[ 03 : Wrong ]

970 67 21
                                    

Cedric berjalan mendekati Oliver "Bukankah seharusnya aku yang tidur di kasur itu?"

"Mengalah saja." Jujur saja, kepala Oliver kini pusing. Tak biasanya ia terjaga selarut ini.

"Lagi pula aku tamu disini. Apa kau tidak bisa menginap di kamar temanmu?" Sambung Oliver.

Apa-apaan?

Cedric menatap tajam Oliver, "Kali ini aku mengalah karena jika kau sakit, project ini akan berantakan. Tapi lain kali aku akan menang." Cedric merebut sebagian bantal yang Oliver tindihi dengan raut wajah kesal.

Cedric berjalan keluar dan menghentakkan pintu lumayan keras. Sementara senyum kemenangan terukir pada wajah manis milik Oliver.

𖥻

Oliver yang sedari tadi gelisah karena pakaiannya yang tidak nyaman akhirnya memutuskan mengobrak-abrik lemari Cedric untuk menemukan pakaian yang pas untuk ia kenakan saat tidur.

"Nah, ini." Kata Oliver ketika menemukan setelan piyama yang agak besar untuk ukuran badannya. Sebuah piyama berwarna biru tua dengan motif bintang, itu lucu. Hanya saja bahannya yang sedikit tipis membuat badan Oliver terekspos namun sedikit buram.

Sebenarnya piyama itu milik teman perempuannya yang tertinggal sewaktu Cedric meminjamkan kamar untuknya.

Setelah menganti pakaian, Oliver berniat untuk kembali tidur. Namun ruangan yang sedikit berantakan menganggu pandangan Oliver. Tanpa pikir panjang Oliver segera merapikan kamar milik Cedric. Tidak semuanya, hanya beberapa. Toh, dia juga menginap di sana, jadi mengapa tidak?

Sementara itu, Cedric yang memohon pada temannya untuk berbagi kamar memiliki beberapa masalah. Ya, kurangnya selimut. Temannya ini sepertinya engan untuk berbagi selimut dengan Cedric.

Alhasil Cedric kembali ke kamarnya untuk mengambil selimut. Persetan jika Oliver kedinginan, Cedric tak peduli.

Sesampainya di depan pintu, Cedric tak langsung masuk. Ia mendengar suara orang beberes, apa mungkin Oliver? Untuk apa?

Dengan penasaran Cedric lalu mendekatkan matanya ke lubang yang cukup besar untuk melihat apa yang dilakukan Oliver di dalam sana.

Ternyata benar, Oliver sedang beberes. Oliver menyenandungkan lagu sambil berjoget tipis saat ia merapikan meja belajar Cedric. Salah satu kertas jatuh dan Oliver menekuk kakinya lalu membungkuk untuk mengambilnya membuat pinggangnya sedikit terekspos. Shit, posisi bagus.

"Fuck." Cedric mengumpat pelan, bagian bawahnya mengeras hanya karena Oliver mengambil kertas. Oh, Cedric!

Oliver yang selesai beberes, sekarang terduduk di pinggiran kasur. Cedric mengepalkan tangan dengan keras ketika melihat celah untuk ia masuk dan mengambil selimut lalu kembali ke kamar temannya.

"Diggory!" Oliver menjerit terkejut ketika seseorang membuka pintu kamar Cedric.

Oliver melihat Cedric menutup pintu dibelakang. Dengan segera Cedric menghampiri Oliver dan berdiri tepat didepannya.

Cedric, "Mengapa kau memakai piyama ini? Bukankah di lemari ku ada banyak piyama yang berbahan tebal?"

"Di sini sedikit panas." Oliver tergagap, saat mencoba mengatakan alasan mengapa ia memilih piyama itu.

"Alasan klasik. Kau sengaja, hm?" Cedric berbisik, mendekati Oliver. Cedric sebenarnya tau apa yang dikatakan Oliver itu jujur, namun apa boleh buat jika napsu berkuasa.

Sebelum Oliver mengatakan sesuatu, Cedric duduk disampingnya. Tangannya memegang tengkuk Oliver dengan kuat. Dan setelahnya, bibir Cedric mencium dalam dan basah bibir Oliver. Oliver kini mengalungkan kedua tangannya pada leher sang dominan, sedangkan Cedric meletakkan kedua tangannya di pinggang Oliver.

Cedric melumat bibir atas dan bawah Oliver bergantian. Kini lidah Cedric menjilat sensual belah bibir Oliver, meminta akses untuk masuk. Sialnya Oliver yang terbawa suasana membiarkan lidah Cedric mengeksplorasi rongga mulutnya.

Oliver membiarkan siswa Hufflepuff itu mengambil kendali. Oliver tau akan menyesalinya, namun perasaan aneh itu muncul kembali.

Tangan kiri Cedric tak tinggal diam, tangannya masuk kedalam piyama yang Oliver kenakan.

Sepertinya dada Oliver lebih besar dari pada pemuda apa umurnya. Empuk, yang dirasakan Cedric saat ini.

Puas dengan bibir, Cedric beralih ke leher keeper Gryffindor itu. Membuat semacam... Kissmark?

"Nghh, Cedric." Lolos.

Napsu Cedric yang menggebu-gebu sedari tadi kini telah diambil alih oleh akal sehatnya. Segera ia menghentikan aktifitasnya dan mengambil selimut lalu mendekati pintu.

Brengsek. Ya, Cedric bahkan berpikir jika dirinya adalah brengsek. Menyentuh orang yang bahkan bukan miliknya. Sial, pacar Oliver akan meninju wajahnya besok.

"Lupakan yang baru saja terjadi, wood." Ucap Cedric datar dan langsung membanting pintu tanpa satu katapun maaf.

Sedangkan Oliver menatap kepergiannya dengan marah, sedih, bingung, yang bercampur menjadi satu.

𖥻

Pagi yang dinanti Oliver tiba. Pagi itu Oliver sempat melihat lehernya di kaca, bangsat! Yang benar saja, dileher Oliver terdapat jejak Cedric kemarin malam. Oliver takut jika teman-temannya bertanya, terlebih jika itu Percy.

Lalu pukul tiga pagi ia segera menganti piyama milik Cedric dengan pakaiannya dan berpikir untuk segera pergi tanpa menunggu si pemilik kamar.

Namun pemilik kamar itu datang lebih awal dari yang Oliver kira. "Mau kembali?" Tanyanya canggung.

Yang ditanya hanya membalas dengan deheman tanpa berani menatap mata Hufflepuff itu. Oliver beranjak pergi dengan membawa kertas rangkuman ditangannya dan berjalan menuju pintu tanpa memperdulikan Cedric.

"Tunggu." Sial, sekarang panggilan Cedric berhasil menghentikan langkah Oliver.

Oliver berbalik badan menunggu Cedric membuka suara.

"Maaf." Gumam Cedric.

Oliver yang dari tadi menahan tangis seketika pecah. Kertas yang ada ditangannya terjatuh, Oliver berlari kearah Cedric dan memeluk- ah tidak, memukul dada pemuda itu.

"Brengsek! Bajingan! Kau benar-benar keterlaluan, Cedric." Isakan tak terelakkan lagi, Oliver mengeluarkan semua yang ia pendam kemarin malam.

Dan Cedric hanya bisa terdiam melihat Oliver mencurahkan emosinya. Ini juga karenanya, jadi ia harus menerima. Bahkan ini tidak setimpal dengan apa yang terjadi kemarin.

Ketika mulai tenang, Oliver segera beranjak dari tempatnya. Mengumpulkan kertas-kertas hasil rangkuman yang dia kerjakan dengan susah payah lalu mengusap pipinya kasar.

"Sebaiknya kita kerjakan project ini sendiri-sendiri, kau jelas tau apa alasannya." Kata Oliver sebelum benar-benar meninggal kamar Cedric.

.
.
.
.

TBC.

Berantakan bgt gue nulisnya, jadi maap (*・∀・*)V

Quidditch » [ Cedwood ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang