Lisa merasa satu dunia tengah memberikannya jari tengah sekarang.
Well, beberapa kali, hal itu terjadi secara literal. Ternyata mengencani most-wanted di kampus mengundang banyak fans-fans fanatik datang menghujatmu.
Namun bukan Lisa namanya jika punya rasa malu. Taeyong Lee, di seberang dunia sana, mungkin sudah memaki-makinya karena telah mengaku-ngaku menjadi kekasihnya. Tapi apa kata pepatah? Sambil menyelam minum air. Sebelum berita bahwa ia adalah perempuan gila tersebar, setidaknya Lisa harus menyelesaikan misi utamanya.
"Capek?" Lisa memberikan senyuman terlebarnya, mengetukkan botol dingin ke pipi Eunwoo yang sedang beristirahat.
Eunwoo mendongak. Wajahnya langsung cerah. Senyumnya menatap Lisa balik. Ini yang Lisa suka. Eunwoo itu hangat dan cerah, seperti matahari. "Hei."
Lisa merasa cengirannya terlihat bodoh. "Hei."
Eunwoo menepuk-nepuk bagian kosong di sebelahnya. Lisa duduk di sana. Mereka mengamati para anggota tim basket yang sedang melakukan cool down. "Kukira kau tidak akan pernah mengunjungiku lagi."
Alis Lisa berkerut. "Huh?"
"Kau tahu, soal kau menjadi pacar Lee dan sebagainya."
Lisa membuat catatan mental untuk menabrakkan dirinya ke dinding terdekat. Salah satu kelemahan dalam rencananya, bagaimana cara Lisa mendekati Eunwoo jika laki-laki itu berpikir Lisa sudah taken? "Um, sebenarnya, kami tidak serius—"
"Apa yang tidak serius?"
Lisa merasa pandangannya mendadak jadi gelap. Sebuah tangan kekar merangkulnya dari belakang sambil meletakkan football cap di kepalanya. Aroma di sekelilingnya sontak berubah. Menjadi mint dan citrus dan seperti pohon ek dan musim panas. Saat Lisa mengintip dia melihat Taeyong Lee, mendudukkan diri di sebelahnya bersama jersey Dallas Falcons kebanggaan Universitas K.
Ekspresi Eunwoo berubah, sepersekian detik. Namun ia kembali menemukan senyumnya saat bertanya, "Menjemput gadismu, Cap?"
"Yep." Taeyong menoleh ke arah Lisa. "Mind if I steal you for a sec?"
Yes. Lisa ingin menjawab. Namun ini adalah Taeyong Lee. Orang yang sudah secara tak langsung ia repotkan dalam rencana ini. Nyaris satu minggu telah berlalu. Tidak mungkin ia belum mendengar tentang kebohongan Lisa. "No prob. Aku juga baru ingin pulang."
"Great. Beri aku 5 menit dan kita bisa pergi."
"Uh?" Lisa menaikkan alis. Mereka akan pulang bersama? Oke, itu adalah hal natural jika mereka benar-benar berkencan. Garis bawahi kata jika. "O-kaaay?"
Taeyong hanya menatapnya sebentar, sebelum kemudian tersenyum tipis dan menghilang. Saat Lisa bangkit, ia mendapati Eunwoo memegang tangannya.
"Lisa?"
"Yeah?"
"Aku tahu alasanmu pindah karena tidak ingin keprofesionalitasanmu terganggu sebab hubungan pribadimu dengan Lee," Eunwoo menarik ujung bibirnya. "Tapi aku tetap senang kau berakhir di sini."
Lisa merasa hatinya memanas. Diam-diam ia mengingat rasa genggaman tangan Eunwoo. Diam-diam ia berharap Eunwoo tidak akan melepaskannya.
•••
"Kurasa aku tahu alasanmu switch internship yang sebenarnya."
Lisa menutup pintu mobil. "Hai dan salam kenal juga."
Taeyong menyalakan gas. "Kita pernah bertemu sebelumnya."
Lisa banyak melakukan hal bodoh semester ini. Ia harap mereka bertemu dalam keadaan yang baik. "Hari Paskah? Summer Festival? Kau pernah ke stand medis?"
"Kau memuntahi tuksedoku di pesta Mark."
Lisa menatapnya, lama. Berharap Taeyong hanya bercanda.
"Kau mengira wine adalah punch."
Lisa mengerang. Yang itu, ia mengingatnya.
Taeyong terkekeh kecil, "Dengar, aku tidak peduli kau mengatakan kita tidur bersama—"
"Berkencan. Itu tidak sama dengan tidur bersama."
Lisa sedang menatap jalanan dari jendela, tapi ia bisa merasakan Taeyong mengangkat alisnya.
"Well, hal yang biasa dilakukan orang-orang yang berkencan adalah—"
"Stop. Kita tidak akan membahasnya."
"Bukankah kau mahasiswa medis?"
Lisa menyipitkan matanya. "Dalam konteks yang berbeda aku akan dengan senang hati berpartisipasi dalam diskusi genital, tapi ini tidak ada sangkut-pautnya sama sekali. Trims. Dan 'tidur bersama' membuatku terdengar murahan." Well, Lisa mungkin secara tak sengaja pernah mengimplikasikan hal tersebut dalam interview-nya dengan Miyeon karena perempuan itu terus mengganggunya. Tapi Lisa tidak akan pernah mengakuinya di depan wajah arogan Taeyong.
Toh, Taeyong tampak tak peduli. "Oke. Apapun itu, intinya kau memanfaatkanku."
Lisa ciut di kursinya.
"Dan sebagai gantinya, aku akan memanfaatkanmu balik."
Lisa mematung, membutuhkan waktu untuk memproses kata-kata lelaki tersebut. Mobil berhenti, dan saat Taeyong mengubah mode menjadi parkir, Lisa tersadar bahwa ini bukan dormnya. Melainkan sebuah restoran fancy. "What—?"
"Namamu Lalisa Kim, mahasiswa medis, dan kita berkencan sejak dua bulan lalu." Taeyong melepas seatbelt-nya.
Lisa masih mematung di seatnya. Selama ini ia hanya mengenal Taeyong dari K journal atau surat kabar setempat. Ia hanya pernah melihat sosok figurnya dari jauh. Di tengah-tengah kerumunannya sendiri. Seakan dari belahan dunia yang berbeda.
Namun sekarang, Taeyong Lee ada di sebelahnya dengan cahaya sunset yang jatuh tepat menimpa struktur wajahnya yang tajam dan secara genetika diberkati. Serta bagaimana jersey Dallas Falcons itu dengan tidak adil tampak sempurna membentuk tubuh atletisnya.
Lisa kira ia berhasil mempermainkam takdir, tapi ia melupakan suatu faktor besar.
Ia tidak pernah melihat Taeyong Lee tersenyum sebelumnya, tapi bibir si brengsek itu tertarik ke atas.
"You might play the game, but I decide how."
•••
uuuuuu harus rajin update mumpung ada ide :') sebelum ngilang dan cuma balik 3 bulan sekali wkwk. dan makasih yang udah ninggalin kesan-pesan lucu di curiouscat aku! love you all sm! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
lovesick
FanfictionDemi mengejar Cha Eunwoo, kapten dari tim basket, Lisa mengerahkan segala cara agar dapat bertukar internship. Saat Prof. Kang menanyakan alasan, Lisa tidak berpikir panjang dan mengatakan bahwa ia sedang mengencani salah seorang anggota football te...