Cara Kerja Dunia

4 1 0
                                    


Kinan beberapa kali merasa bahwa dunia bekerja diambang batas mampu manusia. Sebab, begini. Ada orang-orang yang bilang bahwa cara terbaik untuk hidup adalah mengejar impian yang mereka punya. Ada sekelompok orang yang menyebut bahwa menghadapi kejamnya realita jauh lebih bijak dibanding terlelap dalam bunga tidur itu sendiri.

Tapi ada juga yang bilang cara terbaik hidup adalah belajar setiap harinya. Pada sebuah kesalahan yang pernah terjadi, pada sebuah keinginan yang gagal menemui tuju, atau pada sebuah harapan yang tidak menemui ujung baik.

Kalau hidup adalah sebuah pelajaran, maka Kinan sudah memastikan bahwa dia sudah berulang kali remedial. Sudah berapa banyak gagal yang dijemputnya? Sudah berapa banyak makian yang diterimanya? Sudah berapa banyak hal pahit yang perlu ditelannya mentah-mentah? Terlalu banyak, Kinan sampai muak menghitungnya.

"Kenapa dunia kayaknya nggak pernah berpihak ke gue, ya, Sen?" Kinan mendesah berat saat bertanya. "Kadang lama-kelamaan gue mikir, sia-sia juga usaha kalau akhirnya selalu jauh di luar perkiraan."

Saat itu Arsen tidak langsung bersuara. Dia menatap Kinan, memperhatikan bagaimana Kinan menopang dagunya diatas lutut dengan pandangan putus asa, ikut hanyut berpikir.

"Kadang gue selalu pengen pulang, padahal gue udah sampe di rumah. Kadang gue pengen ketawa, padahal satu menit yang lalu gue baru aja selesai ketawa. Apa selama ini gue hidup tanpa pernah memaknai arti hidup itu sendiri, ya, Sen?"

Arsen menunjuk asal orang yang lewat di depannya, lalu berujar, "Kalau lo tanya ke dia apa hidup cukup adil buat dia, pasti jawabannya nggak," katanya. "Dunia nggak pernah berpihak ke gue juga, Nan. Nggak pernah berpihak ke lo, ke temen-temen kita, ke keluarga, ke dosen, bahkan ke presiden."

"Tapi titik adilnya justru disitu. Semua manusia sama-sama ngerasa kalau dunia nggak pernah berpihak ke mereka. Karena, ya, emang pada kenyataannya dunia nggak berpihak ke siapa pun."

"Kalau gitu, apa gunanya manusia hidup, padahal di dunia ini, nggak ada satupun orang yang berpihak ke kita?" Kinan bertanya kebingungan.

Itu adalah pertanyaan yang Arsen pun belum menemukan jawabannya. Dia memilih diam, ikut menopang dagu di atas lutut. Barangkali sore ini berkenan menjawab pertanyaan Kinan mengenai babak kehidupan yang selalu dipertanyakan manusia. 

Atau mungkin, memang beberapa pertanyaan tidak harus ditemukan jawabannya secara buru-buru?

Hidup adalah perkara serius yang sayangnya tidak pernah diajarkan pasti oleh manusia. Setiap orang hanya meraba, apakah jalannya sudah tepat atau justru ditikam gelap. Dan barangkali, berusaha jadi satu-satunya yang tidak pernah tuntas sampai manusia terlelap panjang.

Karena satu-satunya yang bisa dilakukan manusia adalah tetap mencoba. Setiap harinya, selalu, terus-menerus.

⭐ Jangan lupa
Thank you

When We Hold On The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang