Ternyata setelah ikut mengantri yang cukup lama di penjual daging membuat aku dan ibu mertua seperti akan pulang saat petang nanti. Karena waktu telah menunjuk kan pukul 17.30 WIB, kami mendengar adzan sedang berkumandang menandakan telah masuk waktu shalat magrib. Aku bertanya pada ibu mertua, " setelah ini masih mau belanja apa lagi ibuk ? "... " Ngga ada le,langsung pulang saja kita " jawab beliau pada ku... Setelah ibu mertua mendapat kan daging yang di beli, beliau langsung mengajak ku pulang.
" Ayo le sudah selesai semua belanjaan ibuk,kita shalat di rumah saja nanti ? Masih ada waktu kan ? " Ucap beliau pada ku... " iya buk ayo kita langsung aja,masih ada waktu kok buk sampai jam 6 (18.00) nanti " jawab ku... Sambil lalu aku bergegas membantu membawa barang belanjaan ibu mertua.
Sesampai nya di tempat parkir, lalu aku menaruh barang belanja di bagian depan motor matic karena di sana ada tempat menggantung tas plastik. Kemudian kami menaiki motor dan pulang dari pasar. Dalam perjalanan pulang ke rumah, suasana sedikit canggung karena ini merupakan pertama kali nya aku dan ibu mertua ber boncengan satu motor berdua.Ibu mertua sangat senyap tanpa suara, begitu pun aku. Di sana hanya ada suara motor kami dan suara motor pengendara lain yang berlalu lalang di jalanan. 1 KM kira - kira perjalanan kami dari pasar, akhir nya kami sampai di perkebunan tebu yang sepi dan gelap. Aku dapat merasakan bahwa ibu mertua merasa was was dan gelisah, atau mungkin merasa takut. Karena aku dapat merasakan nya pada saat berbonceng di belakang ku, beliau terasa seperti semakin mendekat kan badan nya pada ku. Dapat aku rasa kan juga pada setir motor yang ku kendarai, semakin laju motor aku pelan kan semakin beliau menempel pada tubuh ku. Lalu beliau dengan reflexs berpegangan pada jaket yang aku pakai, beliau mencengkram bagian samping jaket ku. " Jangan terlalu pelan le, lebih kencang sedikit " ucap beliau pada ku... " Iya buk tapi di sini jalan nya terlalu rusak, saya ngga bisa memilih jalan yang sedikit enak " jawab ku... Ya mengingat jalan yang kami lalui memang lah jalan tidak rata,berbatu dan juga berlubang karena aspal nya sudah rusak parah.
Beberapa saat kemudian, aku dengan sengaja memperlambat laju motor karena aku berfikiran aku ingin sekali mendapat kan momen untuk di peluk ibu mertua. Kesempatan ini begitu langka, jarang sekali untuk sampai bisa berboncengan berdua dengan beliau di saat malam. Hati berkata tidak ingin rasa nya cepat sampai di rumah, ingin rasa nya berlama - lama di kendaraan satu motor berdua dengan ibu mertua. Sebenar nya aku juga mulai sadar bahwa aku benar - benar menyukai ibu mertua ku sendiri. Ketika laju motor melambat aku berkata " ibuk jangan terlalu khawatir,di sini aman kok buk..kalo ibuk takut,ibuk pegangan aja ngga apa - apa " ucap ku menawarkan beliau untuk berpegangan pada ku... " Iya jujur ibuk takut,kata orang - orang sering ada suara anak kecil menangis sendirian kalo pas magrib begini " jawab beliau... " Nuwun sewu ya le " yang arti nya " permisi ya nak " dalam bahasa jawa. Tegas beliau kembali pada ku... Sambil lalu menyabuk kan kedua tangan nya pada bagian pinggang ku (sedikit memeluk)... " Iya ngga apa - apa buk " jawab ku dengan tersenyum senang.
Ibu mertua begitu erat menghimpit kan kedua tangan nya dan juga menempelkan kepala nya pada bagian pundak ku, mungkin karena rasa takut nya membuat beliau terpaksa membuang rasa malu untuk bersandar di pundak ku. Aku begitu menikmati momen itu, dada dan payudara ibu mertua sangat amat terasa menempel di punggung ku. Besar dan padat, hanya itu lah yang bisa aku rasa kan pada saat itu. Kedua paha dalam beliau juga ikut merapat dan menghimpit paha ku bagian luar, terasa saat itu seperti aku membonceng nery istri ku. Kami seperti layak nya suami istri yang sedang bermesraan di atas motor.Fikiran mulai kacau kembali, segala fikiran kotor dan ide - ide negatif dalam otak ku mulai tidak terkontrol. Ingin sekali rasa nya membelok kan motor masuk ke tengah kebun tebu yang sepi itu, hasrat dan nafsu yang berkecamuk dalam fikiran membuat ku ingin menyetubuhi ibu mertua dengan paksa. Situasi dan kondisi saat itu sangat mendukung, jalanan yang sepi dan gelap gulita serta perkebunan yang sangat sunyi bisa menjadi faktor untuk ku bisa berbuat asusila terhadap ibu mertua, namun aku tetap berusaha mengendalikan hawa nafsu ku yang hampir saja memuncak. Padahal, kemaluan ku mulai mengeras sedari aku dan ibu mertua baru memasuki area perkebunan tebu. Batang kemaluan ku yang tegang ingin sekali di celupkan pada lubang kemaluan ibu mertua di saat itu juga, tetapi aku juga tak punya cukup nyali untuk melakukan nya. Jangan kan sekedar untuk melakukan, untuk berucap mengajak nya saja aku tak berani. Mungkin di saat itu, rasa hormat ku pada ibu mertua masih lebih besar dari pada rasa nafsu ku terhadap beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
'' KISAH NYATA '' Skandal Bersama Ibu Mertua
RandomCaution !! kalian boleh baper,tapi tidak untuk "DICONTOH" apa lagi "DITIRU". Kisah ini berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi dalam hidup ku ( Penulis ). Semoga kisah ini bisa menjadi Tolak Ukur Edukasi bagi kita semua agar menjadi pribadi le...