Aku sebenarnya sudah mati, karena sudah melanjut usia. Jadi, aku memohon kepada Dewa supaya kematian aku ini bisa berada ke surga nanti.
_Mataku terbuka_, tersadar bahwa aku melihat langit di arah atasku. Aku, memanjang ke dua tangan ke atas. Melihat itu kenyataan, aku bangun dari tidurku. Terkaget bukan main, bahwa aku benar-benar hidup kembali.
"...tidak mungkin, kamu sejahat ini!"
Tujuanku bercakap ke Dewa yang sudah menghidupkan aku kembali.
Kemudian, karena aku terlalu bingung dengan keadaan baru ini. Aku menuju ke kamar mandi rumah, yang sebelumnya aku berada di taman rumahku.
Aku mengecek dari wajah, rambut dan memegang pipi di depan kaca kamar mandi. Yang nampak jelas bahwa itu semua nyata, aku bisa merasakan juga bahwa yang aku pegang dan sentuh ini adalah asli.
Aku tidak percaya dengan ini, yang kemudian mengeluarkan suara aneh seakan tidak percaya lalu tertawa dengan nada tertekan.
Berikutnya dari kamar mandi. Aku melihat sebuah foto keluarga di ruang tamu rumah. Keluarga yang harmonis dan sangat banyak anggota. Aku sangat heran, mengapa orang kaya mau keturunan yang banyak?
...
..
.Perumahan di daerah terpencil. Di sana banyak sekali orang-orang yang terbilang miskin.
Mata pencaharian mereka adalah jual dan beli, petani dan nelayan.
Di sana tidak ada pemimpin yang memimpin daerah tersebut. Hanya saja, ada satu cuman satu orang yang bisa mengendalikan masyarakat daerah itu, menuju kemajuan hingga daerah tersebut menjadi yang terdepan dari yang lainnya.
Orang itu tentu banyak keturunannya. Membantu keluarga supaya seperti itu, keadaan yang terburuk menjadi yang terbaik.
Itulah tujuan keluarga terbuat, dari cerita kecil itu. Pasti memahami keadaan dari cerita selanjutnya.
...
..
."Aku gak paham apa ini!?"
Awalnya aku berniat masuk kamar untuk istirahat dan tidur. Namun, yang aku lihat saat ini adalah keadaan kamar yang terburuk.
"Berantakan! Bibi..! ..Bibi!"
Aku setelah memanggil Bibi, datang juga. Aku kemudian melanjutkan bilang mengapa Dia tidak bersihkan kamar selagi aku keluar. Balasnya, memohon maaf karena kesalahan itu dan langsung dibersihkan kamar itu.
Setelah kejadian itu, aku memasuki kamar dengan keadaan nyaman, melihat kamar bersih dan layak ditinggali.
Aku di ranjang sekarang, memegang layar _smartphone_ dan menatapnya. Sekarang informasi di sekarang ini aku sudah tau.
Sambil menatap cermin di kamar, aku bilang.
"Aku memulai kehidupan sekali lagi sebagai Albian Aestro Ritiek. Sekarang usiaku adalah 16 tahun, awal aku masuk SMA. Seharusnya ini adalah perkenalan lingkungan sekolah."
Ucapku. Yang sambil membereskan dasi, yang kemudian mengambil topi di rak besi berdiri.
Aku berdiri tegak lagi di depan cermin dan memberikan senyuman untuk diri sendiri supaya tambah semangat.
"Aku pasti bisa."
Ucapku penuh semangat hari ini.
Aku melangkah ke tempat ruang makan dahulu, karena masih pagi saat ini pukul 5.30 dan wajar harus makan.
Saat itu aku belum lihat orang lain, yang sebelumnya adalah Bibi. Tetapi kali ini aku membuka hati melihat semua orang. Saking semangatnya di kehidupan kali ini.
"Albian, Kamu akhirnya turun dari kamar! Ayo makan dulu."
Suara itu, adalah suara Bunda. Lantunan dari suaranya begitu familiar. Indah dan lembut, tetapi,
"Atan!! Cepat urus semua yang ada di luar! Adik kamu mau berangkat sekolah tuh, Kamu jangan bersikap tidak sopan kepada Adik Kamu sendiri!! ... Atan!!!"
Sampai-sampai Bunda memunculkan diri di tangga menuju lantai dua. Dan menunggu kehadiran Atan.
Tak lama, tanpa menyaut. Atan memunculkan batang hidungnya.
"Iya Bun..?"
"Atan!?"
Entah mengapa Bunda menaik dan ke arah Atan untuk mendekatinya.
Kemudian Atan dijewer oleh Bunda, ditarik ke bawah untuk menuju ke luar teras.
Di teras mereka berbincang sangat indah, aku sampai terharu mendengar itu.
Itu, kalau Bunda marah. Nggak ada ampun. Bahkan anak pun gak bisa diampuni, harus mengikuti kata Bunda baru bisa lepas dari rantai yang dibuatnya.
"Aku selesai makan Bunda.. bisakah berangkat sekarang?"
"..? Oh, Bian sudah selesai? Yasudah tunggu aku bilang Abang Atan ya..!"
Langkah Bunda ke Atan langsung membuat aura yang negatif.
"Bisa sekalian anterin Albian ke sekolah?!"
Ucap Bunda begitu. Bukan baik-baik tapi terlihat seakan mengancam karena kejadian tadi itu tidak lama.
"..iya tapi, Kamu menyuruh aku ini dulu 'kan? ..."
"..?"
"Haha, iya, aku kalah."
Aku tau maksud Atan, Dia mau aku menunggunya lama lagi karena harus merapikan barang tersebut. Aku tidak tau kenapa Dia menaruh barang itu banyak sekali.
Cuman yang pasti, di kehidupan sebelumnya aku tidak pernah mengalami ini.Tapi Atan langsung menarik tanganku dan tujuannya membawa ke garasi mobil. Sudah mencium tangan berpamitan. Kami segera berangkat setelah menyalakan mesin mobil.
Mobil kami melewati gerbang rumah yang berwarna hitam, besar dan penuh pagar panjang yang menghalangi jalan lewat pagar.
Di perjalanan, tepatnya kami di dalam mobil. Atan menyetel radio yang ada, Dia berbicara kepada aku.
"Kamu pasti datang ke acara pernikahan Abang, 'kan?"
Sambil menyetir mobil, Dia menanyakan aku.
"...?"
"Oh! Kamu belum tau bahwa aku akan nikah, ya!"
Apaan ini..?! Aku belum pernah tau kalau Atan akan menikah di usia 22 tahun. Namun, seingat aku, Dia masih bekerja keras untuk cari nafkah di kehidupan sebelumnya. Tetapi tanpa ada kabar sekalipun darinya.
Ini aneh, jelas aneh...
Aku tiba-tiba tidak enak di sekitar kepala. Aku merasa nyeri seakan ingin pingsan. Tak kuat menahan ini, aku memegangi dengan tangan ini. Namun, aku kehilangan sadar dan kesadaran ku berpindah entah ke mana.
Saat ini yang bisa aku lihat ada sebuah perempatan jalan?
Lalu, aku melihatnya seakan berada di dalam mobil..
Mobil..? Apa mobil yang aku tumpangi bersama Atan?!
Tetapi apa selanjutnya?
... Mobilnya bergerak, dan aku sekalian melihat keadaan jalan yang bisa dijalani oleh pejalan kaki.
Namun, tepat di ujung lampu merah tiba-tiba saat setelah aku mengedip. Mobil sudah berada di tengah-tengah dan di sebelah kiri ada truk besar yang akan menabrak kami, tetapi di sebelah kanan juga. Sebuah bus datang ke arah kami dengan kondisi sopir seakan mabuk.
Mobil yang ku tumpangi ini kalah cepat dari kondisi ini. Mengakibatkan kecelakaan yang besar di hari pertama aku hidup kedua kalinya.
Namun, kesadaran aku pulih. Aku tadi seperti sudah tewas di kesadaran sebelumnya. Rasa sakitnya juga, berasa nyata sekali. Bukan semu.
"Abang, bolehkah aku panggil Kamu Jabrik sekarang?"
"..eh, apaan maksud Kamu?!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuan
Novela JuvenilAku Bian, cerita aku terhenti saat mengulangi hidup. Namun, saat terbangun itu aku memulai awal dari yang berakhir hancur. Semua kenangan, momen terindah, terburuk semua dalam kehidupan aku. Akan aku ubah dengan kehidupan ke dua ini. Tetapi, aku har...