2.

10 1 0
                                    

Hari hari di awal semester terasa biasa saja untuk sebagian orang, apalagi pembelajaran belum efektif jadi banyak siswa siswi yang berkeliaran di jam pelajaran. Ah, itu hanya bagi sebagian orang saja, nyatanya cukup sulit untuk tujuh anak yang memasuki kelas barunya. Tatapan remeh kerap kali mereka dapatkan, padahal mereka lebih tua seharusnya teman sekelasnya itu lebih menghormatinya, yang terjadi tentu saja tindakan semena-mena apalagi fakta bahwa mereka tinggal kelas.

"Asli ya, gue kesel banget sama tatapan mereka, pengin gue colok matanya." Ucap Alden dengan menggebu sembari menusukkan garpunya pada bakso yang baru Ia makan satu biji itu.

"Sama anjir, mentang-mentang gue tinggal kelas, mereka jadi sok banget depan gue. Dikira keren kali ya? Najis banget." Dipta sama menggebu nya, Ia memakan kerupuk udang dengan brutal untuk melampiaskan kekesalannya.

"Lo pasti berat ya, Dam?" Mendengar dirinya dipanggil, Damar menoleh pada Arsa. Menaikkan alisnya, bertanya apa maksudnya.

"Lebih berat Gala si gue yakin, Damar harus mam yang banyak, jangan sampe kalah sama Gala." Celetuk Dipta sambil memberi tepukan di kepala Damar.

Jenggala menatap Dipta dengan sinis, "Gue mulu???"

Dipta langsung menyuapkan kerupuk pada Jenggala yang sepertinya akan mengoceh, lalu Arsa kembali bersuara, "bukan gitu heh."

Dipta menoleh, "Terus gimana?"

Arsa menaruh tatapannya pada Damar, "Lo masuk ke kelas baru, dan gaada satupun dari kita yang sekelas sama lo." Yang lain menganggukan kepala, terpikir tentang hal itu juga.

"Gue gak kebayang mau kesel tapi gaada temen seperjuangan buat diajak ngobrol." Celetuk Alden disusul anggukan setuju dari Deva.

"Oh mereka nggak kaya anak kelas kalian, gue masuk malah gaada yang ngeliatin. Berasa makhluk halus gue."

"Lah itu malah lebih parah."

Damar menggeleng, tidak setuju dengan ucapan Jenggala, "kalo gue diliatin kaya kalian tadi, gue lebih risih si. Untungnya mereka acuh."

"Udahlah, gimanapun itu. Semangat buat kita ngejalanin kehidupan satu tahun kedepan ges." Ucap Alden dengan berdiri dan mengepalkan tangannya yang langsung ditarik duduk oleh Satria, "jangan bikin malu."

Deva menonton perdebatan mereka dengan popcorn yang barusan Ia beli, menikmatinya bersama Arsa yang sibuk mendokumentasikan semuanya.

...

Ketika tengah mendengarkan musik melalui airpods nya, Arsa merasakan tepukan di pundaknya, segera Ia menoleh ke belakang mendapati Dipta yang menampilkan cengirannya.

"Mau cabut ga?" Belum juga Arsa menjawab, Dipta sudah mendapatkan timpukan buku di pipinya.

"Masih minggu pertama, gausah berulah lo."

"Ya karena baru minggu pertama, belum masuk pembelajaran yang efektif???" Jenggala menghiraukannya, lebih memilih menangkupkan tangan dan menutup matanya.

"Ayo cabut, tapi tempatnya gue yang milih." Mendengar ucapan Arsa itu, Jenggala langsung menegapkan punggungnya terkejut, sedangkan Dipta tersenyum senang.

Senyum senang Dipta hanya berlangsung sebentar, karena ternyata Arsa mengajaknya ke perpustakaan.

"Cabut dalam bentuk macam apa ini?" Dipta masih tak percaya dengan apa yang dihadapannya.

Arsa memberikan cengirannya, "ini dalam rangka memperbaiki diri."

Jenggala tidak peduli apapun karena Ia masih berusaha membuka matanya, "udahlah ayo masuk, gue mau tidur."

Tinggal KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang