kemudian tertuju pada kamar pribadi milik Giana yang dia yakini adalah jawaban dari semua pertanyaannya saat ini. Tanpa pikir panjang, Gama langsung melangkahkan kakinya menuju kamar tersebut tanpa meminta izin terlebih dahulu pada pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terhalang Restu (END)
Romance~Gama & Giana~ Keputusan Suryahadi untuk menikahkan Gama dan Giana rupanya tidak disambut baik oleh Dewinta yang tak merestui putranya menikahi gadis itu. Dewinta sangat menyayangi Giana, tapi menginginkan gadis itu menjadi putrinya saja, bukan menj...