Sarah otomatis menghentikan langkah begitu melihat Nathan berdiri sepuluh meter di depan, tengah menyandar ke pintu unit apartemennya seraya bersedekap.
Selama beberapa detik, wanita itu membatu, otaknya sibuk memutuskan harus lanjut jalan atau berbalik arah agar terhindar dari amukan sang suami. Namun, terlalu terlambat saat Sarah memutuskan pergi, sebab Nathan telah melihatnya dan kini terburu-buru menghampiri wanita itu.
"Kau!" Nathan menggeram kesal sambi mengepalkan tangan. "Ke mana saja dan kenapa tidak angkat—"
"Jangan teriak-teriak," sela Sarah lirih seraya melirik tangan Kai yang melingkari lehernya. Bocah itu tertidur di gendongan ibunya karena terlalu lelah dan mengantuk.
Mau tidak mau, Nathan menahan teriakannya dan langsung meraih tubuh Kai secara perlahan dari punggung Sarah. "Jelas-jelas jadwal tidur Kai jam sembilan, tetapi kau baru pulang jam sebelas malam. Kau benar-benar berniat menguji kesabaranku, hah?" omel Nathan dengan pekikan tertahan.
"Mau bagaimana lagi, filmnya baru selesai sepuluh menit lalu, jadi—"
"Kau bahkan tidak merasa bersalah telah membuat anakmu membolos dan pulang larut malam sampai ketiduran di jalan. Ibu macam apa kau!"
Sarah memelotot kesal. "Ibu macam apa? Tentu saja ibu yang mementingkan kesenangan anak-anaknya!"
"Eungh ...." Kai bergerak tidak nyaman dalam gendongan ayahnya. Buru-buru Nathan mengusap-usap punggung sang anak, lalu lekas berbalik tanpa menghiraukan Sarah.
"Hei, rumah Kai di sini," protes Sarah begitu sadar Nathan tidak mengikuti langkahnya dan malah membuka pintu unit 1514.
Sarah langsung berjalan cepat mendekati sang suami, tetapi gerakannya kalah cepat dengan Nathan yang sudah masuk dan hampir menutup pintu.
"Kenapa kau membawanya—"
"Mulai hari ini, Kai tinggal bersamaku dan Bian," kata Nathan seraya menyingkirkan tangan Sarah yang menahan pintu, lalu cepat-cepat menutupnya agar wanita itu tidak ikut masuk.
"Nathan!" Sesuai dugaan, Sarah langsung berteriak kesal, bahkan sampai menendang-nendang pintu. "Hak asuh Kai ada padaku, cepat kembalikan!"
Sekitar sepuluh menit Sarah terus melakukan aksi protes yang mengganggu itu sampai akhirnya tetangga menegur dan wanita itu terpaksa berhenti. Namun, kekesalannya memuncak lagi begitu masuk ke rumah dan tidak lagi mendapati barang-barang Kai di sana, yang tersisa di kamar bocah itu hanya selembar surat berisikan gugatan cerai.
Alhasil, satu teriakan kesal bercampur histeris kembali digaungkan, bahkan sampai terdengar samar-samar ke unit apartemen Nathan.
"Padahal, seharusnya aku yang membuatmu kesal, aku sedang membalas dendam karena kemarin kau tidak mengangkat teleponku, tetapi kenapa, kenapa, kenapaaa!"
Sepanjang malam, tidur Sarah menjadi tidak nyenyak. Hatinya dipenuhi rasa kesal sekaligus kesepian karena harus tidur sendirian di rumah yang besar. Padahal, Nathan tahu Sarah tidak suka tidur sendirian, tetapi pria itu tega membawa Kai, berikut barang-barangnya ke unit sebelah tanpa membicarakannya dengan Sarah lebih dulu.
Oleh karena itu, hari ini Sarah berencana melakukan aksi protes. Pagi-pagi sekali, di jam biasanya wanita itu masih pulas dalam mimpi, Sarah sudah bangun dan berulang kali menekan bel rumah suaminya, sengaja memancing kemarahan pria itu agar Nathan mau keluar.
"Ayo keluar, jangan jadi pengecut!" teriak Sarah sesaat setelah menekan bel. Namun, masih sama seperti dua puluh menit lalu, sama sekali tidak ada jawaban atau tanda-tanda pintu akan dibuka.
Sarah mendecak jengkel dan bersedekap. "Mustahil Nathan dan Bian belum bangun jam segini. Kenapa tidak ada yang merespons satu pun!"
Duk duk!
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal Family
VampireBegitu menginjakkan kaki di rumah sepulang sekolah, si sulung malah mendapati rumah layaknya kapal pecah akibat amukan sang ibu. Saat ditanya penyebabnya, dengan emosi menggebu-gebu, wanita itu menjawab, "Dia bersikeras ingin bercerai dan akan menik...