4

1.4K 118 5
                                    

Happy Reading
-
-
-

Ingin rasanya Ciara berteriak kesal. Menyerukan betapa tidak adilnya tuhan. Setelah beberapa jam yang lalu menghayalkan kebebasannya. Kini ia harus terjun bebas tertabrak kenyataan.

Kontrak kerja pernikahan

Tiga kalimat yang tertuang dalam kertas putih itu membuat dunia Ciara jungkir balik. Apalagi ketika ia melihat harga penalti yang harus ia bayar ketika dirinya melanggar kontrak kerja yang sudah disepakati Siana dan Xabiru.

Kenapa dia melupakan jika mereka ini hanya menikah kontrak. Sial, pupus sudah harta gono-gini melimpah miliknya.

"Eh tunggu, apa ini?" Ciara membawa kertas itu kedepan matanya. Dan beberapa detik kemudian mata indah itu terbelalak.

"Ahhhh apa ini..."

"1 2 3 4 7 8 9 11....sebelas.....astaga nol nya ada sebelas, tidak mungkin," bergumam lirih Ciara menatap tak percaya dengan apa yang telah ia lihat.

100 M. Gila. Ciara akan mendapatkan uang tunjangan 100 miliar setiap tahunnya, belum lagi apartemen mewah beserta mobil mewahnya pula.

Tentu saja itu akan ia dapatkan jika Siana atau sekarang dirinya berhasil melewati 5 tahun sebagai istri dari Xabiru dengan lancar. Dan otomatis jika ia melanggar kontrak maka 100 M itu akan hangus, dan bukan hanya itu saja Ciara juga harus membayar penalti 3 kali lipat dari apa yang telah ia dapatkan selama Siana menjadi istri dari Xabiru.

Bisa dibayangkan sebanyak apa uang yang harus ia gelontorkan untuk berpisah dari Xabiru mengingat uang yang diambil Siana jumlahnya yang bukan maen itu.

Dan jika dihitung-hitung ini sudah tahun ke-4 nya sebagai istri kontrak Xabiru.

Itu berarti Ciara hanya perlu menunggu satu tahun lagi dan dia akan menjadi janda kaya.

"Baiklah satu tahun, aku akan bersabar sampai satu tahun saja."

Satu tahun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan setumpuk emas yang akan ia dapatkan nanti.

***

"Mau ikut gak lo?"

"Kemana?" Tanya Alvaro dengan sedikit mengernyit kan alis.

"Nginep dirumah gue, hari ini mamih gue ulang tahun. Dia mau masak-masak, dan nyuruh gue ngundang temen-temen gue." Jelas Brian, teman satu tongkrongan Alvaro.

"Ikut aja Var, masakan si mamih enak tau. Apalagi ayam rica-rica nya beuhhh... Mantap bener," Sambung Laki-laki berkulit sawo matang, Reza.

"Kalo nginep sorry, kayaknya gue gak bisa."

Sebenarnya Alvaro ingin ikut bergabung dengan teman barunya. Tapi dia tidak bisa leluasa bermain sampai larut malam, mengingat ia masih memiliki tanggung jawab lain. Yaitu Marisa, adik kecilnya.

Andai ibunya masih ada mungkin dia bisa bermain dengan bebas seperti remaja pada umumnya.

Walaupun ada Ibu tirinya, namun Alvaro tidak mempercayai wanita rubah itu. Dia hanya takut terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan terjadi pada sang adik.

"It's oke gak papa. Tapi lo harus tetep ikut ke rumah gue, soalnya mamih gue maksa banget pengen ngerayain ulang tahunnya sama temen temen gue. Maklum ya bawaan bayi mungkin soalnya mamih gue lagi hamil," kekeh Brian dengan senyum kecil menghiasi wajah tampannya.

"Nyokap lagi hamil lagi Bri?" Tanya Reza memastikan.

"Yoi, baru 6 minggu."

"Anjir, bokap lo rajin bener bikin nya. Baru juga kemaren Felicya 7 bulanan sekarang udah ada yang baru lagi aja," Kaget Reza. Pasalnya Brian juga memiliki 2 adik lainnya, yaitu perempuan dan laki-laki. Dan adik bungsunya itu baru berusia 7 bulan. Atau sekarang sudah menjadi semi bungsu?

"Bokap gue emang gacor bengat kalo bikin bayi. Dia bahkan udah bikin target mau punya anak 12. Katanya mau nyaingin gen Halilintar."

"Buset, bokap lo mau jadi pelatih sepak bola apa gimana. Nyetak nya banyak bener."

Brian mengendikan bahunya, "Mungkin. soalnya doi pernah ngomong gitu emang. Tapi yah karna anak kelima keluarnya cewek, jadi yang tadi nya target 11 jadi 12."

"Gila bapak Sultan emang beda," ujar Reza dengan speechless nya bahkan ia memberikan tepuk tangan kecil.

"Sialan lo," balas Brian.

Alvaro yang tadinya menyimak pun bersuara, "Emang lo anak ke berapa?"

"Gue anak ke-3 dari lima bersaudara."

"Jadi sekarang nyokap lo hamil anak ke-6?"

Brian mengangguk. "Yoi, gue harap yang kali ini cowok lagi biar bokap bisa berhenti bikin bayi. Gue kasian liat nyokap harus hamil lahiran hamil lahiran terus. Bisa-bisa satu komplek isinya keluarga Abian semua."

"Gak yakin gue kalo bokap lo bakal berenti bikin bayi."

"Tsk, seenggaknya pake pengaman lah tolol. Bokap gue tuh masih terlalu muda buat vakum dari dunia kenikmatan masa pernikahan. Gue juga kalo umur segitu mana tahan kalo gak nyentuh istri gue." Jelas Briyan gregetan.

Alvaro terkekeh, "Tapi enak juga satu komplek isinya satu keluarga. Istilahnya keluarga besar dalam artian sebenarnya."

"Yeuuu enak pala lo, dikira emak gue induk kucing apa sekali brojol langsung 5. Kagak dah kagak, kalo bisa ini anak terakhir. Jangan ada yang ke-7 apalagi nyampe 11. Gak tega gue liat nyokap lahiran."

"Yaelah ngomong aja lo takut kebagian sedikit warisan dari bokap lo," celetuk Reza tepat sasaran.

Ah, seperti ada pisau yang tertancap di jantung nya. Brian memegangi dadanya dengan dramatis.

"Za, lo kok tega sih buka-buka rahasia gue. Mana bener lagi."
























Tbc.

Anak Ku Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang