Kepada Tujuh Orang Penduduk Bumi

1 1 0
                                    

Kalau tanganku seluas angkasa, aku pasti akan mendekap erat tujuh manusia dalam satu waktu. Sebab mereka sudah menemani banyak tangisan manusia di tengah malam. Menjenguk satu per satu rumah untuk mengusir pikiran buruk yang hinggap, lalu gita mereka yang akan jadi dongeng pengantar tidur untuk menenangkan banyak jiwa.

Kalau suaraku menggema di lorong-lorong kota, aku pasti akan menceritakan mereka tanpa berhenti. Akan ku mulai dari tujuh manusia yang dapat mengirim bentuk hangat lewat seni. Tidak perlu risau apakah diterima atau tidak, mereka tetap bernyanyi untuk memeluk manusia satu per satu.

Mereka mungkin pernah berpikir bahwa mereka hanya seseorang di dunia. Tapi untuk seseorang, mereka justru dunianya. Pusat yang hidup berotasi pada satu titik, karena beberapa kali hidupnya sudah hilang dari peredaran dan tidak tertulis dalam sejarah. Maka tujuh manusia itu yang membawa kembali tata surya yang sempat hilang dalam peredaran. 

Sampai besok, lusa, sampai pejaman mata, sampai kembali menghirup napas, atau sampai jeda yang tidak bisa ku sebut satu per satu. Meski tulisan ini tidak pernah sampai kepada pemilik aslinya, menyayangi mereka sudah jadi hal lumrah dalam tarikan napas. Semoga tenang selalu menyertai mereka meski hidup suka mengajak carut-marut tiada henti.

Catatan Kaki:

Rasa sayang ku mungkin terdengar hiperbola, tapi ini adalah metafora paling serius yang pernah kususun, kepada tujuh orang penduduk bumi, meski raganya kecil, tapi mereka mampu memeluk seisi dunia lewat eksistensinya.

Terima kasih sudah hadir di dunia.



⭐ Jangan lupaa
Thank youu

When We Hold On The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang