Karena Özker meminta lebih banyak tenda dibangun, maka para prajurit Kohl turun sekali lagi. Keputusan ini membuat Elias penasaran. Sang pasha datang meninjau ketika menjelang sore. Hujan masih belum berhenti membasuh Tellus, tetapi setidaknya tak ada gelegar petir yang mengerikan.
Nora menyambutnya. "Aku meminta satu tenda didirikan untukku. Aku akan bermalam di sini."
Elias merangkul pundak Nora. "Untuk apa?"
Gadis itu sempat membeku. Andai ia tidak ingat kalau ini merupakan salah satu rencana pertunjukan kasih sayang di depan umum, ia sudah pasti akan mengeplak jari sang pasha. Ia berdeham. "Ada gagasan besar yang mesti kukembangkan. Aku capek kalau naik ke dek delapan lagi, jadi aku memutuskan untuk mengerjakannya di sini saja."
Dahi Elias berkerut. "Kau tidak boleh tidur sendiri. Aku akan menemanimu." Kemudian, sebelum sang gadis protes, ia mengacungkan tangan. Elias memang tak mengatakan apa pun, tetapi tatapannya menjelaskan banyak hal. Nora dibuat bungkam secara efektif. Sang gadis mengatupkan bibir dengan pipi merona.
Ekspresi Elias melunak melihatnya. Ia mencondongkan tubuh untuk berbisik tepat di telinga Nora. "Aku pun belum mendengarkan gagasanmu. Kita bicarakan itu malam ini."
Nora mengangguk gugup. Gelisah dengan sikap Elias, ia mengalihkan topik. "Bagaimana dengan menu makan malam?"
"Gadis-gadis sedang memasak besar untuk para prajurit. Makanan nanti diantar turun, jadi jangan khawatir." Elias menyeringai. Nora mengerucutkan bibir. Pria ini sedang menggodanya. Namun Nora tak ingin meladeni itu. Ia masuk ke tenda, meninggalkan sang pasha yang termangu di posisi.
Pasha sialan. Apakah ia lupa kalau Nora bakal kembali ke Bumi? Ia takkan bertanggung jawab andai Elias jatuh cinta padanya karena terlena dengan pertunjukan kasih sayang ini. Atau barangkali sang pemimpin memang cukup frustasi karena tidak kunjung menikah, sehingga menerima pernikahan politik ini sebagai pernikahan sungguhan baginya?
Sementara Nora berkutat mengembangkan gagasannya, ia mendengar Elias mengobrol dengan Özker di luar. Mereka membicarakan kesepakatan untuk memaksimalkan dua hari yang ada. Sebagian prajurit Kohl dan sebagian cendekiawan Avankaya akan menginap di tenda-tenda demi kepentingan ini. Toh Pasha dan istrinya juga turun tangan untuk mengawasi.
Ketika waktu makan malam tiba dan hidangan disuguhkan, seluruh aktivitas tenda berhenti sejenak. Nora keluar dari tenda. Ia menyaksikan para prajurit Kohl bergerombol, sementara para cendekiawan Avankaya menyingkir pada sudut mereka sendiri.
Nora berkacak pinggang. Yang benar saja.
"Nyonya! Mari, makanlah bersama kami." Seorang prajurit mengacungkan piringnya yang masih kosong.
Nora tersenyum. "Tentu." Alih-alih, ia menghampiri Elias. Dengan isyarat tangan sederhana, sang pasha mengangguk paham. Ia mengambil posisi duduk di tengah-tengah tenda dan Nora menyusul. Sementara piring hidangan mereka masih disiapkan, Elias menepuk tangan.
"Apakah kalian akan makan di tepi seperti itu?" ujarnya kepada para Avankaya. "Makanan kalian akan bercampur hujan."
"Kemarilah," Nora menimpali sembari melambaikan tangan kepada prajurit Kohl. "Apa kalian akan membiarkan kami makan berdua saja seperti orang terisolir?"
Sesuai dugaan Nora, para Avankaya dan prajurit Kohl saling melempar tatapan. Mereka semula ragu-ragu, tetapi pemimpin mereka telah meminta tolong. Itu bukan sesuatu yang bisa ditolak. Maka satu per satu bergeser untuk duduk mengelilingi pasangan pemimpin mereka.
"Bukankah ini lebih baik?" celetuk Nora dengan senyum lebar. "Kalian bisa terkena flu jika menepi bersama hujan. Bukankah merapat seperti ini lebih hangat dan menenangkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PEACEMONGER ✓
FantasiNora terlempar ke dunia yang terendam air, dikuasai kaum raksasa, dan rumah bagi misteri akan kedua orang tuanya yang merusak. Dan, oh, kepala suku yang masih lajang. -- Belum terpikirkan blurb. Sial. Akan kuubah lain kali. - Andy. [Cover by me]