two

1.6K 57 6
                                        

Sebelum lanjut baca alangkah baiknya kalian menekan tombol vote ya guys, dengan cara itu membuat aku makin semangat buat update.
.
.
.
.
.

Latisya berjalan santai sambil meneguk segelas kopi espreso nya, ia baru saja selesai mengoperasi seorang remaja laki-laki korban dari kecelakaan beruntun.

Ia merasa kasihan mengingat remaja itu, bahunya tertusuk besi yang ada di pembatas jalan dan sekarang ia masih belum sadarkan diri usai operasi tadi.

Niat ia ingin bersantai di ruangan nya sambil menunggu waktu shif berganti, baru saja ia ingin duduk handphone nya berdenting menandakan ada pesan masuk.

————
Shandra

|Syaa lo dimana?

Gw di ruangan nih nape?|

|Lo di minta ngurus pasien nya dokter dimas, yang di ruangan gardenia.

Pasien nya yang mana?|

|Di ruangan gardenia, gardenia c paling ujung

Ohh oke, ntar lagi gue cek kesana|

|Yooo... Kalau gasalah gue namanya Rafasya athala, tadi gue nguping pembicaraan sissy sama meta kalau tu pasien cantik.

|Tipe lo tuh, cantik, mulus beh gilak

Apasi shaa ngawur aja lo|

|ehh syaa lo tau ga sih??

————

Latisya hanya membaca saja chat terakhir dari temannya itu, sudah pasti ia akan membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
Bukankah dia sebaiknya memeriksa para pasien nya, daripada menggibahi seseorang?

Tidak habis pikir, padahal dia sendiri masih sering menggibah tanpa ia sadari.

Latisya mengambil jaket putih khas nya lalu membawa catatan pasien yang harus di periksanya itu, melihat data diri pasien itu ia merasa sedikit penasaran bagaimana rupanya? Ia membayangkan seperti yang di katakan oleh shandra.

Cantik dan mulus, bukankah itu tipe idealnya? Lagipula alasan selama ini dia tidak pernah memiliki kekasih adalah karena dirinya yang memiliki sifat dominan dan tidak mau di bantah.
Itu membuatnya sulit apalagi ketika bertemu dengan laki-laki yang sama dominan nya dengan ia.

Ia berjalan menelusuri lorong rumah sakit besar di kota C itu, melihat-lihat ruangan yang ada, mencari letak ruangan gardenia.

Ahhh rupanya ruangan itu sangat berada di paling pojok, ruangan itu sangat jauh dari instalasi gawat darurat dan juga kantin.

Ia langsung membuka pintu ruangan itu dan bertanya pada salah satu perawat yang berjaga.

"Kak axel, pasien dokter dimas yang namanya rafasya athala kamar nya yang dimana?" ia bertanya dengan nada yang selembut mungkin.

"Ohh yang itu, dia di gardenia c kamar nomor 5 pojok kiri, mau ngecek ya?" tanya perawat laki-laki yang memiliki kulit tan tersebut.

"Iya kak ini di suruh dokter dimas gantiin" balas latisya.

"Oh yauda bentar kakak ambil obat suntiknya, kebetulan udah jam dia masuk obat suntik"

Latisya menunggu sambil mengecek handphone nya jaga-jaga ada pesan darurat.

Latisya dan axel berjalan menuju kamar pasien itu dan segera membuka pintu kamar pasien, latisya sedikit terkejut tanpa aba-aba apapun ia di suguhkan penampilan seorang laki-laki berkulit putih, mulus, dan mungil sedang tertidur di kasur rumah sakit itu.

Walaupun dalam keadaan wajah yang penuh memar dan luka gores, tapi tidak menutupi aura cantik nya yang begitu kuat.

Benar yang dikatakan teman nya itu laki-laki sangat cantik sehingga tanpa sadar jantungnya berdebar sangat kencang seperti sehabis lari marathon.

"Halo rafasya bagaimana keadaan kamu? Udah mendingan?" Pertanyaan dari axel mampu membuyarkan lamunan latisya.

"Seperti yang dokter liat, ini saya masih bernafas" ucap laki-laki cantik itu.

"Hari ini kamu di cek sama dokter ini ya" ucap axel, di liat dari tatapan dan tutur katanya sepertinya axel ini orang yang lemah lembut, sudah di pastikan bahwa dia adalah sub. Yup seorang submissive, hanya sedikit orang yang tau bahwa ia ini sibmissive. Pasalnya di lihat dari postur badan dan warna kulitnya ia seperti laki-laki pada umumnya.

———

Yuhuu guyss segini dulu guys chapter kali ini, agak alay tapi gapapa.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

The dominan doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang