Bagian 03

79 23 8
                                    

Jeane baru saja tiba di kampus. Ia berjalan dengan riang sembari menenteng paperbag di tangan kirinya.

"Woi Raespati!"

Jeane sontak menoleh, ternyata Danuar tengah berlari kearahnya.

Jeane mendelik lalu menyikut perut Danuar.

"Udah di bilang jangan panggil gue Raespati!" Sembur Jeane galak.

Danuar meringis lalu mencebik "lah kan nama lu emang Raespati gimana sih"

Jeane mendelik lalu hendak memukul Danuar.

"Eh ampun ampun" namun Danuar dengan sigap menghindar sebelum Jeane sempat memukul dirinya.

Jeane pun kembali berjalan diikuti Danuar di sampingnya.

"Apaan tuh?" Tanya Danuar setelah melirik paparbag yang di bawa oleh Jeane.

"Oiya, kan sampe lupa gara-gara elu!" Jeane menepuk jidatnya, pasalnya tadi ia berniat menelpon Wira tapi urung karena Danuar berteriak.

Danuar hanya mengelus dada sabar ketika disalahkan oleh Jeane. Daripada diamuk lebih baik ia mengalah.

"Halo Wir, kamu dimana?"

"Aku di kantin FK Je"

"Loh nga—"

"Ada Yerin juga kok, kalo kamu mau nyusul kesini aja ya"

Tut.

Jeane langsung memutuskan panggilan tanpa memberikan respon pada Wira.

Raut wajahnya berubah jadi masam, Danuar yang ada di sebelahnya pun bingung.

"Kenapa lo? Asem banget tu mu—" tak sempat Danuar menyelesaikan kalimatnya Jeane sudah menarik Danuar dengan kasar.

"Anjing Je! Ngapain narik-narik sih?" Seru Danuar kesal.

Jeane tak menjawab ia masih setia menarik paksa Danuar.

"Je mau kemana sih?! Jangan tarik-tarik gue juga nyet!"

"Kantin" sahut Jeane singkat.

"Lah ngapain? Gue ga laper woi, lep—"

"Diem!" Ancam Jeane.

Baiklah Danuar lagi-lagi menurut, pasalnya wajah Jeane saat ini sangat menyeramkan dan membuat Danuar menciut, alhasil ia hanya pasrah di tarik oleh Jeane.

Sesampainya di pintu masuk kantin Jeane berhenti, matanya langsung fokus pada obyek yang menganggu pikirannya sedari tadi.

Lagi-lagi Danuar di buat bingung, pasalnya Jeane tiba-tiba berhenti lalu menatap sinis kearah depan. Danuar yang penasaran pun mengikuti arah pandang Jeane, dan seketika Danuar ingin mengumpat sekarang juga begitu melihat obyek di ujung sana.

"Je mending kita balik aja yuk" ajak Danuar berusaha menyeret Jeane.

Danuar tidak mau masuk kearea kantin. Hatinya terlalu sakit. Bagaimana tidak, di ujung sana terdapat Yerin dan Wira yang tengah asik mengobrol. Danuar takut jika ia menghampiri Yerin, ia tidak bisa menahan emosinya dan berakhir memukul Wira.

"Je, ayo bal—"

"Danuar! Sini!"

Terlambat, belum sempat ia menarik Jeane pergi, Yerin sudah lebih dulu memanggilnya sambil melambai-lambai kearahnya.

Danuar pasrah alhasil ia menghampiri Yerin dengan Jeane yang mengekor di belakangnya.

"Hai ay, hai Je" sapa Yerin begitu Danuar dan Jeane tiba di mejanya.

Jeane tersenyum singkat lalu melirik kearah meja yang terdapat dua porsi nasi goreng yang baru habis setengah piring.

Jeane mendengus di liriknya Wira yang sama sekali tak menggubrisnya karena Wira masih fokus memperhatikan Danuar dan Yerin.

"Terus gunanya dia nyuruh gue bawain bekel tuh apa? Ujung-ujungnya juga dia jajan di kantin, mana sama mantannya lagi!" batin Jeane kesal.

"Tadi berangkat bareng siapa?" tanya Danuar tanpa basa-basi setelah duduk di sebelah Yerin.

Yerin menunjuk kearah Wira.

"Sama dia, tadi tiba-tiba di jemput sama ni bocah"

Hati Danuar mencelos begitu mendengar jawaban Yerin.

"Kok ga minta jemput aku aja?"

"Aku aja kaget waktu liat dia udah nangkring depan rumah" jelas Yerin lagi.

Danuar hanya melirik Wira sekilas. Rasa-rasanya Danuar ingin memusnahkan Wira saat ini juga.

Sedangkan Jeane, kepalanya sudah berasap, ia mendadak gerah ketika mendengar penjelasan Yerin. Yerin, gadis itu dengan gamblang bercerita tanpa memikirkan perasaan Jeane disana.

Tak ingin berlama-lama disana, Jeane pun berniat pergi dari area memuakkan itu.

"Dan, gue balik duluan" ujar Jeane singkat.

Dan barulah Wira menoleh, ketika tersadar dirinya tak mengindahkan Jeane sejak gadisnya itu tiba di mejanya.

"Loh Je, kok buru-buru? Duduk dulu sini" Wira berdiri hendak meraih tangan Jeane.

Tapi Jeane sudah lebih dulu melesat pergi tanpa merespon ucapan Wira.

Wira mengernyit bingung dengan tingkah Jeane, ia hendak menyusul tapi Yerin menahannya.

"Mau kemana? 20 menit lagi ngasdos-nya mau mulai"

Wira menoleh, lalu kembali duduk mengurungkan niatnya menyusul Jeane.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Danuar sekarang. Wajahnya sudah sangat datar tanpa ekspresi.

"Nanti pulang bareng aku aja ya, sekalian aku mau mampir ke rumah mau ketemu mama." ujar Danuar penuh penekanan.

Yerin mengangguk "boleh, mama juga dari kemarin nanyain kamu terus"

Danuar hanya mengangguk lalu mengecup pucuk kepala Yerin.

"Yaudah kamu lanjutin dulu makannya, aku mau ke kelas dosennya udah mau masuk"

Yerin mengangguk lalu balik mencium pipi Danuar yang membuat Wira refleks membuang muka.

Danuar bangkit hendak pergi, tapi sebelum itu ia melirik Wira sebentar lalu berdecih tak suka.

Andai saja Wira ini bukan pacarnya Jeane, sudah habis ia di tangan Danuar. Setelah itu Danuar melenggang pergi dengan perasaan tak karuan.











































TBC.

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang