Adis tidak menyangka bahwa saat ini ia dijemput oleh tetangga yang membuat paginya cukup terganggu.
Ya... Taralah sosok yang mengaku sebagai sepupunya dan menjemput Adis di sekolah. Begitu melihat Adis tadi, tetangganya ini langsung menyuruh Adis ikut dengannya.
Adis bahkan tidak sempat bertanya alasan Tara menjemputnya siang ini. Yang pasti perasaan Adis menjadi tidak enak. Apalagi Tara tampak begitu terburu-buru.
"Bang ini kita mau pulang?" Tanya Adis akhirnya dari balik tubuh Tara.
"Iya Dis," jawab Tara.
Merasa tidak puas dengan jawaban singkat Tara, Adis kembali bertanya untuk menghilangkan rasa penasaran dan kekhawatiran dalam dirinya.
"Emang di rumah kenapa Bang? Kok sampe abang jemput Adis?"
Kali ini suara Adis tampak begitu khawatir, Tarapun menyadarinya. Namun saat ini Tara belum mau menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Adis. Bisa-bisa rencananya malah gagal jika Adis tahu lebih dulu.
"Nanti abang critain kalo kita udah sampe rumah. Yang penting abang minta tolong apapun yang terjadi nanti kamu harus bantuin abang," jawab Tara mencoba mendapatkan kepercayaan dari Adis.
Di belakang saat ini Adis sedikit mendengus karena jawaban Tara.
Ribet banget sih tinggal ngomong aja! Gerutu Adis dalam hati.
Salah Adis juga mengiyakan dan langsung menurut saja saat Tara menyuruhya naik ke atas motor tadi. Harusnya Adis meminta kejelasan dulu sebelum asal naik.
Tarapun sebenarnya tidak enak hati pada Adis saat ini. Iapun tidak tahu apakah Adis mau menolongnya saat tahu apa yang terjadi di rumahnya saat ini. Namun hanya Adis yang terlintas di pikiran Tara. Jika Adis menolak membantunya nanti, entah bagaimana nasib Tara selanjutnya.
Tak sampai 20 menit, Adis dan Tara akhirnya sampai di depan gerbang perumahan. Setelah rumah keduanya terlihat dari kejauhan, Tara malah menghentikan motornya sejenak.
"Bentar Dis, abang nyiapin mental dulu."
Tingkah Tara kembali membuat Adis kebingungan. Sudah pasti ada hal buruk yang terjadi di rumah, persis seperti yang Adis bayangkan sejak tadi. Masalahnya Adis tidak tahu rumah siapa yang mengalami kejadian buruk.
Semoga saja bukan rumahnya.
Beberapa menit berlalu, Tara kembali melajukan motornya.
Do'a Adis terkabulkan. Tara tidak menuju rumah Adis, melainkan rumah Tara sendiri. Di depan rumah Tara, sudah terlihat dua mobil yang terparkir.
Adis tidak pernah melihat kedua mobil itu sebelumnya, ia menduga sang pemilik mobil adalah tamu Tara, atau mungkin Tara membeli mobil baru dan sebenarnya Tara menjemput Adis hanya ingin pamer mobil baru?
Ah... rasanya tidak mungkin. Selama ini Adis tahu Tara dan keluarganya bukanlah orang yang suka pamer. Lagi pula orang gila mana yang rela menjemput tetangga depan rumah hanya untuk pamer mobil baru?
"Ayo Dis, kita masuk."
Suara Tara membuat Adis tersadar untuk segera turun dari atas motor dan mengikuti perintah Tara untuk ikut masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roda Yang Terhenti
General FictionBagaimana jika hidup yang kita jalani selama ini hanya halusinasi semata?