(12) !

7.6K 365 7
                                    

Hening adalah suasana yang saat ini terjadi diantara mereka, Kenzie yang sedikit bingung dan Devven yang tersenyum menyeringai. Dominan itu menatap aneh ke arah nya, bikin tak nyaman saja.

"Berhenti menatapku dengan tatapan itu" peringat Kenzie merasa tak nyaman.

"Tatapan apa?"

"Hentikan tatapan cabul mu, bangsat!" bentaknya.

Haha, ucapan Kenzie memang ada benarnya. Pria beralis tebal dengan mata tajam itu memang memandangi dirinya agak ambigu sedari tadi.

Devven berjalan mendekat ke arah Kenzie, memperpendek jarak antar keduanya hingga bunyi deruan napas masing-masing masuk dalam indera pendengaran. Pria itu tersenyum miring melihat Kenzie yang perlahan mundur untuk memperpanjang jarak keduanya.

Dugg..

Punggung Kenzie menabrak dinding berwarna putih dibelakang nya, ia tak bisa mundur kebelakang lagi. Tapi sosok depannya ini semakin maju dan maju, dirinya harus bagaimana?

Jantung mereka berdegup kencang seiring jarak yang semakin sempit, panas dan canggung menjadi satu. Ini adalah situasi yang pas untuk berciuman. Batin Devven.

"Tunggu, aku memang mengatakan akan melakukan apapun keinginan mu, tapi bukan untuk ini. Sesuatu yang lain!" Kenzie mendorong pundak dominan itu dengan kedua tangannya agar menjauh. Yah, usahanya memang berhasil, tetapi hanya sesaat. Devven menghempaskan tangannya dan kembali mempersingkat jarak.

"But I want to make love with you, Gamaliel." suara beratnya berhasil membuat bulu kuduk Kenzie merinding. Siapapun tolong bawa Kenzie lari dari tempat ini!

"No, aku gak mau.. It hurts.. " pintanya dengan mata memelas dan menggeleng berkali-kali. Sayang sekali, Devven tak menerima kata tidak saat ini. Melihat Kenzie memohon seperti itu malah membuat Devven semakin ingin melakukannya.

"Aku akan berusaha bermain lembut, nikmati saja." bujuk Devven supaya Kenzie mau mengikuti permainan nya. Jika tidak, dirinya bisa kesusahan sebab kepunyaannya yang sudah ereksi hanya dengan melihat ekspresi anak itu.

"Kau yakin tidak akan kasar..? Sungguh..?" tanya Kenzie guna memastikan perkataannya benar atau tidak. Karena sesi bercinta kemarin benar-benar membuatnya menderita, walaupun ada bagian enaknya sedikit. Dibanding rasa nikmatnya, lebih dominan rasa sakitnya. Hal itulah yang membuat Kenzie ragu.

"Tentu."

"Tentu tidak." sambung nya dalam hati, mustahil mengatakannya langsung didepan anak ini. Itu akan membuatnya lari terbirit-birit setelah mendengarnya.

"Baiklah, k-kau tidak akan langsung memasukkannya kan..? M-Maksud ku kita perlu itu..." ujar Kenzie malu-malu kucing, ia sedikit gugup sebab dirinya akan bercinta dengan penuh persiapan. Seperti akan main film bkp saja.

Devven mengangguk, ia berbalik badan kemudian pergi ke laci lalu mengambil botol yang berisi pelumas dan duduk diatas sofa single besar. "Kemarilah." ucapnya.

Kenzie menghampiri Devven yang tengah duduk pada sofa. "Duduk di pangkuanmu?" tanya nya dengan suara pelan.

"Take off your pants first and sit here." Devven menepuk pahanya sebagai kode agar Kenzie mengerti.

"B-Baik..." Kenzie duduk dipangkuan menghadap Devven. Usai anak itu mencari posisi duduk yang nyaman, Devven meraih kakinya, mengangkat dan menaruhnya diatas pegangan tangan sofa yang empuk itu satu persatu.

Posisinya sekarang mengangkang menghadap Devven di pangkuan nya. Sial! Kenzie malu. Ia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.

Devven meraup bibir cantik berwarna merah muda itu dengan tiba-tiba, membuat sang empunya terlonjak kaget. Melumat lembut agar si kecil nyaman dan terbuai dalam ciumannya. Benar saja, Kenzie terbuai dan membalasnya senang hati.

ONLY STATUS ( MarkNo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang