"Assalamualaikum bu, perkenalkan saya Alden." Ucap Alden sembari menyalami seorang wanita yang notabenenya ibu dari Jenggala, diikuti yang lainnya. Salam itu disambut baik, Ibu Jenggala bahkan meminta mereka memanggilnya dengan sebutan mama juga.
Mereka dibawa menuju ruang bertuliskan, 'jenggala's room'. Deva sempat mengira itu berarti kamar milik Jenggala, ternyata dugaannya salah, itu benar-benar ruang milik Jenggala. Ruang yang berisi koleksi mainan, sepatu, dan topi. Lalu terdapat pintu lainnya yang ketika dibuka terdapat ruang yang cukup luas dengan TV dan alat PS serta kandang kucing. Ah, pasti ini kucing yang dimaksud oleh Jenggala.
Jenggala membawa kandang itu mendekat pada teman-temannya yang sudah duduk di sofa.
"Kenalin, ini kucing gue." Mereka mendekat untuk mengamati, kecuali Dipta dan Satria yang sedikit mundur.
"Namanya siapa?" Tanya Arsa, tangannya sudah mendekat ke kandang, mencoba bermain dengan kucing itu.
"Belum gue kasih nama."
"Kok bisa?"
"Emang mageran banget tuh, sampe mikirin nama doang aja kaya ga sanggup." Celetuk Dipta yang sudah sampai di pojok kursi, padahal jarak kucing itu sudah cukup jauh, tapi Ia tetap mundur terus.
"Mending lo diem, gue gak tau mau namain siapa. Gak kepikiran nama apapun."
"Kasian amat, meng. Selama ini gak punya nama." Alden membuka kandang itu atas izin Jenggala lalu menggendongnya.
"Selama ini yang lo maksud itu baru 2 hari btw." Penuturan tersebut membuat mereka semakin heran dengan Jenggala.
"Inimah namanya lo mau namain kucing kali, bukan ulang tahun." Ujar Damar yang hanya dijawab dengan hendikan bahu.
"Terus kalian mau sampe kapan disitu?" Pertanyaan Deva tidak dijawab, karena Dipta dan Satria sudah bersiap untuk lari kalau tiba-tiba ada serangan dari Alden dan kucing tanpa nama itu.
Tentu saja hal itu dapat terealisasikan jika kucing itu pada Alden. Maka Alden berlari kearah mereka dan dengan cepat pula mereka kabur.
Arsa menggeleng heran, "Padahal lagi di rumah orang, haduh."
Jenggala langsung mengibaskan tangannya, "kalian jangan sungkan disini, anggep aja rumah sendiri. Kaya si Dipta noh, udah nganggep rumah sendiri meski udah sampe tahap gatau diri sih."
"Kalian udah lama temenan, ya?" Tanya Damar, Ia sedikit tertarik melihat pertemanan unik duo yang suka bolos itu.
Jenggala mengangguk, "lumayan, dari SD kita udah temenan. Lo bayangin se sabar apa gue masih bertahan ngadepin dia."
"MINGGIR ALDEN MONYETTT."
Setelah itu terdengar suara gedubrak yang sumbernya dari Dipta yang tersandung kakinya sendiri. Alden tertawa keras, meletakkan kucing yang sepertinya sedikit pusing karena dibawa berlari. Satria baru memasuki ruangan lagi, Ia berhasil bersembunyi sehingga yang dikejar adalah Dipta.
"Siapa si yang ngide ada kucing disini?!" Dipta meratapi dengkulnya yang terbentur itu.
"Mama, kenapa?" Tanya Jenggala sembari menaikkan alisnya.
"Oh bagus dong, lo jadi ada temennya." Jenggala hanya berdecih, Dipta ini suka sekali pencitraan.
"Gue tau mau namain apa buat kucing ini, Jeng." Ujar Alden dengan semangat, namun Ia malah mendapat jitakan di kepalanya.
Yang lain hanya menonton sembari memakan jamuan yang bahkan belum dipersilahkan oleh
"Jang Jeng, lo kira mau arisan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kelas
Fanfiction"Semua orang bisa sekolah, tapi gak semua anak SMA bisa manggil diri sendiri sebagai anak TK."