𝐏ᥲrt 1

10 6 0
                                    

HAPPY READINGG! ꨄꨄ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READINGG! ꨄꨄ

Hatiku masih tentang kamu, Kak. Kalau ada yang kayak kamu, tetep aja yang aku pilih juga kamu nggak mau yang lain. ---Esha.

🪐

"Hai Kak," sapa Esha tersenyum manis ke arah Gevan.

"Juga," jawab dingin dari Gevan bahkan lelaki itu tidak menengok ke samping.

"Bentar ya Kak, aku bawain bekal buat Kak Gevan tau." bersamaan dengan itu langsung melepas tasnya dan merogoh ke dalam untuk mengambil bekal yang ia buat tadi pagi.

"Nggak, nggak usah."

"Kenapa? Ini enak tau, Kak Gevan bisa kok makannya nanti di rumah." Keluh Esya dengan terus membujuk agar Gevan menerima bekal yang ia buat.

"Apa sih?! Gue bilang nggak ya nggak. Paham gak sih, lo." Sentak Gevan dengan tangannya yang melempar bekal yang ada di depannya.

PYARRR!!

Bekal itu terhempas karena lemparan dari tangan Gevan. Esya yang melihatnya hanya tersenyum samar, padahal dirinya sudah membuat bekal itu dari pagi dengan susah payah dan gampangnya Gevan melemparkan bekal itu.

"Maaf Kak," ujar gadis itu seraya memegang lengan Gevan dengan wajah yang sendu.

"Nggak usah pegang-pegang," Gevan menghempaskan tangan gadis itu.

Gevan langsung pergi tanpa membersihkan bekal Esha yang jatuh karenanya. "Itu salah lo sendiri." Ucapnya lalu berjalan ke arah kelasnya.

Gadis itu yang melihat Gevan pergi lagi-lagi ia tersenyum samar, senyuman itu menunjukan luka. Ia sudah mengejar Gevan selama sebulan, tetapi tidak ada hasilnya sama sekali.

🪐

Seperti biasanya ketika jam istirahat Esha selalu pergi ke kelas Gevan hanya untuk sekedar mengajaknya ke kantin bersama.

"Kak Gevan kok makin ganteng sih?" tanya Esha dengan menggandeng lengan lelaki itu, senyumnya tak memudar dari wajah Esha.

"Udah gue bilang kan, nggak usah pegang-pegang gue Karlesha Madhiera!" bentak Gevan dengan keras lalu menghempaskan gandengan tangan Esha.

Banyak sekali pasang mata yang melihat mereka berdua, dan tak sedikit juga mereka mencibir kelakukan Esha yang selalu mengejar Gevan. Gadis itu yang mendengar teriakan dari Gevan merasa terkejut dan berlari menuju ke kelasnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Esha berlari menuju ke kelasnya dan akhirnya ia menangis. Untungnya semua sedang istirahat jadi sunyi sekali keadaan kelas Esha, "Boleh nyerah gak sih?" ucapnya dalam hati.

"Mana mungkin juga ya bikin kak Gevan suka sama, aku." lanjutnya.

"Apa dia udah lupa sama Esha? Dia lupa sama janji yang dia bikin sendiri? Padahal aku udah kangen banget sama Kak Gevan."

Alesya terus menerus memikirkan cara untuk membuat Gevan suka dengannya, ataupun teringat sedikit tentangnya tetapi percuma saja.

"Eca!" teriak temannya yang membuat Esha langsung mengusap matanya agar temannya itu tidak tahu jika ia habis menangis.

Gadis itu memang kerap disapa Eca oleh teman-teman dekatnya, "katanya" nama kesayangan.

"Iya? Kenapa, Ra?" tanya Esha, yang memanggilnya itu Nayara ---teman dekatnya yang paling cerewet.

"Kamu habis nangis ya?" tebak Ara tepat sasaran sembari menunjuk mata temannya.

"Ah gak kok, aku habis tidur." Elak Esha dengan menggelengkan kepalanya.

"Nggak usah bohong deh, aku juga udah tau kok."

"Kalau udah tau ngapain nanya Ara?" kesal Esha yang mencoba sabar dengan temannya.

"Sengaja sih, aku kira kamu bakalan jujur. Ternyata bohong walaupun udah ketahuan," jelas Ara lalu mengusap bahu temannya pelan.

"Kemana Joana sama Bulan?" tanya Esha yang kebingungan biasanya jika ada Ara pasti ada Joan dan Bulan.

"Astaga! Aku lupa mereka ada di kantin."

"Ayo ikut aku ke kantin, mereka berdua lagi nungguin kamu." lanjutnya dengan menggandeng tangan Esha keluar kelas.

"Eca!"

"Lo gak usah teriak juga dong kalau lagi panggil Esha." Keluh Bulan dengan mengusap telinganya pelan-pelan, Joan dan Ara memang tidak ada bedanya suka teriak tidak jelas.

Esha yang mendengar teriakan dari Joan langsung menoleh ke arahnya. " Itu ada Joan sama Bulbul ayo kesana," ajak Esha dengan menunjuk ke arah tempat duduk temannya.

"Kalian berdua udah lama nunggu nya?" tanya Esha basa-basi karena melihat wajah temannya yang sudah jenuh.

"Gue udah lama banget nunggu lo. Ara juga kenapa lama banget si, kan gue cuma nyuruh panggilin Esha bukan manggil kepala sekolah yang tiada hari tanpa keluar kota." Keluh Bulan menghela nafasnya pelan melihat kelakuan temannya yang sedikit lemot.

"Bulbul cantik nggak usah marah dong, kamu kan pacarnya Kak Darren yang sabar." Goda Esha dengan senyum manisnya sembari tangan membentuk love.

"Tadi aku lihat Esha lagi di kelas, aku kiranya lagi tidur gitu ya udah lah aku panggil. Ternyata pas dia ngadep ke aku matanya sembab kayak orang habis nangis," jelas terang-terangan dari Ara sembari menunjuk ke arah mata Esha.

"Lo habis nangis lagi?"

"Jangan bilang yang bikin lo nangis itu Gevan," lanjut Joan seraya menunjuk ke arah tempat duduk orang lain.

"Joan! Kamu nunjuk kemana itu?" tanya Esha panik seraya menurunkan jari telunjuk Joan yang menunjuk orang lain.

"Cowo sialan yang lo tangisin, Eca."

Esha yang mendengar jawaban dari Joan langsung menoleh ke arah itu, dan benar saja itu adalah Gevan dan teman-temannya.

🪐

Esha ingin pergi dan duduk di samping Gevan. "Udahlah lupain aja Gevan itu, cowok kayak gitu kok lo sukai sih?" kesal Bulan.

"Kamu nggak tau, Kak Algev itu temen masa kecil aku." Esha menatap sendu ke arah Gevan yang tertawa dengan temannya.

"Algev siapa?" tanya Ara yang memang dia itu tidak tau nama lengkap Gevan."

"Ya Gevan lah, nama lengkap dia kan Algevanio Asvakara." Jawab Joan dengan terang-terangan menunjuk ke arah Gevan.

"Emang dia inget sama lo, Ca?"

Ucapan Bulan membuat Esha ingin menangis ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke tempat duduk yang kosong sebelah Gevan. "Nggak inget sama sekali, dia udah berubah seratus persen sama Kak Algev yang aku kenal dulu."

"Nah itu tau, sadar juga kan lo." Ucap Bulan sembari meminum jus jambu nya.

"Lo aja udah dibikin nangis sama dia, sadar Eca cantik." Ujar Joan dengan menggoyangkan pundak Esha pelan.

"Nggak bisa, aku nggak nyerah buat ngejar dan dapetin hati Kak Gevan."

"Astaga, kamu ngeyel banget sih kalau dibilangin." Ara kini mulai menanggapi walaupun sedari tadi ia hanya menyimak.

"Susah kalau nasehatin cewek kayak Eca mah, dia keras kepala."

"Eh ngomong-ngomong Mami nya Kak Gevan udah tau lo dong berarti?" tanya Bulan dengan nada kepo nya.

"Iya, udah tau. Bahkan Mami cerita kalau Kak Algev kangen aku, tapi kenapa pas aku deketin dia ...," Esha menggantung ucapannya ketika melihat Naazea atau biasa dipanggil Zea duduk di sebelah Gevan dengan merangkul lengan lelaki itu.

ALGEVANIO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang