𝗪𝗶𝘁𝗵 𝘆𝗼𝘂, 𝗬𝗼𝘂 𝗮𝗻𝗱 𝗠𝗲. ²¹!

1.2K 115 67
                                    

Mungkin ini chapter terakhir 🥹
Atau memang ini yang terakhir dari BLAL.

Mungkin ini chapter terakhir 🥹Atau memang ini yang terakhir dari BLAL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Satu tahun kemudian, [Memory samples pt.4]

Leon nampak kesal, anak itu keluar dari mobil dengan emosi yang kurang stabil. Celine menyusulnya dengan membawa tas Leon yang di pakai hanya sampai bahu kanan. Celine berlari mengejar langkah mungil Leon yang lincah, anak itu langsung duduk di sofa-sambil melipat kedua tangannya sebal, kepalanya pun menoleh ke arah lain sebagai tanda merajuk.

Celine panik, nampak gelisah. Pasalnya Leon marah karena Celine telat menjemput tadi, padahal sudah janji akan tepat waktu. Ya, Leon yang ingin menunjukkan ke teman-teman sebagai bentuk pamer-kalau ibunya adalah wanita cantik berparas manis, dan mempunyai senyum yang indah. Kebiasaan umum, anak-anak akan saling membanding-bandingkan, memperdebatkan hal yang tidak perlu sebenarnya.

"Leon.. mamah minta maaf, tadi mamah dan paman Na terjebak macet sayang"

"Leon menunggu lama sekali mamah, hanya ada Leon dan Bu guru di sekolah"

"Paman satpam" tambah Celine

"Iya, termasuk paman satpam"

Celine menghela nafasnya, memilih duduk tepat di samping anak itu. Tangannya menyentuh bahu Leon, mencoba mengambil arah wajah si anak "Leon lihat mama dong-Leon masih marah sekali yah sama mamah"

"Huhft, sedikit" nada suaranya masih di buat kaku, ya-Leon sengaja. Anak itu mulai bertingkah.

Celine menunduk lesuh, wajahnya menjadi suram. Tapi tiba-tiba kepalanya naik, senyumnya muncul seketika "eh, Leon mau permen varian rasa tidak. Mamah punya tau, di simpan di tempat rahasia"

Mata Leon mengerjap, tapi badannya belum bergerak sedikit pun untuk merespon. Padahal, di hatinya mulai terpancing mendengarnya.

"Leon tidak mau? Semarah itu kah Leon sama mamah"

Leon masih tidak menjawab. Kalau di lihat dari sudut pandang yang berbeda, marahnya Leon nampak lucu. Wajahnya yang bulat dan mungil kelihatan tidal cocok untuk menunjukkan kesal yang berlebih, justru seperti umpan agar dapat cubitan gemas dari siapapun yang melihat.

"Yasudah, mamah makan sendiri saja. Padahal biasanya Leon di larang makan permen banyak-banyak oleh papah. Tapi kali ini mamah biarkan, biar nanti mamah yang bujuk papah"

Leon mulai meringsut, kepalanya perlahan menoleh kearah sebelah-menatap preferensi mamahnya yang masih duduk di samping.

"Apakah itu sungguhan, Leon boleh makan permen varian rasa"

"Hu-um, tapi kalau tidak mau tidak apa kok"

"Mau mamah! Leon mau permen!"

Anak itu mengucapkannya dengan sangat antusias, ada rasa senang dari pola suaranya.

𝐁𝐞𝐭𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐀𝐧𝐝 𝐋𝐮𝐬𝐭 [𝐌] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang