"ada apa nih tiba-tiba manggil" ucap Vanessa sesampainya disebuah kafe yang tak jauh dari kostnya. Ia duduk didepan laki laki yang sudah ada sebelum ia datang. Laki laki itu adalah Julian, orang yang mengiriminya pesan whatsapp. teman satu kelasnya.
"ngga, gw dari tadi disini, eh keinget elu jadinya gw panggil hehe" Julian tersenyum ramah dan menyodorkan buku menu. "pesen dulu" ucapnya. Vanessa membolak balik buku menu tersebut sambil menimbang nimbang akan memesan yang mana. Ia suka kopi, tapi ia sudah meminum minuman kesukaannya itu setengah jam yang lalu
"Lychee Tea sama cheese cake" ucap Vanessa pada waiters yang sudah berdiri disampingnya. Waiters itu pergi setelah mencatat pesanannya. "ngga pesen lagi?" tanya Vanessa setelah melihat minuman Julian sudah kurang dari setengahnya. "ngga, takut beser"
"jadi gimana?" tanya Vanessa lagi
"gimana apanya?"
"aelah"
"ngga Ness, gw pengen ngobrol doang" Julian tampak serius
"perasaan kita ngga deket deh" ucap Vanes dengan nada bercanda
Keduanya terlarut dalam obrolan yang mengarah kemana mana itu. Keduanya enjoy satu sama lain, mungkin itu yang disebut sefrekuensi. Yang tadinya Julian yang ingin bercerita, malah terbalik. Ia hanya menikmati ekspresi unik yang ditampakkan Vanes ketika beralih dari cerita satu ke cerita lain. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam
"gw balik duluan yah, udah jam segini" ucap Vanes memasukkan HandPhone dan perintilannya kedalam tas
"gw anter" tawar Julian berdiri
"gausah. Deket ko"
"yaudah thanks ya udah mau nemenin" ucap Julian
"lebay lu, santai"Mereka berdua meninggalkan kafe tersebut. Vanessa langsung menuju kosaannya sedangkan Julian melaju entah kemana. Sesampainya di Kost, Vanessa langsung melepas semua pakaiannya dan mengganti dengan piyama, membersihkan wajahnya dan berbaring di kasur empuknya. Lama menatap Handphone, rasa jenuh melandanya, ia sudah bosan menjelajahi reels instagramnya.
"gaenak banget nggapunya siapa siapa buat diganggu kalo lagi gabut" gumamnya sambil terduduk dengan muka bete. Ini sudah jam duabelas malam dan dia belum mengantuk sama sekali.
Satu video muncul di reels random yang sedang ia tonton. Dalam video terlihat wanita yang hanya diam berdiri membelakangi kamera dengan background gunung dan kabut tebal dengan musik yang begitu menenangkan. Tanpa sadar Vaness sudah memutar video tersebut sebanyak tujuh kali. Tanpa berpikir panjang, ia membuka akun tersebut dengan followers duaribu tanpa mengukiti satu akun pun
"sok misterius" gumamnya saat melihat tak ada satupun foto atau video yang memperlihatkan wajah dari sang pemilik akun
"untung keren, jadi gw polow" ucapnya lagi setelah itu. Akhirnya tak lama setelah itu, ia tertidur dengan handphone yang masih stay ditangan kanannya.Sementara itu didalam kamarnya, wanita yang masih duduk malas disofa kecil dengan mata sayu yang menatap tajam kearah pintu kamarnya. Raya tidak ingin tidur sama sekali, ia juga tidak akan keluar dari kamarnya hingga pagi datang.
"halo Fann" ucapnya setelah menjawab panggilan yang membuat lamunannya buyar
"kirain udah tidur. Lu ngga jadi balik kesini?" tanya Fanny. Pasalnya ia masih berada di kost Raya saat ini
"ngga, sorry gw lupa ngabarin""yaudah gapapa. Baguslah kalo lu mau dirumah lama lama. Besok pagi gw langsung pergi, nggausah nyariin" ucap Fanny
"hmm"
"tidur Ray, ngga cape lu gadang mulu"
"iya. Udah ya" Raya langsung mematikan sambungan telfonnya tanpa menunggu jawaban dari Fanny
Kepalanya sudah berdenyut dari tadi memintanya untuk segera tidur, namun Raya bahkan tak ingin menyentuh kasurnya sendiri. Sudah dua hari ia tidak merasakan nikmatnya tidur.Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang beberapa kali berbunyi namun tak dihiraukan sama sekali
Tok tok tok
"woy Raya, ini gw" samar terdengar suara Rafa dari balik pintu. Barulah ia berdiri dan membuka pintu kamarnya
"gw tau lu belum tidur, lama amat bukanya" ucap Rafa sewot"ada apa"
"suntuk ngga? Temenin gw main" Rafa sebenarnya juga baru selesai dengan pekerjaannya. Ia menyodorkan stik PS pada Raya
"nggausah sambil dibawa juga kali stiknya" raya mengambil stik tersebut dan berjalan mengikuti Rafa kearah ruangan yang memang dikhususkan untuk permainan seperti itu"gw udah bikinin lu kopi juga. Kurang baek apa gw" ucap Rafa bangga setelah mereka sampai diruangan tersebut
"halah tai. Papa udah tidur?" tanya Raya
"iya kayaknya, tadi dia selesai duluan" Raya hanya mengangguk paham. Mereka memainkan game tersebut sambil sesekali memberikan jitakan saat kesal jika salah satu dari mereka kalah."lo ngga punya cewe?" tanya Raya disela permainannya
"lah, tumben nanya"
"nggajadi nanya" ucap Raya kesal
"ngambek mulu, heran manusia. Gue ngga punya, kalo punya mah ogah ngajakin lo main, mending gue keluar check in"
"gue aduin mama""sono mati dulu, baru bisa ngadu" Rafa tertawa pelan dengan sedikit nada perih didalamnya. Mama mereka sudah meninggal saat Raya sekolah menengah pertama karena penyakit kanker yang dideritanya, empat tahun berjuang sebelum akhirnya mamanya menyerah dan pergi menemui tuhan
"maunya sih, tapi ngga dipanggil panggil"celetuk Raya
"mulut lo anj"
"lo yang mulai"
Beberapa jam kemudian mereka berdua akhirnya tertidur di sofa dengan posisi berbaring dengan kaki masing masing dikepala saudaranya
Vote&comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me [ON GOING]
Ficção AdolescenteWanita tanpa gairah hidup itu sepertinya memiliki gairah lain Dia tidak populer sama sekali, tidak bergaul, tidak terkenal, namun satu hal yang tidak diketahui orang lain.... dia bisa membuatmu menatapnya sayu dari bawah sana "she's fucking...HOT" ...