Welcome to Mahendra's Family
Enjoy the reading, and please tekan tombol bintang nya, thank you
●○•▪︎•○●Hari Minggu pagi yang dingin seperti sekarang cocoknya di gunakan sebagai waktu penambah tidur. Tapi berbeda dengan keadaan di satu-satunya rumah besar di komplek ini. Rumah keluarga Pak Surya dengan tiga belas anak laki-laki dan satu anak perempuannya, walaupun sebenarnya sang kepala keluarga sedang tidak berada di rumah itu. Iya sibuk nyari istri baru.g
Kita menuju dapur dulu, barangkali kalian beruntung menemukan tiket konser Seventeen sekaligus tiket pesawatnya.
Riweuh kalau menggunakan bahasa Jawa/Sunda. Ada Joshua, Saga, dan Johan di ruangan itu. Terlihat Joshua yang sibuk kesana kemari untuk menyelesaikan masakannya, di bantu Johan dan Saga yang sebenarnya tidak membantu. Karena Saga hanya berdiri memandangi Joshua yang sibuk didepan kompor, dan Johan yang malah mengganggu acara masak sang kembaran. Benar-benar tidak berguna.
"Han, kalo lu ga bantuin mending duduk aja dan lu ketimbang gangguin gue. Lo juga, Ga. Mending lo bangunin adek-adek dah ketimbang ngang ngong disini. Makanan nya udah mau siap."
Saga yang sadar dirinya tak berguna disana pun hanya mengangguk mematuhi ucapan bungsu kembarnya. Lelaki itu beranjak dari sana menuju kamar para adiknya. Sisa Joshua yang melanjutkan masakan nya yang hampir siap, tentu masih dengan bayang-bayang Johan yang mengganggunya. Joshua tak lagi menyuruh kembarannya itu, karena ia tau hasilnya akan percuma. Joshua hanya bisa bersabar sekali lagi.
"Han tolong cuciin nih, abis itu potong kayak biasanya aja." Ucap Joshua sambil menyodorkan sebuah baskom berisi beberapa buah mentimun pada kembarannya. Mungkin sudah lelah mengganggu Joshua akhirnya pemuda itu menuruti ucapan adik kembarnya dan melaksanakan apa yang diucapkan Joshua. Dan Joshua pun bernafas lega.
Kita beralih pada Saga yang sudah selesai membangunkan sebagian besar saudaranya. Tinggal membangunkan si bungsu yang memang kamarnya terletak paling jauh dari lorong penghubung ruang keluarga dan kamar-kamar.
"Dek, sayangnya abang, bangun yok. Mas Jo udah masak makanan kesukaan kamu tuh. Ntar diabisin bang Harsa, loh." Ucap sulung itu setelah mengetuk pintu kamar sang adik.
"Iya, adek bangun." Mendengar jawaban dari si bungsu, Saga langsung membuka pintu yang tidak di kunci tersebut. Terlihat adik bungsunya yang masih bergelung dibalik selimut dengan posisi duduk sambil memejamkan matanya. Sepertinya gadis itu masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Saga mendekati kasur sang adik lalu mengelus surai hitam lebat itu. Tersenyum tipis kala melihat Aira yang berusaha membuka mata dengan susah payah untuk melihat siapa yang masuk.
"Oh, abang. Bentar adek ngumpulin nyawa dulu, masih di culik sama mimpi." Seketika Saga tertawa kecil dengan lelucon sang adik yang masih memejamkan matanya itu. Tangannya tak berhenti mengelus rambut Aira pelan.
"Udah sana cuci muka. Udah sholat Subuh, kan?" Gadis itu hanya mengangguk menanggapi ucapan kakaknya.
"Iya tadi abis subuhan adek tidur lagi."
"Yaudah cuci muka gih, abang keluar ya. Jangan tidur lagi di kamar mandi."
"Iya iya ish!"
Saga keluar dari kamar sang adik dan kembali menuju ruang makan yang ternyata adiknya yang lain sudah berkumpul di meja makan, terkecuali Byan dan Aira. Karena Byan masih mendapat tugas dinas keluar kota.
"Si adek mana, Gar?" Tanya Joshua kala melihat kakak beda lima belas menit nya itu menuruni anak tangga.
Saga mendudukkan dirinya di kursi yang memang sudah menjadi hak paten nya. "Masih cuci muka, palingan bentar lagi juga tereak. Kalian makan duluan aja."
"SELAMAT PAGI KAKAK, MAS, ABANG NYA ADEK YANG GANTENG NAN MEMPESONA!"
Ke dua belas kakaknya langsung tersenyum mendengar teriakan adik kesayangan mereka itu.
Aira datang dan langsung menduduki kursi milik Byan, bukan kursi miliknya. "Mas Jo. Kata bang Saga, Mas masak makanan kesukaan adek, kan? Adek mau yang buanyak!"
Joshua tersenyum gemas melihat cara gadis itu berbicara dengan tangan yang ikut menjelaskan. Serius kah adiknya ini sudah kelas 12 SMA? Kenapa rasanya ia tidak yakin?
Tak menunggu lama Joshua mengambilkan nasi untuk si bungsu dan meletakkan beberapa lauk di samping nasi tersebut. Begitu selesai Aira langsung dengan lahap memakan nya.
"Kalian juga makan gih, gue mau bikin teh dulu." Joshua hendak berbalik setelah berkata demikian, namun Saga dengan cepat menahan nya.
"Makan aja dulu, biar mbak yang bikin teh nya. Lo udah masak banyak begini masa kaga ikut makan."
Ucapan Saga terdengar bukan seperti pendapat tapi perintah. Tapi yang namanya Joshua kan memang penurut, pemuda itu pun kembali duduk di kursi nya dan ikut makan dengan saudara nya yang lain.
Melihat Joshua yang menuruti ucapan nya, Saga tersenyum kecil. "Mbak, tolong bikinin teh ya. Nanti taro di depan TV aja." Ucap si sulung setengah berteriak agar si mbak mendengar karena memang jarak meja makan ke dapur basah dimana art mereka berada cukup jauh.
Anyway, mereka memang memiliki asisten rumah tangga yang hanya datang saat pagi dan sore untuk bebersih dan mengambil pakaian untuk di antar ke laundry an. Selebihnya Mahendra sendiri yang membersihkan area pribadi mereka sendiri. Memasak pun di bagi jadwal, dan ketepatan hari ini Joshua dan Byan yang memasak. Namun karena Byan masih dinas, alhasil Joshua harus memasak sendirian.
Wisnu yang sudah menyelesaikan makan nya diam sambil memandangi si bungsu yang duduk tepat di samping nya. Pilot muda itu gemas sekali melihat pipi sang adik yang membulat penuh dengan makanan. Tangannya terulur untuk menghapus saus yang ada di sudut bibir Aira.
"Makan nya pelan pelan, dek. Ga ada yang minta!"
Aira menatap kakaknya itu nanar sembari memegangi dadanya. "Mas jangan gitu. Nanti kalo adek baper gimana? Emang nya mas mau tanggung jawab? Adek ga mau ya di jewer sama kak Mawar nanti kalo sampe adek kepincut sama mas!"
Wisnu dan saudara nya yang lain tertawa mendengar ucapan sang adik. Tangannya kembali terulur untuk mengacak rambut sang adik dengan gemas. "Yaudah mas gituin aja terus biar kamu baper. Ga akan ada yang ngelarang juga."
"ISH MAS! Rambut adek berantakan loh! Cape tau nata nya! Mas Jo, Mas Nu nakal!"
"Heleh belum mandi juga sok sok an kesel." Harsa menyahut membuat Aira semakin kesal.
"Oke. Musuhan sama mas Nu sama Bang Asa! Bodo, adek ngambek."
Gadis SMA itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah cemberut dan bibir yang maju beberapa senti. Tentu saja pemandangan itu tidak di sia siakan oleh kakak-kakak nya. Wisnu dan Harvy yang berada di samping kanan dan kiri Aira langsung mencubit pipi gadis itu membuat si empunya memekik kesakitan. Sedangkan yang lain hanya bisa menahan teriakan karena pemandangan gemas tersebut.Di tengah tengah aktivitas mereka mengagumi kegemasansi bungsu, suara bel berbunyi mengalihkan perhatian mereka. Tiga belas orang tersebut dengan kompak menoleh ke arah pintu utama walaupun tidak terlihat siapa yang berada di baliknya.
"Biar adek aja." Setelah berucap demikian, Aira langsung berlari menuju pintu utama dan membukakan pintu untuk tamu tersebut, dan para kakaknya mengikuti langkah si bungsu dengan santai dan duduk melingkar di sofa ruang keluarga. Namun karena jumlah mereka dengan sofa tidak seimbang, maka Harvy, Chandra, Wandra, Saga, dan Harsa duduk di lantai, sedangkan sisa nya duduk di sofa.
Miguel menyalakan tv dan sibuk mencari-cari kanal televisi yang bagus untuk mereka tonton bersama, dan berakhir pada siaran berita dalam negeri yang sepertinya menarik baginya.
"El, ganti lah anjir. Masa nonton berita pagi-pagi. Udah kayak bapak bapak aja lo!" Dika bersuara karena tak setuju dengan keputusan sepihak sang kembaran.
"Tau si El, kartun kek apa kek, masa berita--"
"MAS ABY!!!"
●○•▪︎•○●
Cieee gantung
Santai, gak lama kok
Lia udah nyiapin chapter 2 nya
Stay tune with Mahendra's Family
Love you all
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Life Mahendra's Family (SEVENTEEN × HONG EUNCHAE)
Ficção AdolescenteGa ada apa-apanya kok, cuma menceritakan keseharian Aira dan 13 laki-laki kesayangan nya WARNING!!! ● SEVENTEEN × LE SSERAFIM ● SEVENTEEN × HONG EUNCHAE ● FAMILYSHIP ● BAD WORDS ● SLOW UPDATE ● KARYA SENDIRI, APABILA ADA KESAMAAN DENGAN CERITA LAIN...