"Ampun! Ampun! Tolong! Saya mohon lepaskan saya!"teriakan penuh permohonan dari korbannya makin melebarkan senyuman Aresh. Cowok itu mencengkeram kuat rahang laki laki paruh baya sampai kuku kuku tangannya menancap di kulit laki laki itu.
"Mari kita bermain-main sebentar tikus kecil."
"Tidak! Tolong lepaskan saya!"
"Melepaskanmu? Hahahaha.... Jangan bermimpi!"
Aresh mengambil pisau tumpulnya kemudian mengarahkannya ke leher mangsanya itu.
"Mengapa papa saya harus mempekerjakan tukang korupsi sepertimu di kantornya? Padahal tikus sepertimu ini sangat merugikan."ucap Aresh sambil menyayat kecil leher mangsanya.
"Aarrrggghhhhh! Sakit! Tolong hentikan! Sakit!"teriak laki laki itu dengan erangan menyakitkan.
"Diam! Kau hanya boleh berteriak jika pisau ini menggores nadimu."
Aresh tertawa lebih keras ketika pisau tumpul dan berkarat miliknya berhasil mengukir huruf 'T' di leher laki laki di depannya. Tidak sampai sana, rasanya ia belum puas jika jari jari korbannya ini masih ada.
Aresh menarik paksa tangan laki laki di depannya dan menggenggamnya erat erat. Kemudian mulai ia remas perlahan, agar laki laki itu merasakan sensasi nikmat dari satu persatu jarinya yang patah.
"Arrgghhhh! Cukup! Hentikan! Bunuh saja aku sekarang!"pintanya memohon. Ia tidak tahan merasakan penderitaan ini. Sedangkan Aresh nampak lebih bahagia ketika mendengar bunyi 'kretek kretek' dari tulang 'tikus'nya ini.
"Hmm... Jarimu begitu terlihat panjang sekarang."kata Aresh sambil memperlihatkan jari jari korbannya yang sudah lemas seperti tanpa tulang.
"Bunuh aku.... Jangan siksa aku. Bunuh saja aku sekarang!"laki laki itu memohon lagi pada Aresh dengan tangisnya yang makin deras. Aresh tersenyum miring. Lalu mengambil sesuatu dari saku jaketnya.
"Mulutmu ini bau sekali. Aku tidak tahan menciumnya. Hahahaha...."komentar Aresh.
Laki laki itu semakin meronta ronta ketika tau bahwa Aresh sedang memegang jarum dengan benang putih ditangannya. Sadar bahwa ada hal buruk yang akan terjadi. Laki laki itu menendang Aresh yang ingin membekap mulutnya.
"Ups! Berani sekali kau tikus. Baiklah, karena kau berani menendangku. Maka akan ku potong kakimu."Aresh berbalik. Mengambil gergaji yang ia taruh di atas meja kecil ruangannya itu.
Laki laki itu semakin ketakutan. Ia mencoba berteriak sekeras mungkin. Meminta pertolongan pada siapapun. Ia sudah tidak tahan berada di ruangan ini. Ia tidak mau mati konyol di ruangan ini.
"Sepertinya memotong kakimu dengan tanpa suara akan jauh lebih baik."Aresh semakin mendekat. Tak lupa ia mengikat tangan laki laki itu agar tidak mengacaukan kegiatannya.
"Tutup mulutmu tikus kecil,"titah Aresh dengan seringai puas. Melihat raut ketakutan laki laki itu malah semakin menambah semangatnya.
Aresh membekap mulut laki laki di depannya lalu membentuknya menjadi senyuman lebar. Setelah itu, ia mulai menjahit dari satu ujung menuju ujung bibir yang lain. Aresh melakukannya dengan sangat pelan dan penuh perasaan. Karena ia ingin berbagi sensasi pada 'tikus kecil' ini.
Sedangkan laki laki di depannya semakin meronta ronta. Merasakan tusukan demi tusukan jarum berkarat yang menerobos masuk pada permukaan kulitnya. Ia pun merasakan ada cairan berlendir merembes keluar. Bau anyir menguar. Sepertinya bibirnya berdarah, pun juga hidungnya.
"Emmpphh... Emmpphhh..." Laki laki itu mencoba berteriak. Namun semakin ia mencoba membuka mulut, semakin perih dan sakit pula yang ia rasakan.
"Selesai,"ucap Aresh riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTROPHILE (ArcherByna)
Roman pour AdolescentsASTROPHILE-Tentang gadis penyuka benda langit dan laki-laki penyuka hujan. Sabyna Senja Grahana. Gadis dengan sejuta luka yang tak pernah sembuh. Gadis dengan sejuta warna yang tak pernah sirna. dan senyum yang menutupi sejuta rahasia. Dan Sabian A...