"Lisa! Kau gila? Atau sudah tidak waras? Atau sepenuhnya sinting?!"
Lisa tidak bisa menyalahkan pekikan terkejut sahabat-sahabatnya.
Lisa sudah menghabiskan berhari-hari untuk menangis. Selebaran K Journal atau website online yang mem-publish berita bahwa ia putus pun tidak membantu sama sekali. Prof. Kang menatapnya dengan penuh empati, begitu pula seluruh anggota tim basketball, mereka bahkan mengundang Lisa untuk makan pizza bersama.
Seharusnya Lisa tidak sedih. Lisa tahu betapa bodoh dan kasarnya para pemain Nashville Vipers. Lisa baru saja menyelamatkan Taeyong dari skenario terburuk.
Untuk seukuran hubungan palsu, perasaan Lisa cukup nyata.
"Kau siap?" Eunwoo sudah datang untuk menjemputnya. Ia mengenakan topi dan jersey keren yang Lisa-dulu akan berteriak kegirangan karenanya. Namun Lisa-sekarang hanya bisa menarik senyum datar.
"Ayo."
•••
Alasan Lisa mengajak Eunwoo pergi ke taman bermain cukup sederhana. 1) Mereka adalah teman masa kecil dan mereka sudah sering melakukan hal ini. 2) Lisa membutuhkan udara segar. 3) Eunwoo adalah opsi distraksi terbaik.
Barangkali selama ini Taeyong hanya pelarian. Barangkali ia tidak pernah berhenti menyukai Eunwoo.
Di puncak tertinggi komidi putar, Eunwoo bertanya, "Apakah kau sudah tidak sedih?"
Lisa lagi-lagi hanya dapat tersenyum. "Iya. Terima kasih, Eunwoo."
"Sepertinya aku harus mengganti pertanyaanku," mata Eunwoo kini terlihat serius. "Apa kau bahagia dengan pilihanmu, Lisa Park?"
Mengapa?
Mengapa Lisa tidak bahagia? Ini adalah momen yang ditunggu-tunggunya semenjak sekolah dasar. Seharusnya Lisa senang. Seharusnya Lisa tidak menangis. Namun kini matanya terasa panas, dan tanpa sadar bulir-bulir kristal mulai mengalir keluar.
"Aku tidak tahu. Eunwoo, aku tidak tahu."
Lisa berusaha untuk tertawa dan menarik senyum selebar mungkin ketika mereka menaiki wahana-wahana seru. Mereka bahkan berfoto konyol dalam photobooth. Namun semua itu terasa kosong.
Jika apa yang dilakukannya untuk sesuatu yang benar, mengapa Lisa merasa amat bersalah?
"Lisa, kita sudah bersama sejak kecil. Jika ada satu hal yang paling aku tahu darimu, adalah ini," Eunwoo menggerakkan kedua telunjuknya ke bibir Lisa, menariknya ke ujung pipi.
"Kau tahu. suka padamu."
Hening.
"Aku memendamnya sejak dulu. Kau terlalu sibuk mengejar mimpimu, siapa aku untuk menghalangi itu? Yang kutahu kau selalu bersinar." Lisa tidak mampu berkata-kata sementara Eunwoo melanjutkan, "Tapi Lisa, senyum yang aku tahu dan sukai tidak seperti ini. Tidak redup dan terlihat begitu sedih." Eunwoo mengayunkan pipi Lisa ke kanan dan kiri.
Lisa menangis semakin keras. "Eunwoo, dasar idiot! Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Aku sangat menyukaimu, tahu! Aku adalah diehard fan! Aku bahkan rela pura-pura menjalin hubungan dengan Senior Lee agar dipindahtugaskan!"
Eunwoo tertawa. "Apakah itu masih berlaku? Jika aku menembakmu sekarang apakah kau akan menerimaku?"
Lisa mengigit bibir.
"Figured," Eunwoo tersenyum. "Alasanku mengiyakan ajakanmu sekarang, adalah karena kau terlihat begitu kebingungan dan membutuhkan bantuan. Hyunjae pernah mengatakan jika ia curiga kau menyukaiku. Dan aku menggabungkan puzzle-puzzle itu sendiri. I went here, confessing my feelings, vomiting my heart out, knowing that you'll reject me. Aku hanya perlu memberikan sedikit dorongan," ia mengusap rambut Lisa. "Bahwa kau sudah tidak menyukaiku."
Lisa berkedip.
"Selama ini, aku sudah sering melihat versi senyum Lalisa Kim. Dan kau mau tahu versi mana yang paling terang? Ketika ia bersama Senior Lee."
•••
Kemenangan Taeyong terasa hampa. Meski ini yang ia inginkan, ini yang telah ia pertaruhkan selama beberapa tahun terakhir.
Yuta menepuk pundaknya. "Kau oke, Cap? Setidaknya berpura-puralah merasa puas. Para Tim Bulldog terlihat seakan ingin mencabik-cabikmu."
Namun mata Taeyong tidak menuju ke arah Tim Philly Bulldog, melainkan tribun.
Ia tidak ada di sini.
Dallas Falcons masih harus melakukan pemotretan resmi dan hal-hal merepotkan lainnya, tapi Yuta rasa, semua itu bisa menunggu. "Kau tahu, Cap? Aku akan memberikanmu beberapa petuah karena kau masih virgin dalam urusan seperti ini, tidak, biarian aku bicara."
"Hubungan itu akan selalu penuh dengan masalah. Seperti kapal yang terombang-ambing, terkadang ada ombak yang besar, terkadang ada badai yang akan menghancurkan seluruh kapal. Yang kau butuhkan hanya jangkar. Jangkar yang kuat untuk berlabuh saat kau butuh. Jangkar untuk dilepas saat kau merasa itu cukup, kemudian, kau akan berlayar lagi." kata Yuta. "Mungkin kau dan Lisa tengah bertengkar hebat, mungkin ia melakukan kesalahan, mungkin kalian saling menyembunyikan sesuatu. Dan yang dua belah pihak butuhkan dalam suatu hubungan adalah kemampuan untuk dapat terus meminta maaf dan memaafkan."
Taeyong menyipitkan mata, meski begitu, ia mendengarkan dengan khidmat. Lagu gelora Dalls Falcons masih diputar, para anggota timnya masih berbalut euforia kemenangan.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Tergantung. Apa kau ingin melepaskan jangkar?" tanya Yuta.
Taeyong mengembuskan napas. Ia belum mengontak Lisa sama sekali. Ia memblokir semua media sosial gadis itu. Taeyong takut jika ia melihatnya sekali saja, pertahanannya akan runtuh.
"Hei, lihat itu!"
"Astaga haha, apa-apaan?"
Mata Taeyong terangkat, dan tanpa mengkhianati ketepatan serta presisi akuratnya, dengan cepat ia menemukan sosok itu. Sosok yang dirindukannya. Berbalut jersey kusut dan rambut yang berantakan—yang membuatnya justru terlihat sepuluh kali lipat lebih lucu. Dan Lisa tidak sendirian.
Ia membawa banner, besar.
Di atasnya tertulis,
SENIOR LEE, I'M SORRY.
I WAS STUPID
WILL YOU FORGIVE ME
AND TAKE ME AS YOUR GIRLFRIEND
AGAIN?
Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu terakhir, Taeyong merasakan dirinya tersenyum.
•••
no beta fuck typos we die like men
⠀⠀
HAPPY 700 FOLLOWERS BTW!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
lovesick
FanfictionDemi mengejar Cha Eunwoo, kapten dari tim basket, Lisa mengerahkan segala cara agar dapat bertukar internship. Saat Prof. Kang menanyakan alasan, Lisa tidak berpikir panjang dan mengatakan bahwa ia sedang mengencani salah seorang anggota football te...