6

1.6K 145 5
                                    

Happy Reading
-
-
-

Mau tau yang lebih seram dari tuyul?

Aku kasih tau. Jawabannya adalah anak tiri.

Benar anak tiri Siana lebih menakutkan dari pada tuyul. Jika yang terkenal dalam cerita- cerita lain ibu tiri-lah yang kejam. Maka di cerita ini adalah kebalikannya. Dimana ibu tirilah yang teraniaya.

Apa? Gak percaya?

Percaya atau tidak selama ini aku memang merasa tengah di aniaya. Sungguh sangat sial hidupku harus memiliki tiga anak yang kurang ajar.

Iya, tiga. Jangan lupakan si anak kandung Siana yang saat ini mungkin sudah jadi bucin tololnya tokoh utama pria.

Anak durhaka yang jadi alasan utama ibu nya mati. Emang anak sama ibu gak ada bedanya. Like a daughter like a mother . Anaknya bucin akut sama cowok orang, ibunya bucin gila sama anaknya sampe rela nikah kontrak sama duda anak dua. Mana endingnya mati lagi.

Bah, kalo si Roseana jadi anak Ciara mah udah pasti langsung jadi patung batu.

"Nang tcepet dong kok malah belrdilri aja,  pegel tau gak duduk terlus."

Wahai Marisa cebong kampret, andai dikau anak Ciara. Sudah di pastikan jika saat ini dan detik ini juga dirimu sudah jadi bongkahan batu, menemani kawan kuning mu berenang- renang di kali.

Aish, shibal.

Melihat pemandangan yang didepan benar-benar membuat mataku sangat sakit, apalagi telinga ku yang mendengar perintah mutlak dari buntalan hidup itu.

"Harus saya yang melakukannya? tidak bisa gitu sama bi inem saja?" Ujar Ciara dengan muram. Bahkan kini hidung mancung nya sudah ia apit kuat, berharap tidak ada udara yang masuk melewati lubang hidung nya.

Mendengar jawaban Ciara membuat raut wajah Marisa langsung segelap jokes tetangga, mata bulatnya mengerjap kuat berharap air yang tersimpan di matanya keluar.

"Huaaa gak bisa pokoknya aku mauna sama tante sihirl. Gak mau sama bi inem huaaa," tangisnya kencang. Kini kamar mandi yang cukup luas itu dipenuhi oleh raungan Marisa.

Wah bocah ini, aktingnya sungguh luar biasa.

"Aduh berisik kamu bikin kuping saya pengang, tau?"

"Makana cepet cebokin aku, bialr gak berlisik lagi coba." Suruh nya dengan diselingi tangisan.

Astaga lihat, lihatlah kawan-kawan. Baguskah begitu?

Walaupun memang merawat anak adalah kewajiban seorang ibu. Tapi perlu di ingatkan lagi Siana itu ibu tiri, I. B. U. T. I. R. I. oke? Dan apa? Nyebokin?

O M G hellouw... Aku ini Ciara, Ciara Abyanca Malik. Komposer terbaik di Asia, tangan lentik nan cantik ku ini hanya pernah menyentuh alat-alat musik. Dan si cebong ini malah menyuruh apa? Cebokin? Bersihin tai nya gitu? No to the way. No way!

"Tidak mau, suruh bi inem saja. Saya ini orang sibuk. Biar bi inem saja yang bersihin tai kamu."

Bi inem buru-buru mendekati Marisa yang masih menangis di closet yang tengah di dudukinya. Mungkin sudah hampir 1 jam Marisa menangis di toilet, hanya karena ingin Ciara yang membersihkan kotoran nya.

"Iya non biar bibi aja ya? Kasihan Ibu, dia kan baru sembuh harus banyak istirahat. Biasanya juga kan sama bibi, ya?"

Marisa menggeleng ribut, "Gak mau pokonya ica mau Tante sihirl yang berlsihin."

"Kamu tau, sebau apa kotoran kamu itu? Dan kamu malah nyuruh saya?" Kesalku yang tidak aku tutupi lagi. Iya sih emang gak ada tai yang gak bau. Tapi gilla.... Si Marisa abis makan apasih sampe semenyeramkan ini bau nya.

"Karlna emang bau makana aku surluh tante nang berlsihin. Biarl tau rlasa emang na siapa srluh mau jadi ibu aku hmph." Rlasain nih tai ica yang sewangi surlga ya tante sihirl hihi. Kikiknnya dalam hati.

"Kenapa gak kamu bersihin sendiri saja. Kamu kan udah besar."

"Mana ada, orlang masih kecil gini juga."

"Terus itu apa yang ditengah itu, sampe meluber luber gitu."

Marisa melotot kesal kearah Ciara. "Ini tuh namana sehat, gemoy, ucul, tante jangan macam-macam ya."

"Halah alasan saja, bilang saja gendut susah banget sampe bilang sehat gemoy segala."

"Huaaaa tante jahat huaaaa..." Jerit Marisa. Kini toilet luas itu kembali di penuhi dengan tangisan Marisa.

Bi inem yang sedari tadi hanya menyimak pun merasa kasihan pada sang anak yang sudah ia asuh sedari kecil itu.

"Udah ya non, jangan nangis lagi. Biar bibi aja yang cebokin. Ini udah malem gak baik lama-lama di kamar mandi."

Marisa yang berada di pelukan bi inem masih terisak pelan. Pipi bulat dan hidung kecilnya memerah. "Tante sihilr na yang jahat, masa dia ledekin ica gendut sih bi," Adunya dengan mata berkaca-kaca.

"Ica kan gemoy bi, nggak gendut,"Lanjut Marisa.

"Iyaa, non Ica nggak gendut kok. Non Ica yang paling gemoy di seluruh dunia."

"Iyakhan bi, dasarl tante sihilr jahat, jelek."

"Saya denger ya." Sahut Ciara bersedekap dada. Kini dia tengah berdiri di luar kamar mandi Marisa.

Setelah membuat Marisa menangis, Ciara memilih keluar. Sungguh dia tidak kuat dengan segala aroma yang tersedia di dalam sana. Dari pada mempercepat waktu kematiannya dengan terus menerus mencium bau yang berbahaya, lebih baik Ciara menghindar.

Pupil coklat itu tidak lepas dari tubuh gempal Marisa yang kini tengah di bersihkan oleh bi inem.

Harus Ciara akui sebenarnya Marisa itu sangat lah imut, apalagi dengan lemak berlebih yang ada di pipi dan perutnya itu. Ciara yang pada dasarnya tidak terlalu menyukai anak kecil sedikit luluh ketika pertama kali melihat Marisa. Tapi tentu saja realita tidak pernah tinggal diam begitu saja, karena kenyataannya rasa suka Ciara langsung berubah 180° ketika mulut mungil itu bersuara.

Anak kecil tetaplah anak kecil. Menyebalkan.

Setelah kejadian memalukan di toilet tadi, kini sepasang ibu dan anak itu tengah berada di meja makan.

Tentu saja Ciara yang masih teringat dengan bau fantastis tadi, enggan untuk menyantap makanan lezat yang tersedia didepannya.

Beda lagi dengan anak kecil yang ada di sebrang sana itu. Lihat saja, cara makannya saja seperti tidak diberi makan 1 minggu. Benar-benar berantakan.

"Kamu itu anak perempuan, apa-apaan dengan cara makanmu itu. Belepotan sekali, dasar jorok." Ungkap pedas Ciara, tidak peduli jika yang dia komentari itu anak 4 tahun.

"Suka-suka akulah, kok tante nang rlepot sih. Dasarl Anabel tante sihirl."

Memutar bola matanya malas, Ciara bertopang dagu, "Terserah kamu saja. Lagian dimana kakakmu ini sudah malam, kenapa dia belum juga pulang?" Tanyanya setelah melihat jam yang ada ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Mana aku tau, kok tanya aku," jawab Marisa acuh.

"Terus kalo tidak nanya kamu, saya nanya siapa?"

"Tana aja rlumput nang berlgoyang sanah."

"Anjing." Umpat Ciara pelan.

"Eehhh ga boleh nomong kasarl."






Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak Ku Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang