Kampus nomor satu di Kota ini, semua orang berpusat disini, tapi tidak ada satupun yang menarik. mereka semua hanya sekumpulan manusia yang memilih jalan hidup lebih sulit dari manusia lain, memilih untuk mengerjakan tugas, memilih untuk membayar, memilih untuk diperintah, memilih untuk mendapatkan beban pikiran. dan sialnya aku salah satu dari mereka. sekali lagi, tidak ada yang menarik
Semester tiga, dihari penerimaan mahasiswa baru, aku diminta untuk menjadi salah satu panitia untuk acara itu. aku menolak. tentu saja. siapa yang mau memikirkan hal yang tidak berpengaruh apa apa dalam hidup kecuali menambah masalah hidup. aku tidak bergabung ke organisasi manapun. persetan. aku cuma harus segera lulus lalu bersantai di balkon kamar sambil memandangi kota bau tai ini. sialan. semua semakin memuakkan
Suara bising dari teriakan tidak jelas yang sudah berlangsung berabad abad. aku heran, dari mana semua energi mereka berasal. tidak ada habisnya. saat aku menjadi pemilik kampus suatu saat nanti, aku akan menerapkan sistem kuliah mode silent. diam dan cepatlah lulus
Teknik Komputer. aku tidak tau kenapa bisa ada di fakultas ini, padahal aku sudah cukup pintar untuk meng 'shut down' komputer dengan benar, bukan langsung mencabut kabel di stop kontak
Aku tidak bergaul dengan siapa pun kecuali saat ada keperluan yang mengharuskanku mengeluarkan energi untuk menggerakkan pita suara dan mendengar ocehan satu kelasku. aku mengulang salah satu mata kuliah semester lalu. sialan. disini aku sekarang, bergabung dengan mahasiswa baru yang masih semangat semangatnya belajar a.k.a caper. haruskah bertanya sambil tersenyum dengan dada yang dibusung busungkan?
"kamu angkatan berapa" tanya dosen dengan jambul mirip sepatu aladin
"saya?"
"iya kamu" ternyata aku yang dimaksud
"taun lalu pak"
"ngga seneng ikut kelas saya hah? nggasuka sama saya?" si sepatu aladin itu terlihat sewot. mungkin karna dari tadi aku hanya memandang kosong kearahnya tanpa minat. aku memang tidak minat pak. terpaksa.
"saya suka, tenang. bapak lanjut ngajar aja" jawabku sekenanya dan dia terlihat merapalkan matra sebelum tersenyum tidak ikhlas. orang orang dikelas itu serentak melihat kearahku semua. apa aku mengatakan hal yang tabu?
kelas berakhir setelah si sepatu aladin memberikan tugas kelompok dan meminta mahasiswa memilih kelompoknya sendiri. rancu. berisik. beberapa diantara mereka langsung mengerumuni temannya yang goodlooking dan memintanya bergabung. sementara yang biasa saja hanya duduk sambil menunggu siapa yang bernasib sama lalu membentuk kelompoknya
Aku sebagai satu satunya senior di kelas ini hanya duduk melihat kelakuan manusia random dengan suara mirip bebek yang sedang dituntun ke kandangnya. berisik. pakaian mereka terlihat mengerikan. kampus memang membebaskan mahasiswanya mengenakan pakaian bebas. tapi lihat mereka, wanita wanita itu kenapa tidak sekalian pakai bikini saja? aku juga wanita, berpakaian seperti bersiap untuk merampok rumah besar diujung komplek sana. bukan, aku bukan meminta mereka berpakaian sepertiku, tapi ayolah.... mereka terlalu bersemangat saat diberi kebebasan
"hai kak, udah punya kelompok?" suara yang tiba tiba menyapu telingaku, tepat disamping kepalaku. apa perlu bicara sedekat itu? aku bahkan bisa mencium aroma sarapan tadi pagi dari mulutnya. aku menggeleng. wanita itu duduk disamping pak kusir. disamping ku. Sama seperti yang lain, pakaiannya minim, tapi tidak seminim wanita yang sedang duduk dikursi dosen dengan alis menukik tajam dan sudah sedikit luntur karna keringatnya. mungkin
Kemeja tipis dengan kancing atas yang sengaja dibuka dan mencetak jelas tanktop hitamnya. dipadu dengan rok ketat sejengkal diatas lulutnya. aku tidak benar benar mengukur dengan jengkalku. hanya perkiraan
"gabung sama aku aja kak, masih kurang satu" ucap wanita itu dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya. apa pipinya tidak kebas tersenyum seharian?. aku mengangguk. dia meminta nomor WA untuk menghubungi saat tugas itu siap dikerjakan
"Raya E. Skyler" ucapnya setelah meng-save nomorku. memorinya cukup bagus untuk mengingat nama lengkapku yang hanya sekali diucapkan saat absen tadi
"udah aku chat. pamit dulu ya kak" dia langsung keluar kelas dengan tas bahunya yang sepertinya cuma muat satu piring kecil hadiah saus. terlihat useless
Aku benci tugas kelompok
Seharusnya aku menerima tawaran Kakak sialanku untuk ikut bekerja dengannya. aku terlalu percaya diri saat bilang akan masuk universitas menjalani kehidupan layaknya wanita seumuranku. ini membosankan. aku bukan wanita seumuranku
Pulang ke Kosan, satu satunya hal membahagiakan sejauh ini. tidak jauh, hanya 10 menit jika menggunakan Ducati milik Rossi. Kosan sederhana, kulkas, ranjang kingsize, dapur, ruang tamu, fasilitas lengkap, dan syukurnya aku berada di lantai tiga. aku suka disini
Penampilanku sepertinya selalu seperti ini, kata kakakku aku seperti personil kuburan. selalu dengan kaos, celana besar kedodoran dan rambut yang diikat seadanya. aku perlu merawat diriku, katanya
Atau mungkin orang yang merawat diriku
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me [ON GOING]
Teen FictionWanita tanpa gairah hidup itu sepertinya memiliki gairah lain Dia tidak populer sama sekali, tidak bergaul, tidak terkenal, namun satu hal yang tidak diketahui orang lain.... dia bisa membuatmu menatapnya sayu dari bawah sana "she's fucking...HOT" ...