Prolog

3 0 0
                                    

Aku seorang anak kaya yang hidupnya mewah dan terkabulkan.

"Kamu harus segera menikah!"

Bunda bilang begitu kepada aku. Tujuannya memang bagus, cuman.

"Aku nggak bisa! Tugas Kuliah, Bunda! Apa gak inget aku masih mahasiswa, nggak sempat!!"

"..."

Sejak saat itu Bunda tidak mau berbicara denganku lagi hingga tiba...

"Temui aku saat kamu sudah ada dan bila belum ada, jangan pernah matamu menatap wajahku."

Pesan terakhir bisa dibilang. Menutup pintu dari kamar sebuah anak remaja lelaki.

Anak ke dua dari empat bersaudara. Aku berasal dari anak yang kaya, oleh karena itu keluarga butuh keturunan pasti.

Tidak boleh lama ataupun tidak bisa. Tak ada alasan bagi mereka tak punya keturunan. Saudara laki-laki aku contohnya.

Dia adalah bos dari perusahaan rumah sakit operasi plastik. Hidup mewah dengan uang hasil sendiri, tentu saja.

Wanita cantik yang menemani hidupnya.

"Sayang, katamu saudara adik laki-laki kamu akan berkunjung datang?"

Wanita itu memakai gaun cantik berwarna merah. Bertanya kepada Abangku.

"Hm ... Dia akan berkunjung pertama kali dalam seumur hidupnya, berbaik hatilah kepadanya!"

Abang berbalas kepadanya. Sambil melanjutkan memakai baju yang kecil dari ukuran badan yang besarnya.

Abang aku, bernama Altarek Isnu Djajasinto. Atau panggilan untuknya adalah Jabrik. Aku yang memulai nama itu. Bang Jabrik berumur 25 tahun, berat badannya sekitar _78kg_, dengan tinggi badan _183cm_, sedangkan aku.

Aku sebut saja..

"Oh.. begitu, tapi sudah ada jadwalnya dia datang belum? ... Siapa sih namanya?"

Bingung tidak tau nama Adiknya, wanita itu menanyakan sebuah pertanyaan.

"Jadwal si Botriek datang? ... Lusa akan datang ke rumah ini My Honey."

Bang Jabrik langsung segera tersenyum seakan harus bersopan kepadaku. Tanda untuknya, dibalas dengan "Iya." Dan kemudian Bang Jabrik keluar dari kamarnya. Meninggalkan wanita itu sendiri.

Sudah cukup tentang aku akan tinggal di mana nantinya. Yang pasti namaku bukanlah Botriek. Namaku Albian Aestro Ritiek. Ya.. cuman jangan begitu, panggil saja Bian. Umurku tahun ini adalah 19 tahun dan jika kalian bingung kenapa aku sudah masuk kuliah diusia kini?

Sogok? Karena aku anak orang kaya? Bukan.
Jalur orang dalam? Karena aku keluarga aku banyak kenalan. Bukan.

Karena aku berhenti sekolah saat kelas 3 jenjang tingkat atas. Sebab, aku dipindahkan untuk mengatasi kantor perusahaan Ayah yang bukan kantor utama, cabangnya.

Walaupun begitu, uang pemasukan kantor, aku sisipkan untuk memulai kuliah cepat. Ingin belajar supaya pintar dan berguna nantinya.

Namun, apa daya ketika Bunda bilang aku harus menikah muda, dilema aku.

Cemas tidak punya cara, aku menelfon Abang Jabrik untuk menginap di sana. Tidak lama, paling sampai aku mendapatkan cara sebuah 'calon pasangan hidup', ya.. mungkin itu lebih baik karena itu adalah rencana yang bagus, sebelum aku menikah.

Tapi.. setelah aku berangkat ke rumah Bang Jabrik dan telah sampai. Malah, aku harus berkemas barang-barang milikku, sendiri tanpa bantuan. Aku lelah mengangkat itu semua, tapi tidak ada alasan untuk mundur. Kini, sekian aku sudah hampir selesai tinggal satu kardus yang berisi boneka beruang di dalamnya.

Tujuan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang