Nora tahu Elias masih ingin membicarakan ini, tetapi sang pasha dengan berbaik hati tak pernah mengungkit lagi. Buku diari Melisa disimpan di suatu tempat yang tak Nora ketahui.
Sudah dua hari sejak kenyataan pahit terungkap. Selama itu pula Nora menyibukkan diri dengan berbaur bersama Suku Avankaya di pasar dadakan. Suatu waktu ia mengobrol dengan dua gadis perawat tentang botol-botol ramuan yang mereka jual. Rupanya para Avankaya sangat berbakat dalam bidang medis dan makanan. Kendati mereka tidak memasak bersama-sama selaiknya Suku Kohl, para Avankaya sanggup menyuguhkan makanan berbeda yang jauh lebih wangi dan berbumbu. Bagi mereka, sesuatu yang secukupnya dan maksimal itu lebih berharga daripada hal yang berlebihan dan seadanya.
Özker masih berkunjung setiap hari ke kediaman tamu, sekadar mengantar makan siang dengan alasan bahwa "memakan terlalu banyak santapan Avankaya akan merusak lidah", yang membuat Elias memutar bola mata tiap mendengarnya. Nora sendiri menganggap pemberian itu sebagai bentuk kasih sayang sang tetua. Ia berusaha keras menyingkirkan pengaruh Joseph pada Suku Kohl.
Walau begitu, muram di wajah Nora tak pernah hilang. Inilah yang membuat Özker teramat curiga. Pada hari ketiga Nora tinggal di samping kediaman pasha, Özker menudingkan telunjuk ke arah Elias.
"Jika Nona Nora bersedih atas perbuatanmu, maka aku akan menghancurkanmu, Pasha." Özker menggeram. "Aku tidak peduli lagi. Jika kau terbukti merusak keajaiban Tuhan kami, maka kau akan menghadapi suku kami."
Nora mencoba memasang senyum setelah itu. "Özker," katanya dengan lembut, "aku hanya merasa lelah karena berulang kali naik ratusan tangga. Dan, bukan, ini bukan kesalahan Pasha. Aku yang meminta untuk tidur di sini, bukan di tenda bawah."
Ucapan Nora berhasil membungkam sang tetua. Elias pun mengangguk pelan di belakang punggung Özker.
Tetua itu lantas pamit dengan ragu-ragu.
"Maafkan aku, Nona," kata Elias. "Tapi bolehkah aku tahu mengapa kau masih bermuram durja? Jika ada yang bisa kulakukan untukmu ... atau jika aku berbuat kesalahan dengan memberitahumu rahasia yang menyakitkan, maka aku meminta maaf sebesar-besarnya."
Jadi, tolonglah—berhenti terlihat seperti itu.
Nora menggeleng. "Aku hanya memikirkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab," ujarnya setengah berdusta. Setengahnya lagi memang kejujuran. Ia ingin menanyakan ini kepada Azeli, tetapi penjaga dimensi sialan itu tak pernah muncul lagi. Apakah ada manusia lain yang terlempar kemari sehingga Azeli sibuk?
Tenggorokan Nora tercekat tiap kali akan menyebut orang tua kandungnya. "Joseph dan Melisa lenyap saat aku masih berusia delapan tahun. Tepatnya tahun 1999. Namun mereka terlempar tiga ratusan tahun yang lalu di Tellus. Sementara aku, 22 tahun kemudian, terlempar di masa sekarang. Kenapa perbedaan waktunya jauh sekali?"
Elias mengangguk. "Itu lumrah," katanya. "Berbagai manusia yang datang juga berasal dari era berbeda. Namun satu yang pasti, Nona Nora, bahwa kedatangan mereka kemari untuk menciptakan sebuah perubahan. Sesuatu yang saling membantu untuk menyelamatkan para manusia di sini dari ancaman Götu Dev, atau mempermudah kehidupan."
"Itu berarti," tambah Elias dengan senyum tipis, "kau benar-benar adalah keajaiban bagi kami. Kau diturunkan Tuhan tepat di antara kedua suku yang dilahirkan oleh orang tuamu. Apa pun itu yang akan kaulakukan, aku harap kau membantuku untuk membuat keputusan yang benar."
Nora mengangkat pandangan ke arah kedua mata gelap sang pasha. Sekarang Nora memerhatikan lebih jauh, Elias sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengannya maupun salah satu orang tua kandungnya. Joseph adalah warga Jerman asli. Melisa adalah imigran Turki yang berpindah ke sana saat Joseph melamarnya. Elias, maupun sebagian rakyat, tidak condong pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEACEMONGER ✓
FantasyNora terlempar ke dunia yang terendam air, dikuasai kaum raksasa, dan rumah bagi misteri akan kedua orang tuanya yang merusak. Dan, oh, kepala suku yang masih lajang. -- Belum terpikirkan blurb. Sial. Akan kuubah lain kali. - Andy. [Cover by me]