Free Class

34 9 0
                                    

Hanya di School of Ukiyo, free class itu rasanya sangat aneh. Telat saja hampir tidak pernah guru dan murid lakukan, apalagi sengaja mengosongkan kelas. Terlebih, kali ini hanya untuk kelas A si kelas emas.

“Beneran? Kita free class? Really?” tanya Lucy dengan intonasi memekik. Lucy baru saja datang karena dia terlambat. Dan dia mendapatkan informasi jika kelas formal dikosongkan untuk kelas A.

Semua hanya melihat gadis itu dengan tatapan malas. Tidak ada keceriaan di wajah mereka walau saat ini semua orang di kelas sedangkan mereka berada di kantin yang begitu sepi. Seharusnya mereka senang bisa membeli banyak makanan tanpa mengantri. Seperti yang dilakukan Jian saat ini. Jian hanya peduli dengan makanannya.

“Engga, untuk kelompok belajar kita,” kata Theo yang mendekat ke arah Lucy lalu menunpukkan beberapa buku di tangan gadis itu dan melenggang pergi meninggalkan kantin.

Lucy hanya terdiam sedangkan teman kelompok belajarnya sudah berlalu pula meninggalkan kantin. Hingga saat seseorang bertanya padanya, “Bisa gak, kita gabung ke kelompok belajar kalian?” Lucy sontak menoleh ke arah sumber suara.

Dia adalah Kylo. Teman sekelasnya tapi jarang bermain dengan Lucy. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Bisa-bisanya dia mengatakan itu dengan santai. Mengingat bagaimana Lucy bisa masuk kelompok belajar Theo, jelas itu tidak adil. “Usahanya diperbesar dari gue sih seharusnya. Gue pamit.” Lucy langsung pergi dari sana.

Di sudut yang berbeda, salah satu kelompok dalam kelas yang sedari tadi memerhatikan interasksi kelompok belajar Theo mulai curiga dengan kelompok belajar itu. “See? Gue rasa mereka bakal ngelakuin sesuatu. Supposed,  soal pembunuhan?” ungkap Angel. Salah satu dari  kelompok itu.

“Inget, kan? Apa yang Lucy lakuin di aula waktu itu? And Theo wanna join with her?” Mereka mulai berbincang serius perihal Lucy yang alasannya akan menggiring kelas A masuk lebih dalam ke urusan pembunuhan ini.

Dampak kecilnya, mereka harus mendekam di kantin karena pemeriksaan belum selesai. Setelah ini apa lagi.

“Mereka harus kita end up. Demi kelas. Mereka masuk kelas A karena pinter. Gitu juga sama. Mereka engga bisa seenaknya.” Brian sudah berjuang dengan keras untuk bisa mempertahankan poin nilainya. Dia juga memiliki tuntutan cukup besar di pundaknya. Semua tidak akan dia buat sia-sia hanya karena kelompok belajar aneh itu.

Sebuah kumpulan siswa-siswi yang terdiri dari delapan orang itu, serentak mengangguk. Mereka hanya ingin belajar dengan damai setelah insiden ini.

“Kenapa Prof. Jacob bisa mati di kelas kita, sih? Dari banyaknya ruangan di sekolah ini?”

***

Kelompok belajar Theo ada enam orang. Tapi, kali ini yang datang hanya lima orang. Theo, Lucy, Serena, Khai, dan Ian. Semuanya adalah orang yang memilki nilai fantastik. Kecuali Lucy dan Serena yang masuk jalur memohon karena tidak ada yang mau menerima mereka di kelompok belajar mana pun.

Mebentuk kelompok belajar memang sudah  lazim di kalangan sekolah. Karena, belajar di kelas saja bukanlah hal yang cukup dan memilih untuk sedikit memberikan waktu belajar ekstra. Nantinya, setiap kinerja mereka juga akan memiliki penilaian tersendiri. Belum lagi kelas khusus. Mereka benar-benar harus bekerja keras.

“Gavin, kemana?” tanya Theo saat mereka baru saja sampai ke sebuah tempat biasanya mereka belajar. Lebih tepatnya di tempat penyimpanan bangku dan meja yang mereka tata untuk ruangan mereka sendiri dan bisa disebut dengan markas.

“Katanya, hari ini ada acara keluarga,” jawab Ian. Theo hanya mengangguk dan langsung mengambil posisi duduk di samping Lucy yang memerhatikan salah satu buku apa yang tadi laki-laki itu berikan padanya.

Worst Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang