Perubahan Sikis Bang Rendra

12 2 3
                                    

Dan akhirnya dengan langkah malas sekaligus kesal Gue pun membuka pintu dan langsung melihat kearah teras.

"Woy berisik! gak lihat apa ada balita disini? main teriak-teriak aja seenak jidat!" ucap Gue marah didepan teras tanpa melihat siapa yang membuat keributan didepan rumah Gue ini.

"Eh santai bang bro santai, maafkan saya wahai papa muda Angkasa." ucap pemilik suara itu langsung menahan kekesalan Gue saat itu dengan meminta maaf duluan.

Sontak mendengar perkataan itu membuat gue terbersit satu nama yang sepertinya tidak asing bagi gue.

"Eh tunggu ini kan kayak suaranya Dio? apa iya dia disini?" pikir Gue merasa tidak asing dengan suara yang tadi mengatakan kalimat tersebut.

Lalu dengan cepat Gue menoleh kearah pemilik suara karena gue sendiri juga ingin memastikan apakah itu benar suaranya Dio dan ternyata memang benar itu adalah suaranya Dio sahabat Gue.

"Oh jadi lu orang yang berisik itu? dan kedatangan lu kesini cuma mau ngejek Gue? apa emang lu mau ngajak gue gelud sampai bego? kalau iya lu gak lihat nih Gue lagi jaga bayi begini!" ucap Gue langsung menatap sinis Dio dengan segera mengajaknya gelud.

Melihat Gue yang sepertinya sedang kesal Dio pun segera merespon pertanyaan gue itu dengan diselingi tawa agar tidak terlalu terlihat kikuk.

"Hahaha canda kali Sa, Gue juga tahu lu lagi jadi Uncle idaman. makanya Gue yang samperin lu main, nih ada oleh oleh dari nyokap Gue." ucap Dio langsung menghampiri Gue sambil menahan tubuh Gue yang hendak segera mendekati dirinya sambil mengepalkan tangan kemukanya lalu mengalihkan perhatian dengan sambil memberikan bingkisan oleh-oleh dari nyokapnya yang baru saja pulang dinas dari luar kota.

Dan Gue yang mendengar kata oleh-oleh seketika kekesalan Gue terhadap Dio pun pergi entah kemana.

"Wih seriusan nih? makasih loh ya oleh-olehnya, kebetulan Gue lagi laper nih hahaha." ucap gue langsung mendadak tenang setelah mengetahui Dio bawa oleh-oleh.

"Iya bro chil ajalah mending sekarang lu ajak gua masuk deh diluar panas nih." ucap Dio kini balik bertanya kepada diriku karena dari tadi tidak diajak masuk kedalam rumah.

Dan mendengar perkataan itu membuat Gue membuat gue kembali tertawa karena sangking asiknya dengan oleh oleh gue sampai lupa mengajaknya masuk kedalam rumah.

"Yaudah bro, ayo sini masuk sini katanya lu mau lihat anak gue juga." ucap Gue langsung berusaha membercandainya dengan perkataan bahwa Arshaka itu adalah anak Gue.

"Heh Angkasa lu udah ngomong soal anak aja emang gak ingat kalau lu juga masih anak-anak?" ucap Dio langsung merubah raut wajahnya dari seyum jadi keheranan dan kecut.

"Ya lagian Dio ngomongnya gitu udah tau masih bocah juga." ucap Gue membalas perkataannya yang sebelumnya karena topik pembicaraan itu sesungguhnya dia yang memulainya.

"Ya kan Dio juga bercanda emangnya Angkasa marah ya?" ucap Dio sahabat Gue itu dengan nada yang sangat terlihat sedihnya tidak berani menatap wajah gue.

"Enggak kok, yaudah yuk masuk bantuin Angkasa jaga adik Arshaka juga." ucap Gue langsung menenangkan Dio yang sepertinya dia takut menyinggung perasaan gue saat itu karena hanya gue yang Dio punya sebagai sahabat.

"Oke siap," ucap Dio mengiyakan permintaan gue itu.

Alhasil saat itu Gue berdua Dio bergantian menjaga Arshaka selama orang tua dan Abang Gue pergi ke psikolog.

Dan akhirnya enggak lama kemudian Abang Gue pun sudah pulang dan memilih untuk membawa Arshaka kekemarnya.

"Loh kok Arshakanya dibawa bang kita kan masih mau lihat Arshaka?" ucap Gue pada Abang gue yang secara tiba-tiba mengambil Arshaka dari gendongannya gua.

Namun bukannya Abang Gue yang jawab tapi malah mama Gue yang menjawab pertanyaan itu, "Maaf ya Angkasa biarkan Abangmu mendekatkan bathinnya dulu sama Arshaka biar mereka bisa akrab." ucap mama menjelaskan mengapa sifat Abang Gue yang seperti itu.

Dan karena sifat bocah gue ini muncul gue langsung tanya detail dong bagaimana cara dokter itu memeriksa Abang Gue.

"Loh memangnya dokter psikolog bilang apa mah?" ucap Gue jadi mendadak kepo dengan kejadian yang sebenarnya terjadi disana.

Lalu sambil menghela nafas panjang mama Gue mulai bercerita tentang yang terjadi disana bersama Dio juga ibaratkan seperti dongeng.

Flashback On.

POV Mama.

Awal waktu mama sampai sana mama menunggu antrian dan selama menunggu itu Abang kamu banyak melihat pasien-pasien dan setelah kejadian itu Abang kamu jadi lebih banyak diam disana.

Akhirnya karena khawatir mama terus jaga komunikasi sama Abangmu ini bicara yang semestinya apa dibicarakan.

"Hey anak Mama kamu jangan canggung gitu dong setiap manusia kan punya permasalahan sendiri jadi untuk apa kamu minder begini?" ucap mama berusaha mengajak ngobrol Abangmu yang baru saja mendadak terdiam setelah melihat kondisi sekitar.

"Tapi mah mereka bukan permasalahan soal anak?" ucap Abang kamu pada mama dengan nada yang seperti datar tapi pikirannya kosong entah kemana.

"Lah kamu tahu darimana orang yang datang disini bukan mayoritas masalah dengan anak?" ucap Mama berusaha menanyakan alasannya berkata seperti itu.

"Cuma nebak aja sih, karena kalau Aku lihat disini itu bukan mayoritas lelaki, dan kebanyakan adalah istri-istri yang pasti sudah seumuran mama." ucap Abang Kamu memberikan alasan yang menurut mama itu cukup lucu.

"Rendra-Rendra, ada-ada aja pemikiran kamu ini seperti kembali layaknya anak kecil. psikolog itu tugasnya menyelesaikan masalah bukan menyelesaikan gander, jadi mama minta kamu untuk berhenti mikirin hal yang aneh aneh lagi." ucap mama berusaha kembali untuk mengalihkan perhatian Abangmu itu dengan topik yang lainnya.

"Hehe iya mah maaf ya," ucap Abangmu langsung mengiyakan saran mama dengan sambil meminta maaf atas tingkahnya itu.

Dan akhirnya setelah penjelasan itu abang kamu jadi lebih pede mencurahkan isi hati serta kepada psikolog jika kamu pengen tahu lengkapnya tanya sama Abang kamu ya soalnya itu pribadi hanya Abang kamu yang tahu mama dan papa hanya nunggu diluar.

POV Mama Off.

"Oh gitu ya mah, makasih ya mah udah mau ceritain semua sama Angkasa." ucap Gue langsung berkata begitu kepada mama gue.

"Iya nak, kalau gitu Mama istirahat dulu ya, kamu mending main sama Dio aja ya dulu disini." ucap mama gue langsung beranjak kembali ke kamar.

"Siap mah," jawab Gue sambil bergegas keluar untuk main bersama Dio yang telah keluar lebih dulu.

Dan setelah penjelasan itu membuat diri Gue menjadi lebih kepo dengan apa yang dibicarakan Abang Gue kepada psikolog pribadinya.

"Hm, apa Gue kepoin aja soal ini ya ke Bang Rendra? biar rasa kepo Gue ini berkurang?" gumam gue didalam hati merasa dilema.

Nah loh kira-kira bagaimana ya apakah Angkasa akan meneruskan kepoannya itu? atau akan lebih memilih diam? penasaran dengan kelanjutan kisah ini buruan tinggalkan jejak disini biar author semangat ngetik chapter berikutnya.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Papa Penganti Untuk ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang