06

63 13 2
                                    

"Ngelamun aja neng"

Celetuk seseorang yang membuat Jeane tersadar dari lamunannya.

"Haa? Ehh kak Jo? disini juga?" Tanya Jeane linglung.

Joshua terkekeh melihat ekspresi Jeane yang terlihat lucu baginya.

"Haha iya Je, sorry udah bikin lo kaget gini" ujar Joshua tak enak hati.

Jeane menggeleng cepat lalu mempersilahkan Joshua untuk duduk.
"santai kak, ehh duduk dulu kak"

"Boleh?" Tanya Joshua memastikan.

Jeane mengangguk bingung "Ya boleh, kenapa ngga?"

Joshua pun mengangguk lalu duduk didepan Jeane.

"Kok sendirian aja? Biasanya sama yang lain juga?" tanya Joshua penasaran.

"Yang lain masih ada kelas kak, yaudah gue sendiri aja" sahut Jeane sambil menyeruput americano yg tadi ia pesan.

"Oh ya kak Jo ga pesen sesuatu?" Tanya Jeane akhirnya karena melihat Joshua tak membawa apapun.

"Udah kok, lagi di buatin" balas Joshua lembut.

Jeane hanya mengangguk lalu kembali larut dalam pikirannya. Ia berbohong pada Wira tentang ia yang harus mengantar sang mama, Jeane hanya tidak ingin bertemu Wira untuk saat ini mengingat apa yang ia dengar siang tadi di ruang studio.

Perasaan jeane campur aduk tentunya, ia bahkan tak bisa fokus pada obrolannya dengan Joshua.

"Je, u okay?" Tanya Joshua khawatir.

"Ha?? Gimana kak?" Tanya Jeane balik karna kurang mendengar apa yang di katakan oleh Joshua.

"You seem not in your good mood? Apa gue ganggu ya duduk disini?" Tanya Joshua lagi untuk memastikan.

Jeane menggeleng cepat.
"ehh ngga gitu, kak Jo ngga ganggu gue sama sekali, malahan gue seneng ada temennya disini. Sorry ya kalo kak Jo malah mikir gitu, gue cuman lagi mikirin sesuatu aja kok"

Jeane mencoba menjelaskan agar Joshua tidak merasa canggung karena dirinya yang sering kali melamun.

"Okay then, tapi Je kalo mau cerita ke gue gapapa kok gue siap dengerin cerita Lo. Tapi kalo lo ga pengen cerita dan pengen keep it for yourself juga gapapa kok gue ga maksa. Barang kali lo butuh temen cerita, gue siap jadi pengedar yang baik" ujar Joshua sembari tersenyum manis yang lagi-lagi menyihir Jeane.

Jeane menatap Joshua lamat agak tertegun mendengar perkataan Joshua. Baru pertama kali ia mendengar kalimat yang selama ini ingin ia dengarkan dari sosok Wira.

"Santai kak, gue emang biasa kaya gini kok. Emang suka mikir sesuatu terlalu over, apalagi sesuatu yang di luar kendali gue bisa-bisa gue ngelamun tuh seharian. But makasi ya atas tawarannya kak, gue gamau terlalu membebani orang lain atas segala sesuatu yang gue ceritain nantinya"

Joshua tersenyum tenang sembari mengangguk pelan.

"Maka dari itu gue bilang gue ga maksa, sekalipun lo mau cerita aja ke gue, gue ga bakal merasa terbebani untuk segala keluh kesah yang pengen lo keluarin. Jadi lo gausah merasa sungkan ya kalo mau cerita ke gue, ini pure kemauan dan permintaan gue ke lo sebagai bentuk terimakasih gue atas bento yang lo kasih pagi tadi" ujar Joshua di akhiri kekehan kecil.

Jeane ikut terkekeh "santai aja kak, ga masalah kok selagi kak Jo suka sama masakan gue"

"Masakan lo enak banget sumpah, masakan lo bikin gue keinget sama mama gue di LA" puji Joshua jujur.

"Biasa aja ahh, masih enakan masakan mamanya kak Jo lah" balas Jeane.

"Sama-sama enak dan sama-sama jadi favorit gue kok" ujar Joshua.

"Oh ya? Lebih favorit yang mana? Masakan mama atau masakan gue?" Ujar Jeane sambil menaik turunkan alisnya menggoda Joshua.

"Eummmm tergantung, kalo lo sering-sering masakin gue kayanya masakan lo bakal jadi favorit gue haha" gurau Joshua.

"Yeeee itu mah mau lo kak" seru Jeane membuat Joshua tertawa puas karena berhasil menjahili Jeane.

"Lo asik juga ya di ajak ngobrol" Joshua kembali berceletuk.

"Haha itu karna kak Jo juga enak di ajak ngobrol walaupun agak cerewet makanya nyambung terus obrolannya"

"Hah emang iya gue crewet? Duh sorry lain kali gue bakal lebih cerewet deh" gurau Joshua membuat Jeane menggeleng heran.

Keduanya pun akhirnya melanjutkan obrolan random mereka, setidaknya dengan kehadiran Joshua membuat Jeane lupa tentang percakapan Wira dan teman-temannya di studio tadi.




.





"Wira!"

Wira menoleh dan mendapati Jovita tengah berlari kearahnya.

"Kenapa Jov?" Tanya Wira saat Jovita tiba di hadapannya.

"Lo liat Jean ga? Gue cari ke fakultasnya tapi gaada" ujar Jovita dengan nafas terengah.

Wira mengernyit bingung.

"Loh? dia udah balik sejam yang lalu, dia ga ngabarin lo?" Tanya Wira balik.

"Hah udah balik? Si anjir ga nginfo gue dulu, padahal gue mau nebeng" sungut Jovita kesal lalu mengutak atik ponselnya.

"Mungkin dia lupa ngasi tau lo Jov, soalnya tadi dia bilang mau pulang ke rumah, mama Hanin  minta di temenin ke mall" jelas Wira pada Jovita.

Jovita sontak menghentikan kegiatannya lalu menoleh kearah Wira
"Hah pulang? Ke rumahnya?"

"Bukannya Tante Hanin baru balik bulan depan ya?" Jovita membatin bingung.

Wira mengangguk membenarkan "Iya ke rumahnya, kenapa deh?"

Jovita sontak menggeleng cepat "hah? ngga gapapa. Okey deh kalo gitu, gue nebeng sama Jefran aja. Bye Wir!"

Wira mengedikkan bahunya acuh, memang terkadang teman-teman Jeane sulit untuk di mengerti baik sifat juga sikap mereka. Wira pun kembali melanjutkan langkahnya, karena ia masih ada kelas beberapa menit lagi.




.





Jovita masih berusaha keras untuk menghubungi Jeane. Tapi sialnya Jeane tak mengangkat satupun panggilan dari nya.

Jovita berdecak kesal "kebiasaan dah ni anak kalo ada masalah ngilang mulu"

"Gue telfon sekali lagi, kalo sampe ga diangkat lagi fiks gue susulin tu anak ke apartnya" oceh Jovita lagi sambil kembali menghubungi Jeane.

"Hmm"

Jawaban pertama yang Jovita dengar begitu gadis di sebrang sana mengangkat telfonnya.

"Ham hem ham hem, dimana lo?! Kaya artis buset di telfon ga di angkat!"

"Apart, kenapa?"

Jovita kembali berdecak kesal, karena tebakannya tepat.

"Kata Wira lo pulang ke rumah, bohong ya lo?!"

"Jov gue lagi ga mood basa-basi deh"

"Dih, jawab dulu cepet! Kenapa lo bohong?"

"Iya"

"Iya apa anjir?! ga nyambung!"

"Iya gue bohong, udah?"

"Kenapa?"

"Jov.."

"Oke, gue otw ke apart lo sekarang. Ceritain semuanya sedetail mungkin"

"Hmm"

"Kalo ada apa-apa tuh cerita jangan di pendem sendiri, tungguin gue jangan aneh-aneh lo!"

"Iya-iya"

Jovita memutuskan panggilannya dengan Jeane lalu dengan secepat kilat memesan taxi online.

Jovita tau, Jeane tak baik-baik saja. Jovita tau sahabatnya itu sedang butuh pelukan saat ini, maka yang Jovita lakukan adalah menyusul kemana pun Jeane pergi karena dirinya sudah hafal betul dengan tabiat sahabatnya itu.


















TBC.

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang