04. Here It Xavier

8 4 0
                                    

Pagi ini memang tidak begitu cerah, tapi itu bukan masalah bagi seorang Xavier Leocade. Hanya saja, ada hal kecil yang sedikit mengusiknya.

Hari ini, adalah tepat 1 Bulan semenjak semester kedua berjalan, itu tandanya, nominasi Voting abal-abal yang sungguh teramat sangat tidak berguna itu dimulai. Ajang itu bebas untuk semua angkatan yang ingin memberi suara. Mulai dari nominasi tercantik, terimut, terlugu, terpandai, terpopuler, terramah dan segala ter- Shitty -an yang lain. Hal itu dilaksanakan lewat Website yang memang dibuat khusus untuk ajang sialan itu. Ia tahu betul siapa pemulanya, siapa yang mempelopori, siapa yang menciptakan hal-hal Unless semacam itu. Selama ini, ia hanya diam walau merasa terusik dan tidak nyaman. Tapi untuk yang kali ini, sepertinya tidak lagi. Disampingnya, Ezekiel pun tampak meremat kaleng Cola nya, menahan geram, melihat pemandangan yang sungguh mengganggu ketentraman pagi mereka.

Di sana, di depan ruang arsip, dengan jarak yang cukup jauh tapi masih bisa terjangkau oleh mata, Ezekiel dan teman-temannya menonton adegan tampar-menampar layaknya sebuah Scene drama yang memperebutkan seorang pria.

Aeris, si biang kerok langganan bersama kedua temannya, dengan tingkah laku menjijikkannya, tampak semakin memperkuat perdebatan, sambil sesekali mendorong Inzy, menampar Amaya dan Menepis kasar Luella.

Amaya dan Aeris, memang kerap kali terjadi perang dingin diantara keduanya.

Xavier bisa menebak jika penyebabnya adalah persaingan kategori terimut. Oh, ayolah. Konyol sekali. Tapi, rasanya saat ini, ia sudah cukup muak dengan Aeris.

"Kemana?"  tanya Ezekiel ketika Xavier berdiri, lalu menggidikkan kepala ke arah keributan di depan sana. "Menjemput kembali ketenangan."

Ezekiel yang mengerti langsung berdiri , disusul oleh lima cecunguk dibelakangnya. Xavier sudah lebih dulu berjalan ke sana. Dalam diam, Ezekiel tersenyum tipis.

Xavier bergerak terlebih dahulu, mengikuti insting hatinya, bahkan ketika belum dimengerti apa alasannya.

Padahal sebelumnya, Ezekiel memang sudah berniat mendatangi keributan itu. Tentu saja ia tidak bisa diam melihat 'Quinn-nya' diperlakukan secara kasar bahkan ketika gadis itu hanya berniat membela temannya yang disalahkan. Tapi rupanya, See? mungkin Xavier juga merasakan apa yang ia rasakan, yakni merasa tidak terima ketika 'Miliknya'  disentuh sembarangan. Bukan, bukan terhadap Quinnzy, melainkan terhadap seorang gadis berambut sebahu yang baru saja mendapat tamparan untuk ketiga kalinya, Amaya Genevieve. Meski Xavier belum mengerti mengapa ia mau repot repot-repot melakukan ini semua, yang pada dasarnya ia tidak mengenal baik siapa itu Amaya.

Kedatangan ketujuh lelaki itu belum disadari oleh siapapun diantara peserta keributan itu.

"APA?! KAMU JUGA MAU MENARIK PERHATIAN KAK XAVIER KAN?! WAKTU ITU KAMU LIHAT AKUN KAK XAVIER DI WEBSITE KAN?! DASAR CENTIL!"

Dapat Ezekiel dengar, Xavier mendecih malas ketika merasa dugaannya benar bahwa namanya pasti dibawa bawa oleh makhluk menjijikkan itu.

"A-apa? Xavier siapa?"

"SIAPA?! Astaga... akting mu buruk sekali. SUDAHLAH! KAMU-"



'KLTAK!'



Merasa sudah tidak lagi bisa menahan, Xavier melempar kaleng sodanya yang baru saja habis sampai mengenai dahi Aeris cukup keras.

Semuanya terdiam.

Inzy, Amaya dan Luella kompak menoleh, masing-masing menampilkan ekspresi layaknya menatap fenomena meteor jatuh ketika mendapati Xavier dan kawan kawan berdiri di belakang mereka. Pandangan mereka bertemu. Xavier menatap datar pada Amaya.

𝓕𝓸𝓻 𝓯𝓾𝓽𝓾𝓻𝓮  || <ℓєє мιηнуυк >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang