Hari pernikahan yang telah disiapkan Kian dan Nadhira satu bulan lamanya kini hanya menghitung hari. Tersisa dua hari sebelum acara pernikahan, Kian dan Nadhira sama-sama masih bekerja di kantor, tidak menunjukkan sama sekali bahwa keduanya akan menikah lusa. Bahkan Nadhira masih sibuk bolak-balik rapat ditemani Kian, sampai kepala direksi yang mendapatkan undangan dari mereka berdua terkejut melihat Nadhira hadir di ruang rapat dengan santainya.
"Nadhira Nadhira." Panggil Pak William selaku kepala direksi pada Nadhira yang tengah membaca dokumen sebelum rapat dimulai.
Yang dipanggil itu menoleh pada Pak William, "Kenapa pak?"
"Kamu ini nikahnya lusa kan?" tanya Pak William.
"Bukan pak, dua hari lagi." koreksi Nadhira.
"Iya itu lah pokoknya," sahut Pak William masih heran kenapa Nadhira terlihat tenang sekali, "Kok kamu masih ada disini bukannya cuti? Kamu ga ngajuin cuti ya jangan-jangan?"
Nadhira tersenyum menanggapi atasannya, "Sudah pak, saya dapat cuti empat hari."
"Loh? Sedikit banget? Kian berapa?"
"Dua hari kalo tidak salah." Nadhira menjawabnya dengan ragu karena setau Nadhira baik dirinya maupun Kian tidak ada yang mengambil jatah cuti satu minggu untuk pernikahan khusus dari kantor.
Pak William yang mendengarnya saja hanya bisa menggeleng tidak percaya.
"Kalian berdua ini kenapa? Cuti nikah kok dua hari empat hari? Terus gimana bulan madunya?" celetuk Pak William. Untung saja ruangan rapat hanya ada Nadhira dan Pak William.
Secara terang-terangan Nadhira malah menjawab, "Ya ngga gimana-gimana pak, kan bisa di rumah."
Kian yang berdiri tidak jauh dari tempat Nadhira hanya tersenyum mendengar jawaban santai yang diberikan Nadhira.
"Ya udah suka-suka kamu lah, Nadhira."
Setelah semua dewan direksi yang diundang mengikuti rapat sudah hadir, Pak Willian mempersilahkan Nadhira yang bertanggung jawab memaparkan agenda kali ini untuk menjelaskan bagian audit finansial perusahaan. Rapat berlangsung lama karena ada pembahasan cukup rumit titipan dewan komisaris mengenai beberapa jabatan direktur yang kosong harus segera diisi. Sekitar dua jam lebih rapat baru selesai dan Nadhira langsung keluar setelah membereskan laptopnya untuk segera kembali ke ruangan.
Hari ini Nadhira akan banyak berkutat di ruangan menyelesaikan semua berkas yang ada di meja sebelum dirinya cuti empat hari. Sama dengan Kian yang sekarang sudah mulai kembali menekuni setumpuk data di meja untuk segera dia selesaikan. Keduanya sama sekali tidak bertemu lagi sampai jam pulang kerja. Bahkan saat di parkiran ketika biasanya Kian mendapati Nadhira yang tengah berjalan ke mobilnya pun sekarang tidak ada.
Baru saja Kian akan membuka pintu mobilnya, satu pesan masuk dari Nadhira muncul di bar notifikasi layarnya.
Kian mendapati ajakan makan malamnya kemarin pada Nadhira dibatalkan hari ini. Padahal Kian sudah merencakan dari awal kalau dia berniat melamar Nadhira. Kian tau harusnya tidak begitu, tapi setidaknya Kian melakukan itu untuk diri sendiri supaya tidak akan terlalu sulit nantinya untuk menjelaskan pada anaknya kalau mereka menikah karena memang Kian melamar Nadhira.
Laki-laki itu memilih membatalkan reservasinya di restoran yang sudah Kian pesan dua hari lalu dan merelakan uang pembayarannya. Dia hanya perlu kembali ke rumah dan membersihkan tubuh sekaligus menjernihkan pikirannya hari ini.
Hanya tersisa dua hari menuju pernikahan, tentu rumah Kian sudah ramai dengan barang-barang yang ibu beli untuk menyambut kedatangan menantunya juga banyak bahan makanan yang nanti akan dimasak setelah serangkaian acara selesai. Ibu bahkan sudah mengundang tetangga satu kompleknya agar nanti bisa makan bersama di rumah sekaligus menjadi ajang memperkenalkan Nadhira pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
FanfictionMenjadi wanita karier yang sukses di usia muda adalah kebanggaan tersendiri bagi Nadhira Almira. Perempuan yang memilih hidup mandiri dan meraih segala impiannya itu memfokuskan diri mengembangkan bisnis dan berkontribusi besar pada perusahaan tempa...