5. Bertemu Papa

77 11 1
                                    

Hehe, maaf ngilang
Hehe, lupa password wp:)
Enjoy
《●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●》

     "PAPA!"

     Seorang pria dengan helm proyek yang sedang fokus memantau di depan bangunan setengah jadi tiba-tiba mengedarkan pandangan nya ke segala arah, kebingungan mencari sumber suara yang memanggil nya "Papa". Tak lama pandangan nya berhenti kala melihat gadis yang berlari ke arah nya dengan tangan terbuka siap untuk menerima pelukan.

    Pak Surya terkejut dengan kehadiran putri bungsu nya di tempat ini. Dengan cekatan pria berusia 49 tahun itu menghampiri putrinya dan segera memeluk si gadis dengan erat.

    "Anak gadis papa kenapa bisa ada disini? Abang-abang kamu kemana?" Mata Pak Surya tak berhenti melihat sekitar untuk menangkap keberadaan tiga belas putra nya yang lain.

    Aira menggelengkan kepala nya pelan di pelukan papa nya, gadis itu masih nyaman dengan pelukan hangat sang papa yang sudah lama tidak ia dapatkan.

    "Adek kesini sama abang abang kok, di ajak liburan sama kak Saga, cuma mereka masih di mobil bawain barang."

    "Oalah, yaudah adek istirahat dulu gih disana, papa mau bersih-bersih dulu. Adek udah makan, belum?"

    "Belum, kemaren abis dari stasiun langsung nyari hotel terus tidur. Abis itu tadi bangun langsung kesini."

   "Yaudah duduk sana dulu, papa pesenin makanan."

    "Oke papa!" Aira berjinjit untuk mencium pipi Pak Surya dengan girang dan berlari menuju pos penjagaan konstruksi yang berlangitkan pohon rimbun, jadi matahari tidak terlalu menyengat kulit. Sedangkan Pak Surya berjalan menuju tempat berkumpulnya para pekerja bangunan untuk meletakkan helm dan perlengkapan konstruksi nya, lalu mengganti baju nya yang sudah lusuh karena terkena debu pembangunan gedung. Pria dengan usia hampir setengah abad itu kembali dengan celana yang sama dan kaos hitam yang baru. Pria itu duduk di samping sang putri yang sedang asyik melihat bagaimana para pekerja bangunan itu bergotong royong membangun sebuah gedung dari pondasi sampai berdiri kokoh.

     "Abang-abang kamu lama banget dek, perkara bawa barang doang!" Celetuk Pak Surya. Pasalnya sudah hampir setengah jam mereka menunggu, tiga belas putra Mahendra itu tak kunjung menampakkan batang hidung nya.

    "Tau ya, ngopi dulu kali di warung depan proyek."

    Pak Surya tertawa kecil dengan jawaban lucu dari putri bungsu nya, tangan yang mulai berkeriput namun tetap kuat itu bergerak mengelus rambut panjang sang putri yang tersibak karena hembusan angin.

    "Adek sama abang-abang sampe kapan disini?"

   "Cuma sehari, soalnya besok mas Jo ngajak ke Malang, terus lusa nya balik lagi ke Jakarta. Soalnya minggu depan adek udah masuk sekolah."

   "Oalah, besok papa ikut, boleh ga?"

    Aira sontak menoleh ke arah sang papa dengan wajah terheran-heran. Tumben sekali orang tua ini mau ikut anak-anaknya liburan. Terlebih Aira tau, mereka akan liburan ke Malang, kota yang meninggalkan kisah kelam tentang bagi pak Surya.

    Pak Surya tentu saja tau maksud tatapan putri bungsunya. Tangan yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan itu mengelus surai lebat sang putri dengan senyum indah yang menemani. "Papa mau ke makam Mama. Sejak papa di Jatim, papa ga pernah ziarah ke makam mama mu."

    "Adek mau ikut juga ke makam mama, ya, Pa?"

    Tangan pak Surya belum lepas dari surai indah sang putri, pria itu mengangguk sebagai persetujuan lalu melepaskan tangan nya dari rambut Aira. Pak Surya menatap langit biru cerah, seolah melihat almarhumah istrinya sedang tersenyum padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daily Life Mahendra's Family (SEVENTEEN × HONG EUNCHAE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang