03. The Second Hitler

8 4 0
                                    

Inzy mendesah pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Inzy mendesah pelan. Mengusak rambutnya kesal. Mengingat dua Bubble Chat yang entah sejak kapan itu berasal dari nomor Ezekiel yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Bubble pertama hanya berisi tiga kata. Mutlak dan tak terbantahkan.

'Ke apartemenku sekarang.'

Lalu disusul dengan Bubble kedua, berupa Sharelock  alamat beserta lantai dan blok unit nya.

Padahal ia baru saja merebahkan diri di atas kasur selepas mandi, setelah membersihkan Apartemennya yang baru saja dilanda musibah layaknya gempa, yang pelakunya sudah tidur nyenyak tanpa rasa bersalah. Titisan Unicorn dan Siluman Bebek.

Tak ada gunanya ia bersyukur di sekolah tadi ia terbebas dari Ezekiel yang entah bagaimana bisa mereka tak berpapasan sekalipun. Nyatanya, tak pernah ada celah untuk ia lepas, kecuali sekedar bernapas sebentar saja.

Pada kesekian menit setelah mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang menguap entah kemana, ia beranjak, merapikan diri, masa bodoh dengan dengan Training hitamnya dan Kaos pink bergambar kelincinya, tidak juga menampilkan dirinya seperti gelandangan dengan wujud seperti itu, hanya saja, mungkin tampak seperti babu. Toh di sana nanti, pasti ia diperbudak, kan? sudah pantas. Ia memakai Outfit yang pas.

Setelah meninggalkan pesan di permukaan meja di ruang TV, yang dapat digunakan layaknya layar tablet, ia sengaja menulis besar-besar menggunakan warna merah menyala.

'AKU PERGI DULU, JANGAN HANCURKAN RUMAHKU LAGI!'

Setelahnya, ia pergi.


°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Ini adalah penyesalan terbesarnya seumur hidup. Selama 16 Tahun ia bernapas, ia tidak pernah merasa malu sekaligus bodoh yang teramat sangat. Semua hanya ketika 'Semenjak bertemu Ezekiel Scoit'.  Padahal sebelumnya, ia benar-benar tidak peduli bagaimana penampilannya yang mungkin akan jadi sorotan. Seharusnya pun, ia sudah mengerti sejak awal, padahal Ezekiel sudah mengirimkan alamat rumahnya, yang menyandang gelar apartemen no.1 di negaranya. Seharusnya, ia tak se bodoh itu. Mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang berpapasan dengannya, sungguh membakar jiwa dan raga, dan hanya rasa malu yang tersisa. Apalagi ketika seorang Security datang menanyainya ada keperluan apa, ia ingin menjadi gadis tunawicara setengah hari saja rasanya.

𝓕𝓸𝓻 𝓯𝓾𝓽𝓾𝓻𝓮  || <ℓєє мιηнуυк >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang