Bagian 2

171 31 2
                                    

"Nadhira!"

Perempuan yang merasa namanya dipanggil saat tengah berjalan di lorong panjang yang menuju ke sebuah ruangan besar milik Kepala Direksi Majalah Lafela alias ibu kandung dari Nadhira sendiri.

Rupanya ada Gavindra Hutama sedang berjalan mendekat ke arah Nadhira.

Dalam hatinya Nadhira mendengus kesal, kenapa dia harus bertemu dengan laki-laki yang dulu pernah membullynya ada disini?

"Kamu mau ke ruangan Bu Larisa?"

Pertanyaan bodoh. Sudah jelas Nadhira ada di lantai 22 yang hanya khusus untuk ruangan Kepala Direksi yang tidak bukan adalah Bu Larisa. Nadhira merutuki pria didepannya tanpa ampun karena sudah terlalu muak melihat wajah ini yang pernah sangat rendah menghina Nadhira sebagai anak haram yang tak memiliki ayah.

Tanpa membalas apapun, Nadhira hanya menatap Gavin seperti cara Gavin menatap Nadhira dulu. Tatapan merendahkan.

Nadhira paham betul Gavin sedang gencar-gencarnya mendekati Nadhira. Tapi apa pedulinya Nadhira? Melirik Gavin saja rasanya benci setengah mati.

Gavin yang ditatap seperti itu hanya bersikap seolah dia tidak tau, "Kalo gitu bareng sama aku ya?"

Lagi. Nadhira tidak menjawab.

"Kerjaan kamu gimana? Lancar ngga, Ra?" Gavin tidak menyerah terus mengajak Nadhira bicara sepanjang menjelajahi lorong lantai 22. Tidak ada satupun pertanyaan yang diajukan Gavin dijawab oleh Nadhira, perempuan itu bersikap seolah tidak mendengar suara apapun sebagai jurus ampuh menangani manusia tidak tau diri sejenis Gavin.

Saat berada tepat di depan pintu Bu Larisa ini barulah Nadhira kembali menatap Gavin dengan langkahnya yang terhenti dan gestur tangan yang Nadhira buat untuk menghentikan langkah Gavin, menyuruhnya tidak masuk ke dalam dan mencampuri urusan Nadhira.

"Ra, malam ini ada jadwal kosong ngga? Dinner sama aku gimana?"

Nadhira mendecih, tidak sudi Nadhira harus makan malam dengan musuh bebuyutannya ini.

"Lo diem apa gue jait mulut lo?" tekan Nadhira yang sudah muak dengan semua kebrisikan Gavin yang merecokinya tanpa henti. "Gue ngga tau ya Vin, sejak kapan lo jadi baik sama gue? atau cuma pura-pura? niat lo mau ngapain deketin gue kaya gini?"

"Gue beneran sayang sama lo, Ra."

Nadhira tertawa sinis, "Lo sayang sama gue yang lo bilang anak haram?" tanyanya dengan wajah menantang Gavin, membalikkan hinaan yang pernah Gavin lontarkan pada Nadhira bertahun-tahun lalu.

Perempuan itu menunjuk tepat muka Gavin dengan telunjuknya, "You better get fucking away from my face." bisik Nadhira penuh penekanan. Rasa benci yang Nadhira miliki untuk laki-laki ini telah sampai dibatas titik tertinggi yang Nadhira punya, jangankan diajak makan malam, melihat wajahnya sedekat ini saja tangan Nadhira sudah memgepal dari awal.

Gavin terdiam di tempat sementara Nadhira melanjutkan langkahnya memasuki ruang kerja sang ibu. Sudah lama Nadhira tidak datang ke tempat ini karena ibunya jarang pulang ke tanah air apalagi untuk melihat Nadhira.

"Hai sayang, kamu apa kabar?" Bu Larisa menyambut putri tunggalnya dengan memeluk dan mencium singkat kening Nadhira.

Karena Nadhira bukan orang yang suka basa basi dengan ibunya sendiri, dia tidak menjawab pertanyaan Bu Larisa, memilih duduk di kursi meja kerja ibunya dan menyodorkan satu lembar kertas yang sudah Nadhira siapkan dari rumah.

Kertas itu berisi tampilan beberapa contoh desain undangan pernikahan.

Tentu Bu Larisa kaget. Apa maksudnya Nadhira memberikan Bu Larisa contoh undangan pernikahan seperti ini?

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang