[ 01 : Quidditch ]

1.4K 94 10
                                    

Ujung pena menari di selembar kertas. Pemuda yang berada di danau hitam itu kini tengah membuat sketsa piala Quidditch yang dirinya idam-idamkan. Namun harapannya pupus setelah timnya kalah diputaran final melawan tim dari asrama Hufflepuff.

"Hey, tidak apa. Bukankah kita bisa mencobanya tahun depan?" Siswa yang lebih muda kini menenangkannya dengan menepuk pundak kapten kebanggaan Gryffindor itu.

"Ck, tapi tetap saja aku tak terima, Harry. Terlebih oleh si 'Diggory' yang sengaja mendorongku hanya demi timnya menambah poin." Sang kapten itu terlihat kesal. Namun tak menoleh kebelakang sekalipun pemuda bernama 'Harry' mengajaknya mengobrol.

Lalu Harry mendudukkan dirinya. Harap-harap bisa menaikan mood sang kapten dengan mengajaknya mengobrol.

"Oliver, tenanglah. Kita kalah bukan berarti kita tertinggal dengan poin yang jauh. Tadi hanya selisih... berapa ya?" Harry bertanya kepada dirinya sendiri. Tak lupa tanganya berlagak menghitung selisih poin Gryffindor dengan Hufflepuff.

"Tetap saj-" Oliver hendak menyela sebelum Harry selesai berhitung. Tapi bayangan seseorang yang menutupi pandangannya mulai menarik Oliver untuk mendongakkan kepalanya.

Tak satupun kata terucap dari mulut Oliver. Hanya saja tatapan Oliver yang sedari tadi malas dan sedih kini kian berubah menjadi tatapan penuh kekesalan kearah manusia tiang dari Hufflepuff.

"Oh merlin, sebaiknya aku pergi. Hermione dan Ron mungkin mencari ku." Belum sempat menemukan angka yang pas untuk selisih poin, Harry segera menyadari kehadiran seseorang yang asing baginya.

"Harry, tunggu!" Oliver bergegas bangkit dari duduknya dan mengejar Harry. Namun tangannya ditahan oleh pemuda yang bersamanya.

Oliver berbalik dan meringis kesakitan. Pemuda itu sadar dan segera melepaskan cengkeramannya. "M-maaf" Cicitnya pelan.

Angin sore memang sedikit kencang atau perasaan Oliver saja? Entahlah. Hening menyelimuti mereka berdua sebelum Oliver angkat suara.

"Nah Diggory, sekarang apa?" Oliver berkata dengan sedikit nada kesal. Tangan kanannya tampak mengelus tangan yang satunya akibat cengkeraman tadi.

"Aku hanya ingin minta maaf soal tadi. Aku benar-benar tak sengaja mendorongmu dan membuatmu jatuh."

Minta maaf? Sudah seharusnya begitu. Tapi sebelum itu, Oliver sempat berpikir ini akan menjadi pembicaraan yang serius. Seperti... tanding ulang mungkin?

Ah sudahlah, otak Oliver hanya berisi menang, menang, dan menang. Ia tak siap jika menerima kekalahan. Tapi tetap saja, manusia mana yang tak marah jika badannya dibuat memar?

"Maaf? Mudah sekali kau meminta maaf. Kau tak lihat apa jika tangan, punggung, dan kakiku membiru karena mu?! Aku jelas tak kan memaafkan mu" Mata Oliver menatap tajam pemuda yang lebih tinggi darinya.

Cedric terdiam seribu bahasa. Oliver ini bodoh atau apa? Dia meminta Cedric melihat tangan, punggung, dan kakinya sedangkan ia memakai lengan panjang dan celana panjang.

Sementara itu, Oliver mulai merasa sedikit canggung di posisinya. "Diggory! Kau bisu?"

Cedric mulai geram dengan perlakuan Wood satu ini. Dia datang baik-baik dengan tujuan meminta maaf tapi Oliver meresponnya dengan kasar.

"Wood, kau ini apa-apaan? Aku datang ke sini dengan niat baik tapi kau...?" Cedric menaikan nada bicaranya dan berhasil membuat Oliver merasa bersalah dan menunduk.

"A-aku tidak-"

Cedric mengangkat dagu Oliver, "Ternyata orang-orang salah tentangmu-"

Belum sempat Cedric menyelesaikan ucapannya, Oliver dengan kasar melepas tangan orang asing itu di dagunya. "Lepas!"

Quidditch » [ Cedwood ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang